Ticket

2.3K 230 74
                                    

Malam mulai larut, menyisakan pasien dan penjaganya tetap tinggal. Kesunyian menyibak dilingkungan rumah sakit. Tak terdengar Suara apapun. Mungkin karena banyak pasien yang telah tertidur dan melabuhkan khayalan mereka dalam mimpi bahagia mereka. Dingin udara saat malam mulai larut, semakin Membuat mereka menggenggam erat selimut menutup tubuh mereka. Namun diantaranya, masih ada pula sebagian pasien yang masih terjaga. Diantaranya yaitu Ny. Park, yang saat Ini sedang menyusuri lorong rumah sakit ditemani infus yang terpasang dihidungnya itu, sambil mendorong tiang penyangganya itu. Meski fisiknya tak memungkinkannya untuk berjalan, tapi ia tetap memantapkan dirinya untuk menemui seseorang yang ia cari itu. Matanya melirik kearah kiri dan kanan, mencari sebuah kamar yang ingin ia datangi. Ia menghembuskan nafas leganya ketika ia menemukan kamar yang ia cari. Dengan langkah kakinya perlahan, ia membuka pintu itu.

"Ny. Park?"Chanyeol dikejutkan Oleh sosok wanita paruh baya yang tiba - tiba datang menjenguknya. Ia segera menghampiri Ny. Park dan membantunya berjalan, Meski kakinya juga terluka, tapi lukanya hanya luka biasa, berbeda dengan penyakit yang diderita Oleh Ny. Park.

Chanyeol berhasil membawa Ny. Park duduk di sofa yang tersedia di ruang rawatnya itu. Ia mengambil beberapa lembar tissu lalu menyekanya pada dahi berkeringat Ny. Park. Ny. Park tersenyum melihat perhatian Chanyeol padanya.

"Gomawo"balasnya pada Chanyeol.

"Eomma, Bagaimana kau tahu aku dirawat? Apa dokter Jacob memberitahumu?"tanya Chanyeol penasaran setelah menaruh tissu itu diatas meja.

"Ne, ia memberitahuku"Ny. Park berbohong, bukankah Kwon ahjussi yang memberitahunya? Lalu kenapa ia berbohong pada Chanyeol? Hanya ia dan Kwon ahjussi yang mengetahuinya.

"Apa yang terjadi padamu Chanyeol?"ia membelai lembut surai Chanyeol. Chanyeol melihat kasih sayang tulus dari Ny. Park Membuat manik matanya dipenuhi air.

Grepp

Dengat cepat Chanyeol sudah memeluk Ny. Park erat. Ia menangis ketika ia dapat merengkuh tubuh renta itu. Karena spontan mendapat tindakan Chanyeol membuatnya bersandar pada sofa dan membalas pelukan Chanyeol lalu mengusap - usap pelan punggung Chanyeol yang bergetar.

Waktu hampir melewati 15 menit dan mereka masih dengan posisi mereka. Dengan keadaan Chanyeol yang terus menangis sepuas hatinya. Tangis itu bukan tak berhenti, semakin kesini tangis itu semakin menjadi - jadi. Ia semakin sesenggukan karena tangisnya. Ny. Park yang notabene fisiknya sudah lemah dan rapuh akhirnya sudah tak sanggup lagi menahan beban tubuh Chanyeol.

Uss uusss usss

Ia menepuk - nepuk punggung Chanyeol lalu memberi dorongan pada lengan Chanyeol hingga Chanyeol dapat duduk kembali tanpa bersandar pada dirinya.

"Uljimma, wae? Ceritakan pada Eomma"ia mengelap air muka Chanyeol. Wajah serta poninya yang basah, Sepertinya karena air mata dan keringat yang mengguyurnya. Ia masih sesenggukan seperti seorang anak kecil yang kehilangan balonnya.

"B-baek-hyun hiks me-me-ning-galkan-k-kku hiks, eommaaaaaa"Chanyeol memeluk Ny. Park lagi. Ia hanya bisa menerima sikap Chanyeol dan mencoba mengerti dengan apa yang terjadi pada Chanyeol.

"Jangan seperti Ini, tahan air matamu jika kau benar - benar namja"Ny. Park bersikap tegas dan mengepal tangannya didepan wajah Chanyeol, untuk membangunkan sifat Chanyeol yang kuat dan berani. Chanyeol pun menceritakan segala yang terjadi pada dirinya. Dimulai dari permintaan lamaran Dr. Jacob disusul firasat buruknya, lalu Baekhyun hingga lamaran yang ia terima.

"Kenapa kau menerimanya? Bukankah kau mencintai Baekhyun?"

"A-ku hiks, i-ngin hiks me-lu-pa-kannya hiks"Ny. Park kembali mengelap wajah Chanyeol. Tak pernah ia lihat Chanyeol serapuh Ini, Chanyeol orang yang kuat.

Stendhal Syndrome: Love Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang