Sudah hampir satu bulan sejak kejadian Bian mengakui jika aku ini adalah istrinya di depan Kak Arsen dan juga Viola dan itu membuatku sedikit merasa bersalah pada Kak Arsen, karena apa? Aku pun tidak tau, yang pasti aku sudah jarang bertemu Kak Arsen sejak saat itu, selain hanya saling menyapa saat tidak sengaja berpapasan di koridor dan itu terakhir kali sekitar 3 minggu yang lalu.
Alasannya? Entahlah, yang pasti mungkin karena Kak Arsen memang sedang sibuk dengan segala macam persiapan dan ujian nasionalnya yang memang baru selesai minggu lalu. Dan sekarang kelas 12 juga sudah tidak begitu diwajibkan datang kesekolah dan hanya tinggal menunggu kelulusan dan acara perpisahan bulan depan, tapi tetap saja mereka pasti sangat sibuk dengan pendaftaran masuk perguruan tinggi dan hal-hal lainnya.
"Btw, kabar si Viola gimana yah, Nay?" tanya Niken yang hanya mendapat gelengan dariku.
"Gue bersyukur banget dia pindah dari sekolah ini, bukan dari dulu aja kali yah," kata Niken lebih pada dirinya sendiri karena aku malah asyik mencoret-coret halaman belakang buku catatanku.
"Kak Arsen apa kabar, Nay? Kira-kira dia bakal lanjut kuliah di mana?" tanya Niken yang sama sekali membuatku tidak tertarik.
"Gak tau," jawabku singkat, padat dan jelas.
"Maksud lo? Kok gak tau? Bukannya kalian dekat kan? Dekat banget malah," komentar Niken heran.
"Gue udah jarang ketemu sama Kak Arsen, apalagi ngobrol," jawabku sedikit malas.
"Kok bisa? Apa jangan-jangan karena waktu itu Bian bilang kalo lo itu istrinya?!" tebak Niken yang hanya aku jawab dengan gerakan bahu yang terangkat.
"Apa jangan-jangan Kak Arsen jauhin lo Nay? Bukannya lo bilang sebelum Bian datang, Kak Arsen sempat mau bilang sesuatu 'kan sama lo? Apa mungkin dia mau nembak lo, Nay?" tanya Niken begitu penasaran.
Bilang sesuatu? Ahh ya, Kak Arsen memang ingin memberitahukanku sesuatu waktu itu, tapi Bian malah menelponku dan itu juga sedikit menganggu pikiranku. Apa sebenarnya yang ingin dikatakan Kak Arsen padaku malam itu?
"Ngarang lo, Ken! Mana mungkin Kak Arsen mau nembak gue, dan gak mungkin juga dia jauhin gue kaya gitu. Dia lagi sibuk kali, Ken. Btw, hubungan lo sama si Rico apa kabar?" kataku mengalihkan pembicaraan.
"Etdah malah ganti topik pembicaraan, and btw lo sama Bian apa kabar?" protes Niken dan malah balas ikut mengalihkan pembicaraan.
"Gue? Sama Bian? Ya kaya gitu aja, kaya biasanya 'kan? Emang ada yang aneh?" kataku malah balik bertanya.
"Hmm... lo sih gak keliatan aneh, Cuma kayanya si Bian deh yang keliatan aneh. Soalnya si Bian makin sini makin sering ngalah sama lo, makin care sama lo dan kayanya dia juga sering cemburu kalo liat lo lagi sama cowok lain apalagi sama Kak Arsen," jelas Niken panjang lebar. "Dan dia makin sering godain lo," lanjut Niken disertai kekehen yang malah membuat keningku berkerut.
Bian berubah? Emang sih, tapi gak sepenuhnya berubah, kadang dia juga masih atau sering ngeselin banget tapi emang bener sih Bian sekarang lebih sering ngalah.
Care? Mungkin, Bian kadang memang selalu memberi perhatian lebih disaat-saat tertentu padaku, misalnya saat di rumah tidak ada makanan, Bian selalu memasak sesuatu untukku dan makanannya memang sangat enak dan aku suka. Dan anehnya aku sama sekali tidak keberatan soal itu, dan malah aku menikmatinya.
Lalu apa arti dari semua itu? Dan soal Bian yang bilang bakal lebih protektif tentang aku itu maksudnya apa? Apa dia cemburu? Dan kenapa belakangan ini aku malah merasa nyaman saat bersama Bian? Tell me why please...
(jangan nyanyi lagu lion heart-SNSD okee, wkwkwk :v *Abaikan:3)
***
"Nay anterin gue ke supermarket yuk," ajak Bian tiba-tiba yang baru saja turun dari kamar dengan pakaian yang sudah rapih dan itu cukup mengangguku yang sedang asyik duduk sambil menonton televisi di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple [Completed]
RomanceCoba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika kita dinikahkan tanpa persetujuan kita. Terlebih dengan orang yang sangat kita benci dan tidak kita harapkan keberadaannya. Dan ditambah dengan usia kita yang masih duduk dibangku SMA. Itulah yang sedang...