Bian's POV
Panas. Memang sangat amat panas siang ini. Terlebih sekarang aku tengah dihadapkan dengan seorang gadis keras kepala dan cengeng. Viola.
"Gue gak mau putus dari lo, Yan. Gue cinta sama lo, gue sayang sama lo," ucapnya dengan suara parau dan air mata yang sudah mulai menetes dari pelupuk matanya.
"Gue gak cinta sama lo Vio. Gue gak suka cewek manja plus cengeng kaya lo."
"Trus kenapa lo pacarin gue kalo lo gak suka sama gue?" Tanyanya dengan tersedu-sedu.
"Bukannya lo duluan'kan yang nembak gue? Dan kenapa gue nerima lo. Gue kasian sama lo kalo gue harus nolak lo."
"Mending gue ditolak dari pada lo permainin perasaan gue dengan nerima gue dan putusin gue kaya gini," ucapnya dan...
Plakk...
Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kananku.
Aku memegangi pipi kananku yang sudah mulai terasa panas karena tamparannya.
Setelah berhasil menampar dan meluapkan semua emosinya dia berlari pergi meninggalkanku dengan air mata yang terus membanjiri pipi ranumnya.
Ya, dia memang cantik, tapi aku sama sekali tidak menyukainya. Aku hanya ingin mempermainkannya. Bukan, maksudku seseoranglah yang telah memintaku untuk menjadi pacarnya. Dan aku terpaksa menerimanya. Meskipun perempuan itu sudah menghianatiku dan menghilang begitu saja setelah meminta hal itu dariku. Meskipun sebenarnya aku masih berharap dia akan kembali padaku.
Dan karena perempuan itu jugalah aku menjadi seorang player seperti sekarang ini dan entah untuk ke depannya.
"Ngapain lo di situ?" tanyaku saat kulihat seorang gadis yang sedang bersembunyi di balik pohon cemara besar itu.
Gadis itu hendak melangkah pergi namun langkahnya berhenti saat mendengar suaraku. Dia terdiam sesaat di sana tanpa membalikan badannya. Meski begitu aku sudah mengetahui siapa dia. Nayla.
"Lo ngikutin gue?" tanyaku yang kini sudah ada di belakangnya.
Dia membalikan badannya dan tersenyum tanpa dosa ke arahku, "Gue cuma numpang lewat, bye," ucapnya dan pergi.
"Ehh satu lagi, thanks buat tontonan gratisnya tadi dan pipi lo keren tuh kaya abis pake bola-bola. Dan kayanya ini bakal jadi topik terpanas deh."
"Sialan lo! Jangan bilang lo bakal jadi biang gosip."
"Gue gak bilang, tapi lo yang bilang." Dia kini sudah pergi dengan senyuman puas terukir di wajahnya.
Gak banget'kan kalo berita seorang Rabiansyah ditampar oleh pacarnya atau lebih tepat mantan pacarnya beredar luas? Yang ada aku akan menjadi bahan gosip seantero sekokah. Ya, walaupun aku memang sering menjadi bahan omongon mereka karena ketampananku.
***
Benar saja baru sehari kejadian ini berlangsung gosipnya sudah tersebar luas dikalangan siswa-siswi-terutama siswi."Boleh dong gue jadi pacar lo selanjutnya, Yan."
"Nanti kalo lo diputusin lo tampar juga si Bian, Din."
"Kira-kira dia mantannya yang keberapa yah?"
"Gue gak masalah kok kalo cuma pacaran bentar sama si Bian yang penting gue pernah pacaran sama dia."
Mungkin itu hanya sebagian omongan mereka yang dapat kudengar sebelum aku memutuskan untuk menggunakan earphone-ku.
Di dalam kelas aku lebih memilih untuk bersandar sambil terus mendengarkan musik di earphone-ku dari pada harus mempedulikan semua ocehan orang-orang di sekokah atau bahkan ruangan ini.
"Ciee yang kemarin ditampar si Viola. Gimana rasanya Yan?" tanya Rico yang baru saja datang dan langsung melepas earphone-ku.
"Bukan urusan lo." jawabku ketus.
"Elahh judes amat... dia mantan lo yang ke berapa, Yan?" tanyanya dengan sangat menyebalkan.
"Gak tau. Gue gak peduli."
"Lo belum bosen mainin cewek, Yan?"
Elah, nih bocah banyak banget omong sih.
"Berisik lo. Serah gue, hidup-hidup gue."
"Hahaha... biasa aja kali, Yan, gue cuma bercanda. Ehh ntar pulang suruh kumpul sama Pak Abdul, katanya bakal ada lomba lagi."
"Hmm...," jawabku tidak begitu antusias.
¤¤¤
Young Couple
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple [Completed]
RomanceCoba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika kita dinikahkan tanpa persetujuan kita. Terlebih dengan orang yang sangat kita benci dan tidak kita harapkan keberadaannya. Dan ditambah dengan usia kita yang masih duduk dibangku SMA. Itulah yang sedang...