Nayla's POV
Akhirnya libur semester pun tiba dan aku dapat dengan tenang bersantai tanpa gangguan si Rabies. Dan setelah seminggu yang menyenangkan dapat memandangi Kak Arsen dengan jarak yang sangat dekat.
Meskipun kami satu eskul dan dia ketua eskul aku sama sekali tidak berani jika harus dihadapkan atau berbicara lama-lama dengannya. Karena itu pasti akan membuat jantungku berdebar sangat cepat seperti halnya seminggu itu. Untung saja aku tidak sampai mati karenanya. Itu berlebihan.
Satu lagi yang perlu kalian ketahui sekedar informasi. Sekarang aku adalah ketua eskuk karate mengantikan Kak Arsen yang baru saja lengser dua hari yang lalu tepat ketika pembagian rapot.
Kalian tau dia adalah orang pertama yang menyalamiku-karena dia mantan ketua- tangannya sangat lembut dan hangat. Itu pertama kalinya aku menyentuh tangan Kak Arsen dan sampai hari ini sebenarnya jika bisa aku tidak ingin mencucinya, tapi apa daya itu tidak mungkin.
Dan dia menyerahkan sabuk hitamnya secara simbolis kepadaku. Aku sangat terharu saat itu, hingga tanpa aku sadari air mataku menetes begitu saja.
"Heyy jangan nangis... saya pasti bakal terus kontrol kalian kok." Itu lah kalimat yang sangat aku ingat dan terus tergiang hingga saat ini. Dia mengusap air mataku dengan jari tangannya dan mengacak-acak rambutku.
Kami memang tidak begitu dekat, tapi karena seminggu lalu hubungan kami menjadi sangat dekat dan akrab. Aku pun sudah dapat lebih mengendalikan detak jantungku saat di dekatnya.
"Nay!" Suara Mama yang sangat aku hafal menyadarkan lamunanku tentang Kak Arsen.
"Ya, Ma." Tanpa perintah selanjutnya aku pun langsung menuruni tangga menuju sumber suara itu berasal.
"Sini Nay, cobain deh bagus gak?" tanyanya seraya memperlihatkan dua buah gaun brukat berwarna putih gading yang sangat indah padaku.
"Bagus kok, Ma," jawabku dan jujur aku tidak begitu tertarik dengan yang namanya gaun atau dress dan semacamnya. Kalian mengertilah alasannya.
"Kamu suka yang mana?"
"Hmm... yang itu bagus deh, Ma, dan gak begitu terbuka," ucapku menujuk gaun sebelah kanan yang terlihat sangat anggun dan sederhana.
"Kamu suka?" Dia kini mulai mencocokan gaun yang tadi ku pilih dengan tubuhku.
"Nay mah suka doang, Ma. Kalo dipake di Nay mah kesannya bakal beda kali," ucapku dan menjauhkan gaun di depanku itu.
"Buat apa sih, Ma?" tanyaku bingung.
"Kamu juga bakal tau nanti."
Elah si Mama pake acara rahasia-rahasian segala lagi. Tau anaknya punya penyakit kepo tingkat uyutnya dewa juga.
"Loh kok gitu?"
"Tunggu lusa, nanti juga kamu ngerti. Udah gih mandi, mentang-mentang libur jadi libur mandi. Gak baik anak gadis kaya gitu."
"Nay bakal mandi asal Mama harus kasih tau itu buat apa nanti, oke? Muachh." Aku pun mengecup pipinya sebelum kemudian kembali ke kamar untuk membersihkan diri.
***
Baru saja aku berniat bangun sangat siang dan bermimpi ria bersama bantal dan guling, tapi suara alarm itu begitu sangat menganggu hibernasiku.Kuambil alarm di atas nakas ku dengan malas dan saat kulihat angka berapa yang ditunjuk oleh jarum panjang tersebut? Jam 04.30 dan saat itu matahari sama sekali belum menampakan dirinya.
"Kapan gue ngatur alarm jam segini coba? Aihh ganggu aja."
Aku menarik kembali selimutku untuk kembali bermimpi, hingga tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Nay," panggil Mamaku, karena mataku yang masih lima watt akhirnya aku tidak merespon panggilannya.
Mama pun memutuskan untuk masuk ke kamarku karena tidak ada jawaban dariku dan memaksaku untuk bangun.
"Bangun, Shalat shubuh dulu. Kamu nih yah anak gadis juga bangun siang."
"Hmm, Nay lagi gak shalat Ma," jawabku masih setengah tertidur.
"Ya tetep anak gadis tuh gak baik bangun siang-siang. Udah cepetan bangun, mandi terus siap-siap."
"Siap-siap buat apa sih, Ma." Dengan terpaksa aku bangun dan mengubah posisiku menjadi duduk dengan mata yang masih sulit untuk aku buka.
"Ya pokoknya mandi aja dulu. Cepetan gih, Mama tunggu di bawah." Dan setelahnya Mama pun melangkah keluar kamarku.
Heran, sebenarnya mereka mau ngapain juga sih. Pake acara rahasia-rahasiaan segala lagi.
Tau ahh, dari pada kena omel mending gue mandi deh.
***
"Wihh anak Mama udah seger banget nih," godanya dari balik meja dapur.Sepertinya Mama dan Bi Imas sedang sibuk membuat berbagai makanan.
"Tumben Ma masak banyak gini?" tanyaku yang sudah dibuat heran sejak tadi.
"Udah jangan banyak tanya. Mending sekarang bantuin dulu Mama bikin cupcake."
"Lah Mama'kan tau Nay gak bisa masak yang ada nanti cupcake-nya aneh, Ma."
Aku kini lebih memilih mengambil camilan di meja makan dan membawanya ketempat favoritku untuk menemaniku menonton drama korea yang sempat tertunda karena UAS kemarin.
"Malah nonton drama. Mending bantuin Mama ambilin cup-nya gih."
"Di mana, Ma?"
"Kayanya masih di ruang tamu deh. Coba kamu cek dulu soalnnya baru Mama beli kemarin."
Dengan langkah seribu aku segera menuju ruang tamu untuk mencari barang yang dimaksud agar dapat segera kembali menonton drama koreaku.
Betapa tercengangnya aku saat ku lihat ruang tamuku kini sudah berubah dengan aneka dekorasi serba putih dan soft pink yang elegan. Seperti dekorasi pernikahan.
Pernikahan?
¤¤¤
Young CoupleA/n tambah absurd gak sih? Kayanya sih gitu :3 maklum lah masih pemula. Thanks buat yang udah mau baca ceritaku ini dan memberikan votenya.
Untuk yang belum memberikan vommentnya aku tunggu vomment dari kalia:D
Satu lagi, maaf banget kalo updetnya lama :3
Thanks :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple [Completed]
RomanceCoba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika kita dinikahkan tanpa persetujuan kita. Terlebih dengan orang yang sangat kita benci dan tidak kita harapkan keberadaannya. Dan ditambah dengan usia kita yang masih duduk dibangku SMA. Itulah yang sedang...