YC. 20

62.7K 3.8K 8
                                    

Pertandingan final basket putra akan segera dimulai dan seperti yang kalian bayangkan lapangan sudah sangat penuh oleh para pendukung tim basket SMA Cendana yang memang menjadi Tuan rumah dan juga ada beberapa pendukung dari SMA Cendrawasih yang akan menjadi lawan nanti.

"Nay cepetan dong jalannya!" rengek Niken karena jalanku yang kelewat lambat melebihi siput. Ngapain juga cepet-cepet orang udah penuh ini.

"Ini juga udah cepet," kataku yang memang malas untuk melihat pertandingan itu, kalo bukan karena Niken yang terus memaksaku dan Bian yang mengancamku kemarin.

Malesss.... mending juga diam di kelas main game 'kan lebih seru tuh, dari pada liatin 10 orang yang rebutin bola satu?

"Percuma kan, Ken, penuh!" kataku saat kami sudah sampai di lapangan.

Niken terlihat sedang memperhatikan seluruh kursi penonton, mencari-cari tempat yang mungkin masih kosong. Sementara Aku hanya diam tanpa semangat di sampingnya.

Seseorang sepertinya melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Kak Arsen menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya, mengisyaratkan supaya Aku duduk di sana.

"Nay, itu Kak Arsen kan? Kursi yang di sebelahnya kosong tuh, ke sana yuk!" ajak Niken yang sudah lebih dulu menarik tanganku tanpa intruksi. Kenapa nih bocah jadi kaya si Rabies sih, narik-narik seenaknya?

"Hai Kak, boleh duduk di sini kan?" tanya Niken yang sudah duduk di kursi yang tadi kumaksud. Ngapain minta izin kalo udah duduk duluan coba?

Kak Arsen terseyum seraya mengangguk meng'iyakan pertanyaan Niken tadi.

Pertandingan akan segera dimulai, para pemain dari kedua kubu sudah memasuki lapangan dengan seragam basket khas mereka. Tim Bian mengenakan warna Merah dan Tim lawan warna Biru.

Semua penonton langsung bersorak-sorai ketika melihat Bian yang memenangkan tebak koin atau apalah itu, untuk menentukan posisi bola pertama.

Pritt...

Pertandingan pun resmi dimulai. Bian menguasai bola dan tak lama dioper pada Rico. Rico men-dribbel bolanya hingga mendekati ring dan mengopernya kembali pada Bian dan...

Two point.

Bian berhasil memasukan bola ke ring lawan hanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Sorak-sorai kembali bergema di seluruh aula lapangan saat Bian berhasil mencetak skor.

Bola kini berada di tangan Angga dan tepat di depannya seorang tim lawan tengah berdiri menghalanginya untuk mengoper bola.

Tak lama Angga akhirnya berhasil mengoper bola itu ke tangan Bian dan langsung digiring oleh Bian menuju ring lawan. Tepat di depan Bian, Regan kapten tim lawan meghadangnya hingga membuat bola yang di pegangnya terlepas.

Bian nampak terlihat emosi, dia mengepalkan jemari tangannya dan mengacak rambutnya, namun tak lama dia kembali berfokus pada bola yang kini berada di tangan Regan.

Pertandingan semakin memanas, bukan hanya dari kubu pemain, para supporter pun sudah terlihat gemas. Hanya akulah yang tidak terlalu bersemangat dan malah bosan.

Three point...

Bian berhasil mencetak point kembali dan menjadikan timnya memimpin di babak pertama ini.

10 menit waktu istirahat, Bian langsung berhambur untuk mengambil botol air mineralnya dan meneguknya hingga tersisa setengah, setengahnya lagi ia gunakan untuk menguyur rambutnya. Entah apa tujuannya, apa setiap orang memang selalu melakukan hal seperti itu saat istirahat pertandingan?

Seseorang datang menghampiri Bian dengan sebotol pocari sweet di tangannya. Wanita berparas cantik dengan kaki jenjang dan penampilan feminimnya. Viola, untuk apa dia mendekati Bian?

Viola memberikan botol pocari sweet itu pada Bian yang langsung diterima dengan senang hati oleh Bian.

Dasar playboy! Mantannya aja masih dibaik-baikin gitu. Batinku.

Entah kenapa melihat perlakuan sok perhatian Viola pada Bian malah membuatku kesal dan sikap Bian yang malah menerima perhatian itu semakin membuat dadaku bergemuruh.

Sudah jelas-jelas Bian memutuskan Viola, untuk apa juga Viola kembali mendekati Bian? Untuk mengajaknya balikan?

Pritt...

Waktu istirahat berakhir dan saatnya babak kedua dimulai. Bian berjalan memasuki lapangan dan tanpa sadar tatapan kami bertemu, Bian tersenyum ke arahku dengan seringai menyebalkannya lalu tak lama dia mengedipkan sebelah matanya. Seakan memberi tahuku bahwa dia pasti akan memenangkan pertandingan ini.

Aku sama sekali tidak mempedulikannya dan lebih memilih mengobrol dengan Kak Arsen, sementara Niken dia sedang membeli camilan di kantin.

Kulirik sekilas Bian yang sepertinya sedikit mendengus karena aku abaikan.

Pertandinganpun kembali dimulai, Niken sudah kembali dengan sekantong makanan dan es krim dan membaginya padaku dan Kak Arsen. Mungkin ini akan lebih menyenangkan jika ditemani es krim rasa cokelat favoritku.

Aku dan Kak Arsen lebih asyik tertawa dengan candaan kami ketimbang memperhatikan pertandingan yang entah berbanding berapa point sekarang.

"Kamu lucu juga yah, Nay," seru Kak Arsen di tengah tawanya.

Apa tadi Kak Arsen bilang, aku lucu? Ahh, sepertinya pipiku saat ini sudah memerah secara spontan karna pujiannya.

Tawa Kak Arsen langsung menunjukan kedua lesung pipinya yang manis.

Makan es krim sambil liat Kak Arsen senyum kaya gitu? Bisa diabetes ini mah.

"Nay, ada es krim tuh," serunya seraya menujuk bibir sebelah kanannya sebagai isyarat padaku.

Belum sempat aku mengelapnya, jemari lelaki itu sudah lebih dulu mengusap sisa es krim yang tadi menempel di ujung bibir kananku. Lembut dan hangat.

Aku terdiam sesaat, tenggelam dalam aura kehangatannya, tanpa kusadar kedua mataku tepat menatap kedua manik mata hitamnya. Tatapan kami bertemu, membuatku jatuh lebih dalam pada pesonanya. Arsen Reivaldo.

"Biannn!!!" teriak semua yang ada di lapangan termasuk Niken yang sudah berdiri dengan tubuh menegang dan shock.

Aku dan Kak Arsen langsung mengalihkan pandangan ke arah lapangan yang sudah dipenuhi banyak orang, termasuk PMR. Ada apa? Apa yang terjadi dan kenapa semua orang tadi berteriak 'Bian'?

Seketika aku menjadi kalap, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Niken menjadi heboh sendiri dan sulit dimintai keterangan.

Tak lama semua yang bergerumun pun kembali ke tempatnya masing-masing. Sementara para petugas PMR sudah membawa Bian ke luar mengunakan tandu. Bian tampak meringis kesakitan memegangi tangan kanannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tell me why, please?

"Nay gue harus ke UKS buat ngecek keadaan di sana," pamit Niken dan langsung pergi meninggalkanku yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Pikiranku masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi tadi hingga Bian bisa terjatuh seperti itu. Begitulah yang kudengar dari desas-desus para fansnya yang ada di dekatku.

Pertandingan pun berakhir dengan kemenangan SMA Cendana. Ku lihat Regan kapten tim lawan nampak kesal dan terus mengacak rambutnya frustasi. Sebegitunya kah?

Tanpa peduli dengan apa yang akan dikatakan kak Arsen selanjutnya aku langsung berhambur menuju ruang UKS mencari tau keberadaan Bian dan menemui Niken untuk menanyai apa yang terjadi sebenarnya.

Perasaanku saat ini campur aduk, antara khawatir, senang dan sebal. Khawatir karena Bian yang tadi terluka, senang karena bisa semakin dekat dengan Kak Arsen dan sebal karena Niken yang tidak memberi tahuku kejadian tadi yang dilihatnya.

¤¤¤
A/n gimana? Makin aneh? Gak jelas? duhh gimana yah, emang kayanya makin aneh nih cerita :'D Tapi semoga kalian suka dech :D

Makasih buat yang masih setia baca cerita absurdku ini :D Dan jangan lupa Vommentnya ditunggu banget yah ;))

Young Couple

Young Couple [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang