just say

3.4K 274 10
                                    

Baekhyun pov

Sejak kemarin aku dan Chanyeol selalu masuk kelas. Kami tak melewatkan satu kelas pun. Kami selalu bersama. Chanyeol selalu membantuku dalam kesulitan, seperti disaat menari dan bernyanyi.

"Wooaa Baek, suaramu lagi-lagi membuatku terpukau. Bagaimana kau bisa menyanyi sebaik itu?"tanya Chanyeol padaku dengan matanya yang membulat dan mulut yang membulat.

"Hehe jangan memujiku Yeol, suaramu juga bagus"

"Tapi suaramu lebih bagus dariku"

"Ani, suaramu lebih bagus"

"Gheu.."

"Gheu.."

"Araseo, terserah padamu sajalah"jawabku dengan ujung bibir yang terangkat.

Kringgg!!!

"Yuhuuu...kajja kita pulang Yeol"aku menarik tangan Chanyeol untuk pulang ke rumah, tapi tak membuatnya berjalan selangkah pun. Apa aku tak bertenaga? Aku menoleh kebelakang.

"Wae?"tanyaku.

"Kau yang kenapa? Kita kan mau belajar"

"Ne, itu maksudku membawamu. Kita kan mau..belajar"aku menggaruk kepalaku, berbohong padanya yang sebenarnya aku ingin mengajaknya pulang, bukan belajar di taman seperti kemarin.

"Jinja? Kenapa kau melakukan itu? Haaa"ia menunjuk wajahku dengan tawanya.

"K-kenapa kalau aku menggaruk kepalaku? Tidak boleh?"tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Aissh Baek, aku sangat mengenalmu. Kau akan menggaruk kepalamu bila kau berbohong. Itu kebiasaanmu"ia mengejekku dengan senyum lebarnya.

"Aniya. Aku tidak berbohong wlee~" aku menjulurkan lidahku padanya.

"Kajja kita pergi ke taman sekarang"aku menarik lengannya lagi. Tangan kami saling bertautan sepanjang perjalanan kami menuju taman tempat kami menghabiskan waktu bersama.

"Yeol, stemfluit itu apa? Aku bingung"aku bertanya padanya yang sedari tadi sibuk dengan buku nya sendiri.

"Stemfluit itu alat untuk menyetem garputala"jelasnya dengan mata yang masih tertuju pada bukunya.

"Kalau interval itu apa?"tanyaku lagi karena aku tidak suka ia menjawab pertanyaanku tanpa menoleh ke wajahku.

"Interval itu jarak antara dua buah not"lagi-lagi ia tak melihatku.

"Yeoll..."aku menutup buku yang ia baca.

"Apa yang kau lakukan Baek? Aku sedang membacanya"ia bingung.

"Kau mengacuhkanku"aku mempoutkan bibirku.

"Andwe, aku menjawab pertanyaanmu kan? Jadi, aku tak mengacuhkanmu"

"Tapi kau tidak menatapku. Kau sibuk dengan bukumu"aku melipat kedua tanganku didada.

"Eoh, kau cemburu ne? Kau mau diperhatikan?"ia malah menggodaku.

"Aku tidak cemburu. Aku hanya tidak suka kau seperti itu"aku menatapnya kesal.

"Ara ara, mianhae chagi. Kau sangat lucu. Aku akan mengajarimu. Aku tidak akan seperti itu lagi"ia mencubit pipiku.

Akhirnya, Chanyeol memasukkan bukunya dan membantuku untuk belajar. Karena selama ini aku tak pernah sungguh-sungguh belajar. Chanyeol sepertinya berbakat menjadi guru. Ia membuatku paham dengan penjelasannya yang singkat tapi dapat kumengerti. Tidak seperti Lee songsaengnim yang menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi tapi sulit kumengerti. Harus mengulang 2 hingga 3 kali baru aku akan mengerti penjelasannya. Aku jadi membayangkan Chanyeol menjadi guru. Berdiri di depan kelas dengan pakaian rapi. Ia terlihat sangat tampan. Wajah serta tinggi badannya menambah kesempurnaanya.

Stendhal Syndrome: Love Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang