Seperti yang sebelumnya aku katakan, lebih baik makan meghilangkan lapar daripada melihat mereka berduaan yang malah membuatku semakin lapar. Hahaha... tapi makan sendiri gak enak juga yah, apalagi makanannya ini banyak banget elah. Karma ini mah, niat mau manasin Bian dengan beli banyak makanan pakai uangnya, eh sekarang malah ketempuhan ngabisin ini semua kayanya.
Aku menyeruput Float yang sedari tadi menemaniku. Makanannya? Aku sama sekali belum memakannya, entah kenapa saat melihat mereka tadi berduaan bukannya aku semakin lapar seperti apa yang aku bilang tadi, tapi yang ada nafsu makanku malah menghilang seketika. Ahh, menyebalkan!
Aku menundukan kepalaku, melihat gerakan kakiku yang sejak tadi tidak mau henti-hentinya bergerak karena bosan. Meskipun banyak orang yang berlalu lalang di taman Rumah Sakit ini, tapi aku sama sekali tidak berminat melihat mereka. Dan kenapa juga Viola mesti datang di saat seperti ini sih?
"Hmm...," dehem seseorang di sampingku dan tak lama tanpa perintah orang tersebut sudah duduk di sampingku. "Lagi apa?" tanyanya.
Suara itu sudah tidak asing lagi bagiku, dan benar saja saat pandanganku beralih untuk memastikannya, ternyata dia adalah orang yang sama yang baru saja melintas di pikiranku saat mendengar suaranya.
"Kak Arsen? Kok bisa di sini?" kataku malah balik bertanya.
Dia mengerutkan keningnya, dan itu membuat matanya mencipit. "Ohh, itu saya lagi nganter Ibu saya check up. Kamu sendiri?"
Nah loh Nay, jawab apa coba? Masa ia mau bilang lagi nungguin Bian, kan gak mungkin banget. Trus harus jawab apa dong? Tuh kan si Bian emang nyebelin, emang tuh anak gak ada di sini sekarang, tapi secara tidak langsung dia sudah menggangguku dengan Kak Arsen sekarang.
"Kok malah bengong?" tegur Kak Arsen yang membuatku semakin salah tingkah harus berkata apa.
"Ehh itu Kak, apa yah? Oh iyah lagi nemenin Tante Kak, nganter anaknya buat di imunisasi katanya," alibiku yang sedikit kacau, tapi semoga Kak Arsen percaya.
"Ohh... gpp kan kalo saya di sini?" tanyanya lagi yang langsung kuangguki.
"Mau, kak?" tanyaku menawarkan sebuah Burger yang sejak tadi menganggur bersama dengan makanan lainnya.
"Nggak usah makasih," tolaknya dengan senyuman yang mampu melelehkan hatiku seperti biasanya.
"Gpp kok Kak, tau nih si Tante masa beli banyak kaya gini, katanya biar aku gak bosen," alibiku yang mengalir begitu saja untuk meyakinkan Kak Arsen.
Kak Arsen ikut melihat ke arah kantung berloga KFC yang cukup besar itu dan tersenyum menahan tawa. "Kamu tuh aneh-aneh aja, emang kamu bisa ngabisin sebanyak ini?" tanya Kak Arsen di tengah kekehannya.
"Hehe... makannya kakak bantuin ngabisinnya yah," bujukkku masih dengan sebuah Burger yang sebelumnya ditolak Kak Arsen.
"Ya udah, daripada nanti kamu jadi gemuk gara-gara ngabisin semua ini. Ntar imutnya ilang lagi," kata Kak Arsen seraya mengambil alih Burger yang tadi aku pegang.
Aku hanya melonggo mendengar kalimat terakhirnya. Kak Arsen bilang imut tadi? Buat aku? Gak salah denger kan? Beneran tadi itu yang bilang Kak Arsen? Kok bisa? Begitulah isi pikiranku saat ini, otakku saat ini sedang meminta konfirmasi lebih lanjut tentang apa yang baru saja ke luar dari mulut Kak Arsen dan ditangkap oleh indera pendengaranku.
"Hmm...," dehem Kak Arsen yang membuatku langsung mengerjap-ngerjapkan mata untuk segera menyadarkan diri kembali ke dunia nyata.
"Mikirin apa?" tanyanya yang kujawab dengan gelengan.
Aku mengambil Burger satunya lagi dan menyantapnya. Sesaat, suasana hening oleh pikiran kami masing-masing. Entah apa yang sedang dipikirkan Kak Arsen saat ini yang pasti yang sedang dipikirkanku saat ini adalah tentang kata 'Imut' yang belum lama ke luar dari mulut lelaki yang duduk di sampingku ini.
"Ngomong-ngomong gimana keadaan Bian?" tanya Kak Arsen tiba-tiba yang hampir saja membuatku tersedak.
"Hah? Bian? Ehh maksudnya... iyah Bian kenapa Kak?" jawabku salah tingkah.
"Kalian sekelas kan?" lanjut Kak Arsen karena melihat responku yang sedikit aneh.
"Ohh itu, duh gimana yah, Kak, baik-baik aja kali," jawabku kikuk, dan memilih untuk mengalihkan pandanganku dari Kak Arsen.
Duh Nay, kenapa jadi salting gini sih gara-gara bahas si Bian.
"Hmm... bukannya tadi kamu langsung nyusul Bian?" tanya Kak Arsen menyelidik.
Jawab apa Nay, duh serius ini kudu jawab apa coba, udah jelas-jelas Kak Arsen liat aku ngejar Bian ke UKS, masa ia jawab nggak.
Tapi tak lama, kulihat seorang wanita paruh baya menghampiri kami. "Arsen," panggil wanita itu pada Kak Arsen. "Ibu cariin, taunya ada di sini," lanjutnya seraya mengusap lembut pipi Kak Arsen.
Kak Arsen balas mengusap pipi wanita tadi. Wajah wanita itu masih terlihat segar, meskipun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tapi kuakui beliau masih muda dan cantik. Dan jika kuteliti lebih jelas lagi, muka Kak Arsen begitu mirip dengannya. Apa itu Ibu Kak Arsen? Ya aku yakin tentang itu. "Ibu," panggilnya pada Wanita itu.
"Oh iya, Ibu kenalin ini Nayla, dia adik kelas Arsen dan junior Arsen di Karate," ucap Kak Arsen memperkenalkanku pada Ibunya.
Wanita itu tersenyum lembut padaku, persis seperti senyuman Kak Arsen, "Saya Ibunya Arsen. Jadi ini yang namanya Nayla, Arsen emang jago yah milih cewek, buktinya kamu tuh cantik banget," puji Ibu Kak Arsen yang membuatku sedikit tersipu.
"Arsen sering cerita tentang kamu loh sama Tante," lanjutnya yang langsung membuatku terbelalak, sedangkan Kak Arsen kini sedang menatap Ibunya seakan memintanya untuk tidak mengatakan kalimat tadi.
"Masa sih Tante, emang Kak Arsen cerita apa aja tentang Nay ke Tante?" tanyaku antusias. Kalian tau apa yang terjadi dengan Kak Arsen saat ini? Ya, pipinya memerah dan terus berupaya menghentikan Ibunya agar tidak menceritakan apapun tentang yang aku tanyakan.
"Ibu...," rengek Kak Arsen pada Ibunya. Dan itu lucu sekali menurutku.
"Nanti aja Tante ceritainnya deh, tuh liat Arsen udah kaya kepiting rebus, Nay," goda Ibunya yang langsung mengundang tawaku.
"Kapan-kapan kamu main ke tempatnya Arsen, cicipin kue buatan Tante, dijamin kamu suka. Kalo gitu Tante sama Arsen pulang duluan yah, Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikum salam, hati-hati, Tante,"
Syukurlah Ibu Kak Arsen datang disaat yang tepat, jika tidak mungkin aku akan mati bingung di sini untuk menjawab pertanyaan Kak Arsen tentang Bian tadi.
Trus ini makanannya gimana? Masih banyak lagi? Tauu aahhh... bbrrrr....
***
Young CoupleA/n Haii haii Gimana makin aneh gak sih? Kayanya sih gitu duhh gimana yah, maaf banget baru updet jam segini baru sempat buka wattpad, dan baru pulang sekolah juga maaf banget yah buat yang udah nunggu dan masih setia baca cerita ini/? *ngarep
Semoga suka dan jangan lupa buat tinggalkan jejak kalian dengan memberikan Vote ☆ dan komennya
-Afi^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Couple [Completed]
RomanceCoba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika kita dinikahkan tanpa persetujuan kita. Terlebih dengan orang yang sangat kita benci dan tidak kita harapkan keberadaannya. Dan ditambah dengan usia kita yang masih duduk dibangku SMA. Itulah yang sedang...