YC. 26

67.5K 3.7K 50
                                    

Nayla's POV

Sejak kemarin Vian tinggal bersamaku dan Bian di sini. Ayah, Mama dan kedua orang tua Bian sedang pergi ke luar kota, lebih tepatnya ke Bali dan tanpa mengajak kami. Mereka mengatakan bahwa sedang ada proyek yang harus diselesaikan di sana, tapi entahlah yang pasti itu menyebalkan.

"Kak Nay, si abang ke mana Kak?" tanya Vian yang sedang mengerjakan tugas rumahnya ditemani olehku yang sedang asyik menonton drama korea.

"Gak tau tuh, kelayapan mungkin," jawabku cuek.

"Kelayapan mulu si abang mah. Kak bantuin ngerjain ini dong," pinta Vian memberikan buku Matematikanya padaku.

"Ehh, kerjain apaan nih?"

"Yang ini Kak, ngampang kok, Vian mau ke kamar dulu."

Tanpa menunggu jawabanku, Vian sudah langsung kabur ke kamarnya membuatku melonggo seketika.

"Adik sama kakak sama aja, sama-sama nyebelin," batinku.

Aku membuka-buka buku Matematikanya itu, dan ternyata nilai-nilainya cukup bagus memang, lalu kenapa dia harus menyuruhku untuk mengerjakan ini? Ahh dasar, pemalas.

Aku terus membuka lembar demi lembar buku tulisnya itu, di belakang bukunya penuh dengan gambar-gambar anime yang cukup bagus menurutku. Apa dia yang mengambarnya?

Sekarang saatnya membaca soal-soal yang dimaksudnya tadi, soal tentang bangun ruang rupanya.

Aku mencoba untuk mengerjakan soal-soal itu, tapi bukannya selesai aku malah menjadi pusing dan bingung bagaimana cara mengerjakannya. Kalian harusnya sudah tau, jika aku tidak begitu tertarik dengan pelajaran Matematika. Untunglah saat ulangan Kak Arsen membantuku meskipun dengan cara sembunyi-sembunyi, tapi syukurlah itu cukup membantuku.

"Ke mana juga si Vian, kenapa dari tadi tuh anak belum turun-turun juga sih," gerutuku sebal.

"Vian!! kerjain sendiri dong! Kakak gak ngerti...!!" teriakku akhirnya, dan tiba-tiba seseorang masuk dan menatapku penuh tanya karena tadi aku berteriak-teriak tidak jelas.

"Ngapain lo teriak-teriak kaya gitu?" tanya Bian yang baru saja kembali entah darimana. Yang pasti pakaiannya begitu terlihat lusuh dan basah oleh keringat.

"Dari mana aja lo? Adik lo tuh, nyebelin tau gak, masa gue suruh ngerjain PR nya dan dia malah kabur gitu aja ke kamarnya," kataku sedikit emosi.

"Gue abis futsal di gor depan bareng Rico sama yang lain. Bukannya gue udah bilang yah tadi sama lo?" tanya Bian. "Ok gue lupa, kalo lo itu pikun." Bian menjawab sendiri pertanyaannya tadi.

"Serah lo, panggil adik lo gih, suruh kerjain aja sendiri PR nya, gue gak ngerti." Aku menyimpan kembali buku tadi di atas meja dan kembali menonton drama koreaku.

"PR apaan?" tanya Bian mengambil alih buku yang tadi kusimpan di meja dan membuka-buka isinya. "Lo gak ngerti?" tanya Bian dengan wajah yang dibuat kaget setelah melihat isi buku tulis Vian.

"Ngeledek lo!" ketusku tanpa mengalihkan pandanganku padanya.

"Gue nanya serius kali, bukan ngeledek, sewot amat sih,"

"Serah!"

"Tapi benar lo gak bisa ngerjain soal ini?" tanya Bian masih penasaran.

"Kenapa emang? Kalo gue gak bisa emang lo mau ngajarin gue? nggak kan? Ya udah sih ribet amat,"

"Kalo gue mau ngajarin lo gimana?"

"Gak usah repot-repot!"

"Gak repot kok, lagian minggu depankan udah UTS dan bentar lagi juga UKK. Emang lo gak takut apa kalo lo gak naik kelas gara-gara nilai Matematika lo jeblog? Nanti UKK, lo gak akan duduk sama si Arsen," kata Bian dengan sok perhatian. Tapi benar juga sih, ahh tau deh bingung.

Young Couple [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang