Aku mengambil sepatuku yang sebelumnya aku simpan di rak saat pelajaran seni tadi dan langsung memakainya untuk kembali ke kelas. Tapi saat aku memakainya, seperti ada sesuatu yang menusuk telapak kakiku di sana.
"Ahh!!" pekikku tertahankan.
"Kenapa, Nay?" tanya Niken khawatir begitu mendengar ringisanku tadi dan mendekatiku.
Aku membuka sepatu yang baru saja aku gunakan tadi, dan mendapati tiga buah paku payung di dalam sana dan satu diantaranya sudah menancap di telapak kakiku. Mengeluarkan tetesan darah segar yang membasahi kaos kaki putih yang kugunakan saat aku mencabutnya.
"Kaki lo, Nay? Berdarah," seru Niken panik dan langsung membawaku ke UKS ditemani oleh Ajeng dan Rina, teman sekelasku.
Di UKS Niken mengobati kakiku sambil terus mengomel dan melakukan sumpah serapah pada si pelaku yang melakukan hal ini padaku.
"Sampai gue tau siapa yang nyimpen paku di sepatu lo itu, gue jamin dia gak akan selamat. Gue do'ain biar dia jomblo selamanya deh." Begitulah salah satu bentuk sumpah serapahnya yang membuatku malah terkekeh.
"Udah, Ken, gak baik nyumpahin orang kaya gitu, apalagi nyumpahin biar jomblo selamanya, lo juga kan jomblo," kataku mengodanya dan berhasil membuatnya menatapku sengit.
"Enak aja lo, mentang-mentang lo udah ada yang punya, lagian gue juga bentar lagi gak akan jadi jomblo kali," jawabnya penuh percaya diri.
"Emang ada yang mau sama lo?" tanyaku terus mengodanya.
"Ya adalah, guekan cantik kaya gini, pasti dia suka sama guelah," jawabnya, kali ini dengan memain-mainkan rambutnya yang membuatku bergidik ngeri.
Belum sempat aku mengoda Niken lagi, tiba-tiba seseorang datang dengan nafas yang terengah-engah. Membuat perhatianku dan Niken langsung tertuju pada orang tersebut. Ya, Bian saat ini sedang berdiri di ambang pintu dengan nafas yang masih ngos-ngosan dan sedikit berkeringat, seperti seseorang yang baru saja menyelesaikan lomba lari maraton.
Setelah berhasil mengatur kembali nafasnya dia melangkah masuk menghampiriku dan Niken yang sejak tadi memperhatikannya.
"Ngapain lo ke sini?" tanyaku bingung, sedangkan Niken sedang merapikan kotak P3K yang tadi digunakannya untuk mengobati lukaku.
"Lo gpp?" tanya Bian dengan nada khawatir dari suaranya.
"Lo nanya ke gue?" tanyaku memastikan, siapa tau dia bertanya pada Niken bukan?
"Ya iyalah dia nanya lo, Nay. Kan lo istrinya," celetuk Niken begitu saja. "Gue ke kelas duluan ya, Nay, lo ada si Bian ini, masalahnya sekarang pelajaran Bu Inge, gue agak ngeri," lanjut Niken dan langsung pergi sebelum aku sempat mengizinkannya.
"Serius lo gpp, Nay?" tanya Bian seraya menghampiriku.
"Serius lo nanya ke gue?" balasku malah balik bertanya dan membuatnya sedikit terlihat kesal.
"Ya iyalah dari tadi gue nanya ke elo kali, lo pikir di sini ada orang lain selain lo gitu?"
"Kali aja lo nanya sama penghuni lain tempat ini," kataku cuek.
"Serah lo deh!" jawab Bian pasrah dan langsung mengundang tawa dariku.
"Kok lo bisa ke sini? Bukannya tadi lo lagi dispen kan?"
"Gue kabur, gue takut istri gue kenapa-napa, tapi kayanya dia sama sekali gak kenapa-napa, buktinya dia udah bisa ketawa kaya gitu," jawab Bian dengan senyuman khasnya untuk mengodaku.
"Istri lo siapa yah? Gue gak merasa punya suami deh," kataku sok cuek dengan pura-pura berpikir.
"Suami ganteng bin keren kaya gue lo lupain gitu aja, Nay? Duhh lo nyesel deh nanti, stok kaya gue tuh limited edition tau gak," jawabnya seraya membuat gaya sok cool-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple [Completed]
RomanceCoba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika kita dinikahkan tanpa persetujuan kita. Terlebih dengan orang yang sangat kita benci dan tidak kita harapkan keberadaannya. Dan ditambah dengan usia kita yang masih duduk dibangku SMA. Itulah yang sedang...