Chapter 19 - Badai

25 4 0
                                    

Sepasang mata merah mengawasinya setiap gerak-geriknya, setiap tarikan nafas yang Ia ambil, setiap perkataan yang Ia lontarkan, setiap gurat senyuman di bibirnya, semua terekam secara sempurna. Tidak ada mahluk lain yang sebegitu menarik perhatiannya dibandingkan gadis ini, gadis manusia yang tinggal bersama dengan kaum abadi.

"Harus kuulangi berapa kali baru kau mengerti? Kau tidak bisa sembarangan masuk ke kamar orang lain, anak kecil!" Teguran keras dari pemuda berambut merah itu menggaung di lorong rumah mereka yang bertingkat tiga. Lawan bicaranya kelihatan tidak goyah, dengan kedua tangan dilipat di depan dada, Ia menjawab dengan kalem.

"Mana kutahu kau akan pulang secepat ini? Biasanya kau baru pulang lewat dari jam 12?"

"Hal itu tidak membenarkan perilakumu, penyusup kecil..."

"Hei~ Secara teknis, kita ini saudara. Mana mungkin aku menjadi penyusup di rumahku sendiri?" Gadis itu balik bertanya. Sam melotot mendengar jawaban Aria.

"Aku setuju dengan Aria. Maaf, Sam. Untuk ronde ini, kau yang kalah," Rein muncul di antara mereka sambil mengaduk-aduk botol berisi entah-cairan-apa di dalamnya. Samuel dan Aria saling menatap satu sama lain, seakan melakukan peperangan batin di antara mereka.

"Ah...bisakah kalian berdua sebentar saja tidak menjadi kucing dan tikus? Tentu kau adalah tikus berambut merahnya, Samuel." Claire ikut menimbrung pembicaraan dari lantai bawah, dimana Ia sibuk merawat kuku-kuku tangannya. Yin membantu, dan tersenyum seakan menikmati drama keluarganya.

"Ugh. Tidak adakah pembelaan untukku?"

"Kau yang lebih tua, Sam. Dewasalah," Aria menjawab pertanyaan retoris Sam, membuatnya tambah kesal.

"Jadi itu permainanmu sekarang, memakai isu usia?" Geram Sam.

"Yeah. Jika itu yang bisa membuatmu kalah," jawab Aria setelah menimbang-nimbang. Ia berusaha menaham senyuman di wajahnya. Melihat Samuel menggeram menjadi kesenangan baru bagi Aria, apalagi jika sampai uring-uringan.

"Aria sayang. Kurasa sekarang sudah waktunya kau tidur?" Suara Yin mengakhiri semua drama kucing dan tikus malam ini. Rein tidak bisa menyembunyikan kesedihannya bagaikan mendapat tanda drama favoritnya bersambung di televisi. Hal itu memberikannya tatapan membunuh dari Samuel. Aria menurut kemudian berjalan ke kamarnya dengan senyum kemenangan.

Hubungannya dengan Samuel sudah jauh berubah ke arah yang positif. Hari-hari mulai dipenuhi dengan kompetisi kucing dan tikus yang dilakukan keduanya dengan sangat baik. Rein sudah terbiasa dan setia menunggu peperangan kekanakan yang dilakukan Sam dan Aria, bahkan Claire pun tidak kalah semangat dengan menambah panas suasana dengan komentar-komentarnya. Yin, di lain pihak, tetap bertindak sebagai moralis yang menjaga keseimbangan dalam keluarga uniknya.

Hari ini adalah hari terakhir bersekolah sebelum liburan natal dimulai. Aria merasakan semangat para siswanya menyambut natal. Kota Wealdon Hill adalah kota kecil yang senang dengan perayaan-perayaan besar. Buktinya, seluruh kota sekarang sudah ditutupi dengan begitu banyak ornamen natal di dinding, lampu jalanan, bahkan pembatas jalan. Penyanyi-penyanyi jalanan juga sering muncul menyanyikan lagu-lagu indah yang menyampaikan semangat natal.

"Aria! Kau yakin tidak ingin ikut bermain di kota malam ini?" Neil bertanya untuk kesekian kalinya minggu ini. Ia jelas kecewa dengan penolakan Aria, namun tidak lantas menyerah. Ia bahkan memberi pandangan memohon pada Samuel yang senantiasa berada di samping Aria, tetapi tidak juga membuahkan hasil. Aria sebenarnya dengan berat hati menolak. Ia tidak mampu memberi alasannya pada orang lain, karena mungkin hanya keluarganya yang memahami kekhawatirannya.

Aria takut jika ia kehilangan kendali, dan sesuatu yang lain mengontrol tubuhnya. Ia khawatir jika sampai harus mengorbankan teman pertamanya di kota ini karena kecerobohannya. Sudah cukup peristiwa yang lampau terjadi, dan Aria diam-diam berjanji pada dirinya untuk menghalangi hal seperti ini untuk terjadi lagi.

Aria: EverhartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang