Epilog

104K 4.2K 89
                                    

Haloo... berhubung banyak yang minta epilog jadi, selamat membaca epilognya semoga kalian suka yah sama epilognya ini :D dan makasih banget udah apresiasi ceritaku ini :)
.
.
.
.
.
.
.

12 Tahun kemudian

“Bundaaa... Ayahnya nakal, Bun,” teriak Nayra seraya berlari ke arahku yang baru saja keluar dari rumah untuk bergabung bersama mereka.

“Nayra diapain sama Ayah, sayang?” tanyaku seraya berjongkok menyejajarkan tubuhku dengan Nayra.

Nayra mengucek matanya sekilas, “Roti Nay dihabisin Ayah sama Kak Nathan,” ucapnya sambil menunjuk ke arah Bian yang sedang memakan roti yang dimaksud Nayra tadi bersama dengan Nathan.

“Nayra mah ngadu mulu sama Bunda, gak seru ya 'kan Yah,” ledek Nathan bersekongkol dengan Ayahnya.

“Bundaaa...,” rengek Nayra padaku.

“Biar Bunda bikinin lagi buat Nayra yang lebih enak. Kak Nathan sama Ayah jangan dikasih, okay?” kataku menghibur Nayra dan Nayra mengangguk.

“Ya udah sekarang, tunggu dulu di sana sama Ayah dan Kak Nathan yah, biar bunda buatin dulu buat Nayra,” tambahku dan Nayra kembali mengangguk.

“Nayra gak akan bagi-bagi Kakak sama Ayah,” katanya pada Bian dan Nathan, membuatku terkekeh geli karenanya.

Ya, mereka adalah anakku dan Bian yang sangat mengemaskan diusianya yang baru menginjak 5 tahun, mereka berdua kembar, hanya saja sifat dan wajah mereka sedikit berbeda. Karena Nathan adalah anak laki-laki, jadi dia cenderung lebih mirip pada Bian dari wajah hingga kelakuannya yang kadang memang selalu mengganggu adiknya. Sedangkan Nayra, dia benar-benar mirip denganku, tapi ditambah dengan lesung pipit dari Bian yang membuatnya terlihat tambah manis dan cantik, tapi Nayra sedikit cengeng ketimbang aku.

Aku kembali dengan sepiring roti bakar di tanganku, dan menghampiri ketiga orang yang sangat aku cintai tersebut.

“Rotinya datang,” seruku dan menyimpan roti tersebut di meja kecil yang biasa kami gunakan untuk makan di gazebo ini saat akhir pekan, karena di hari biasanya Bian selalu sibuk dengan perusahaannya, tapi tetap dia selalu meluangkan waktunya untuk Nathan dan Nayra. Begitupun aku, yang kadang sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang Quality Control disalah satu perusahan pangan, aneh yah? Entahlah aku juga bingung kenapa aku bisa berakhir di sana. Dan ya tetap saja suami dan anak-anak adalah prioritas utamaku.

“Nathan mau,” teriak Nathan dan mengambil sebuah roti dari atas piring tersebut.

“Kakakkk...,” rengek Nayra ketika roti yang akan diambilnya malah diserbu lebih dulu oleh Nathan.

“Udah, Nayra yang ini aja yah,” kataku sambil memberikan satu potong roti yang lainnya pada Nayra yang sedang cemberut.

“Ini buat Nay semua, Kakak jangan dikasih lagi yah, Bun” kata Nayra mengamankan 2 potong roti yang masih ada di piring.

“Kalo Ayah minta boleh gak?” tanya Bian pada Nayra dan di jawab dengan gelengan. Aku menahan tawa saat melihatnya.

“Makannya jangan iseng sama anaknya,” kataku pada Bian.

“Kalo iseng ke Bundanya boleh 'kan?” tanya Bian dengan mata mengerling ke arahku.

“Ayah, itu matanya tolong dikondisikan, jangan genit di depan anak-anak deh,” protesku pelan seraya mencubit perutnya dan Bian meringis karenanya.

“Ayah kita main bola yuk,” ajak Nathan ketika sudah selesai menghabiskan rotinya.

“Okee.”

Young Couple [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang