Pukul 17:34. Matahari sudah terbenam sejak setengah jam lalu. Hutan semakin gelap. Terdengar lenguhan burung, tegas memecah kesenyapan, lantas disusul dengungan kawanan serangga. Angin malam beberapa kali berhembus pelan, menjatuhkan dedaunan dari ranting pohon. Cahaya rembulan berpendar di langit, menyusup melalui sela-sela pepohonan.Kehidupan malam mulai datang menghampiri. Claire berdiri di teras samping pondok, gelisah. Matanya terus mengawasi sekitar hutan. Gadis itu menggigit bibir, menyilangkan kedua tangannya di dada. Berkali-kali mengecek ponsel dan dirinya belum juga mendapati kabar dari Rose.
Kruyuuk prepetpet. Suara goib tersebut berasal dari perutnya. Claire menoleh ke kanan kiri, berharap Brian tidak mendengarnya.
"Buset, kayak knalpot motor." Tiba-tiba muncul kepala cowok itu dari jendela, tepat di sebelah Claire. Gadis itu kaget.
"Anjrit malah nongol disitu." Njir knalpot.
"Lo mending cari serangga gih. Kan banyak tuh di rumput." Celetuk Brian. Ia membuka kaca jendela, lantas memangku tangan, bersandar pada sisi bawah jendela.
"Buat?"
"Ya dimakan."
Claire merengut. Emangnya gue kadal.
"Dih malah manyun, kayak cakep aja." Cibir Brian.
Claire menghela napas, pura-pura tidak dengar.
"Claire,"
"Hm?" Sahut gadis itu malas. Mau ngatain gue kayak gimana lagi?
"Minggir!" Perintah Brian.
"Apaan dah?" Tukas Claire tidak mengerti.
"Lo minggir dari situ," Brian mendengus. "Cepet!"
Claire menurut. Ia segera minggir. Apaan lagi dah nih. Gendeng.
Brian pun melangkah cepat menghampiri jendela, lalu dengan sigap melompat keluar. Cukup gesit, namun tetap saja bagi Claire itu hal gila.
"Biar ngapa coba pake loncatin jendela." Gumam Claire heran. Abis kejeduk pasti.
"Heh,"
Apalagi sih, astaga. Claire menoleh kembali dan dirinya mendapati Brian kini serius menatapnya, yang entah mengapa membuat gadis itu seketika merasa grogi. Claire segera mengalihkan wajah.
Brian menoyor kepala Claire. "Liat kemari goblok."
"Makanya ngeliatnya jangan kayak gitu." Sahut Claire jengkel. Brian mengangkat sebelah alisnya, tidak mengerti.
"Apanya yang jangan gitu?" Tanyanya itu heran.
"Tau ah." Claire mendengus. "Udah cepetan mau bilang apa?"
Brian menoyor kepala gadis itu lagi. "Gajelas lo tolol."
Kesabaran Claire mulai menipis. Dikira gue apaan kali seenaknya ditoyor-toyor, dikata-katain pula seenak udel, keluhnya dalam hati.
"Eh mau ikut?" Tanya Brian tiba-tiba.
Claire mengernyit. "Kemana?"
Brian hendak menjawab namun tidak jadi. Ia terlihat menimbang-nimbang hingga kemudian berdecak. "Udah ikut ajalah!"
Cowok itu pun langsung berjalan mendahului, meninggalkan Claire begitu saja menjauhi pondok.
"Cepet!"
Clairyne's POV
Sumpah kaga ngarti lagi dah gue sama kelakuannya.
Jika pada akhirnya aku harus selalu mengikuti kemauannya, buat apa pula dia bertanya? Menyebalkan.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
UNLESS (hiatus)
RandomClairyne atau sering dipanggil 'Claire', gadis dengan kepintaran di bawah rata-rata, makan rakus, otak lemot, jomblo merana, ekonomi keluarga kurang memadai, namun ia selalu ceria dan enggak pernah jaim sama siapapun. Beruntung, Claire jago akting...