"Surat pos datang!" Ujar Yin di waktu malam mereka. Sudah seminggu lewat dari liburan tak terlupakan bagi Aria, dan semuanya berjalan seperti semula. Hanya ada perubahan kecil dari Aria, kesulitan tidur di malam hari. Ia menjadi lebih sering terjaga di malam hari dan menghabiskan waktu dengan membaca, sampai akhirnya ketiduran di meja belajarnya dalam posisi duduk membaca buku.
"Ada surat untukku?" Aria bertanya tak sabar. Seharusnya dialah yang mengambil surat di kotak pos, tetapi Aria lupa dan Yin dengan senang hati memeriksa kotak pos begitu malam tiba. Yin tersenyum dan sedikit menggoda Aria saat menyerahkan amplop putih surat miliknya. Aria menerimanya dengan ceria dan langsung membaca pengirimnya. Nama Sierra terukir dengan tulisan rapi di pojok kanan bawah. Sudah rutin Ia menerima surat dari Ibunya, Sierra, Aria masih belum bisa bersikap normal dan tersenyum malu-malu sampai mencapai kamarnya untuk membuka surat itu.
Tok! Tok! Ketukan di pintu terdengar saat Aria sedang membaca di pertengahan surat. Surat itu begitu tebal, terdiri dari tiga lembar kertas surat dan beberapa lembar foto keluarganya.
"Ya? Siapa itu?" Aria bertanya, tetapi tidak kunjung mendapat jawaban. Dia membuka hati dengan setengah hati; dengan dugaan di kepalanya. Orang yang begitu sombong untuk menjawab pertanyaannya hanya Sam...atau...
"Claire...?"
"Boleh aku masuk?"
"Um...Tentu..." Aria tidak yakin apa yang di lakukan kakak angkatnya satu ini. Gadis itu memang terlihat muda dan anggun, tetapi dia sudah hidup selama lebih dari 70 tahun, dan satu hal jelas terlihat dari sikap permusuhannya pada Aria.
Pandangan Claire menerawang ke seisi kamar Aria. Gadis itu mengernyit pada lembaran kertas di atas tempat tidur Aria. Aria menangkap pandangan Claire dan berusaha menarik perhatiannya. Ia tidak suka pandangan Claire pada barang pribadinya.
"Apa yang kau inginkan, Claire?"
"Kelihatannya kau banyak menyimpan hal-hal tidak penting disini..."
"Itu bukan urusanmu...hei!" Aria berusaha mengambil surat yang diambil Claire dengan mudah di tangan lentiknya.
"Dear Aria..." Claire mulai membaca keras-keras dengan nada berlebihan.
"Kembalikan, Claire!" Seru Aria memohon.
"Hmph. Hal seperti ini hanya akan membuatmu lemah, kau tahu?" Claire melempar surat Aria ke sudut ruangan, membuatnya jatuh berserakan. Aria otomatis berlari dan mengumpulkan kembali kertas surat dan lembaran foto di dalamnya, mendekapnya erat di dada.
"Kenapa kau begitu jahat padaku?"
"Aku tidak jahat padamu, hanya memberikan fakta: Kau tidak akan pernah bisa menjadi bagian keluarga Everhart, selama kau masih terikat dengan masa lalumu."
"Tetapi, mereka adalah keluargaku juga. Salahkah jika aku menyayangi mereka juga?"
"Kau tidak bisa memiliki semuanya di atas dunia ini. Apalagi jika kau akan hidup begitu lama di atas dunia ini."
Claire meninggalkan Aria yang masih terpana dengan perkataannya, sendirian meringkuk dengan lembaran surat di dekapan tangannya. Tubuhnya tidak bergerak, tetapi hatinya terguncang. Claire memang memiliki lidah yang tajam, tetapi perkataannya bisa sangat dibenarkan. Ia terlalu dekat dengan keluarganya, tidak ingin melepaskan mereka, padahal Ia sudah membuat keputusan begitu dirinya memilih untuk keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam keluarga Everhart.
Aria merasa sangat tidak adil kepada ibunya. Ia memohon supaya bisa melepaskan diri dari keluarga manusianya, keluarganya yang normal, masa lalunya. Sekarang, begitu Ia mendapatkan bantuan dengan kehidupannya yang berubah sama sekali, Ia tidak ingin melepaskan keluarganya. Sungguh munafik. Claire sangat benar jika mengatakan bahwa Aria menyimpan hal-hal yang membuatnya lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aria: Everhart
Ma cà rồngEverhart. (#30 on 7 aug 2016) Tuhan menciptakan dunia pagi dan malam hari. Pagi dikuasai oleh mahluk cahaya, dan malam dikuasai oleh mahluk kegelapan. Itulah hukum alam yang ada. Tidak ada mahluk yang bisa hidup dalam kedua alam sekaligus. Yah, bel...