YC. 18

63.1K 3.9K 4
                                    

Di rumah tidak ada orang sama sekali, Mama dan Ayah sepertinya mereka sedang keluar kota dan Bi Imas? Aku tidak tau yang aku tahu tubuhku saat ini sangat mengigil karena kedinginan.

Bian sedang memasukan motornya ke garasi dan Aku menuju kamar untuk menganti pakaianku yang basah.

Tak lama setelah ke luar dari kamar mandi Bian masuk dengan kondisi yang tak kalah basah sepertiku tadi dan langsung mengambil alih kamar mandi.

Aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidurku menghangatkan tubuhku yang masih mengigil dengan selimut. Kepalaku sedikit pusing dan hidungku gatal. Mungkin efek kehujanan.

Tak lama Bian ke luar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah kering. Langkah kakinya semakin mendekat ke arahku dan berhenti tepat di sampingku dan duduk di sana.

"Lo gpp Nay?" tanyanya begitu melihatku yang tergulung selimut.

"Gpp," jawabku dengan suara sedikit parau.

Dia memegang keningku, mungkin tidak percaya dengan jawabanku barusan yang bertolak belakang dengan kondisiku.

"Lo demam, Nay," katanya, tapi kuhiraukan.

"Ya udah tidur aja, biar gue ambil air dingin buat ngompres lo."

Tak lama dia kembali dengan membawa sebuah baskom stainless di tangannya. Dia kembali duduk di sampingku, memeras handuk kecil dan menempelkannya di keningku.

Mataku berat untuk sekedar terbuka dan melihatnya lagi, apakah benar yang saat ini ada di sampingku Bian? Tapi kenapa dia berbeda seperti Bian yang kukenal, Bian yang menyebalkan ternyata juga perhatian seperti ini.

Dia terus menganti handuk di keningku setiap satu menit sekali, dan tanpa kusadar aku sudah terlelap dengan Bian yang masih terus menjagaku.

***
Matahari sudah bersinar menembus celah di kamarku. Mataku mengerjap-ngerjap menghalau sinarnya agar tidak langsung mencolok ke mataku.

Kupegang keningku yang sedikit hangat, mendapati sebuah handuk putih kecil yang semalam Bian gunakan untuk mengompresku. Satu lagi, kulihat Bian sedang tertidur di samping tempat tidurku sambil terduduk di sebuah kursi.

Terharu, senang dan bingung melihat Bian yang rela menjagaku semalaman hingga tertidur seperti ini. Apa ini benar Bian?

Kuamati setiap sudut wajahnya dengan mendetail. Rambut hitamnya, alisnya yang hampir terlihat menyatu, bulu matanya yang sedikit jentrik, hidungnya yang mancung, pipinya yang jika dia tersenyum akan membentuk sebuah cekungan indah-lesung pipit-di sebelah kananya, bibirnya...

Aku kembali teringat dengan kejadian kemarin saat Bian tiba-tiba menciumku di depan umum dan meminta pria berseragam Trans itu memotretnya. Itu sungguh memalukan.

Tanpa kusadar bibirku berkedut membentuk sebuah senyuman saat mengingatnya.

Bian terbangun dengan wajah bantalnya yang bisa dibilang lucu, tapi tetap tampan. Keningnya berkerut saat melihatku.

"Kenapa lo liatin gue kaya gitu?" tanyanya.

Bamm!

Ketauan! Telak! oleh Bian saat aku sedang memperhatikannya. Bagaimana ini.

"Ge-er, orang gue liatin jam tangan lo," alibiku tentunya.

"Ngapain liatin jam tangan gue?"

Bodoh! Alibiku memang tidak masuk akal. Ahh, Nayla cari alasan yang lain kenapa.

"Serah," kataku akhirnya.

"Gue ganteng kan?" godanya dengan mengedipkan sebelah matanya.

Sumpah demi apapun Aku tarik kembali kata-kataku sebelumnya yang memuji dirinya.

Young Couple [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang