Love Lie

2.6K 210 45
                                    

"Good morning"pagi ini Chanyeol terlihat begitu ceria, sangat jelas terlihat rona merah Pada pipinya. Apa karena semalam Ia bermimpi Baekhyun? Itu benar, semalam Baekhyun menghampirinya, Ia bertemu Baekhyun meski hanya dalam tidurnya, tapi itu merupakan seberkas harapan serta bara semangatnya.

"Tenanglah Chan. Kau tahu aku hanya mencintaimu, Kau tahu aku tak mungkin pergi. Jika aku pergi, itu tidak nyata. Karena Kau adalah akar dari tumbuh kembangnya senyumku. Tak ada yang bisa menggantikanmu, posisimu, kedudukanmu, serta segala hal yang kusukai didirimu tak akan dimiliki oleh siapapun. Seperti janji yang pernah kita ikatkan satu sama lain, tak ada yang lain, hanya ada Kau satu, dihati dan dijiwaku. Mencintai hingga kematian menjemput, dan tak akan meninggalkan satu sama lain. Saranghae Park Chanyeol"

Seakan mimpi itu masih teringat jelas di dalam otaknya. Seperti film yang berputar, lalu diulang - ulang kembali tanpa pernah bosan. Harapnya, mimpi itu adalah sebuah isyarat, bila Baekhyun tak akan membuatnya terluka.

"Good morning to handsome doctor"

Chuuu~

Salah seorang pasien anak berumur 8 tahun mencium pipinya, ketika Ia sedang memeriksa denyut jantung pasien kecil itu. Chanyeol hanya tersenyum menerima perlakuan lucu dari pasiennya yang satu ini. Tidak hanya satu ini, hampir seluruh pasien anak yang ditangani olehnya ataupun bukan, pasti akan bertingkah lucu padanya. Itu karena aura karismatik serta ramah tamahnya pada seluruh pasien di rumah sakit ini.

"Jennie.."tegur sang eomma pada anaknya yang telah mencium pipi Chanyeol seenaknya, (kan emaknya mau juga kkkkk~).

Anak itu hanya tersenyum meledek eommanya.

"Ok, i'm fine. Jennie, stay rest in your bed. Don't run again okay?"saran Chanyeol lalu menulis sesuatu pada papan yang ia bawa.

"Ok, i'll go, bye Jennie keep your healthy"Chanyeol melambaikan tangannya seraya tersenyum lalu melangkah menuju pintu keluar.

Setelah beberapa saat ia memeriksa satu persatu pasien, Chanyeol pun terduduk di meja kerjanya. Ia mengambil secangkir kopi yang tersedia di atas mejanya. Menikmati aroma serta hangatnya air dari kopi itu, membuatnya sedikit rileks dan nyaman. Ia kembali menulis beberapa data yang perlu ia buat.

Ia sangat bersemangat menjalani hari ini, beberapa orang bertanya "ada apa dengannya", ia hanya menjawab "sesuatu yang selama ini kupendam."

Ia pun selesai menulis data - data tersebut, karena ini masih siang, ia pun beranjak dari mejanya. Berjalan keluar. Terlintas dalam benaknya untuk menemui Ny.Park. Seorang pasien yang dianggapnya seperti eommanya sendiri.

Klekk

"Ah.. chanyeol-ah"senyum tulus mengembang dibibir wanita paruh baya itu. Ia terlihat senang Chanyeol datang mengunjunginya. Chanyeol pun tersenyum tak kalah senang dengannya. Chanyeol lalu duduk dikursi sebelah kasurnya. Ia tak mengatakan apapun, tapi dari wajahnya sudah terlihat bila ia sangat bahagia. Dari matanya terkesan pancaran cinta yang kuat. Ny. Park mengerutkan dahinya bingung.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau merona seperti ini? Siapa yang melakukannya?"tanyanya melihat Chanyeol yang begitu berbeda pada hari ini. Chanyeol tak menjawabnya, ia terus tersenyum sambil menatap wajahnya.

"Hmm.. apa karena namja bernama Baekhyun itu?"Chanyeol kembali tersipu, wajahnya menjadi semerah tomat ketika Ny. Park menyebut nama Baekhyun. Chanyeol menenggelamkan wajahnya pada kasur yang Ny. Park tiduri. Tingkah menggemaskannya membuatnya turut tersenyum lalu mengusap rambut Chanyeol. Chanyeol mengadah dengan senyuman yang sudah terpatri di wajahnya. Ny. Park kemudian mencubit hidungnya.

"Wae?"Chanyeol menjadikan punggung tangannya sebagai bantal untuk menaruh kepalanya diatas kasur. Chanyeol kembali menutup matanya, sungguh ia merasa menjadi seorang anak saat ini.

Stendhal Syndrome: Love Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang