Keluarga Everhart berkumpul di bawah langit malam yang cerah. Thomas, Yin, Sam, Rein, Claire, dan Aria duduk melingkar di kursi yang sudah disediakan. Aria mengenakan piyama tidurnya yang dilapisi jaket tebal untuk menghalau angin malam yang dingin. Anggota keluarga lainnya mengenakan pakaian santai mereka.
"Aku akan langsung saja ke topik pembicaraan utama kita. Kemarin, aku sudah mendapatkan pekerjaan baru di Eropa Utara," tutur Thomas.
"Ah... Sudah waktunya untuk pindah?" Tanya Claire setengah acuh.
"Padahal aku mulai menyukai rumah ini," desah Yin.
"Bisakah kita memesan jasa pindah rumah yang lebih bagus? Perpindahan rumah yang terakhir merusak dua mesinku..." tambah Reinhart.
"Aku akan mengurus semuanya, seperti yang sudah-sudah," Sam menawarkan diri.
Semua sibuk dengan pemikiran dan mulai berbincang mengenai lokasi rumah mereka yang baru, surat-surat kepindahan, jasa angkut barang...semua hal yang membuat Aria hanya bisa terdiam. Matanya membelalak terkejut melihat sebegitu mudahnya keluarga Everhart membuang semua yang ada di masa lalu untuk membangun masa depan. Ia kagum dengan mereka, tetapi tidak bisa menyangkal perasaan sedih dan cemas yang muncul di hatinya.
Aria tidak punya hal mengikat yang akan membuatnya sedih. Satu-satunya teman yang Ia miliki adalah Taylor, itupun tidak dekat. Walaupun sekarang mereka saling berkirim email, hubungan pertemanan mereka tidak akan meninggalkan kesedihan terlalu dalam dengan perpisahannya. Bahkan, Taylor tidak perlu tahu. Aria bisa menghindarinya karena ini masih libur musim panas.
"Aria, apa yang kau pikirkan?" Tanya Yin lembut.
"Um...tidak ada." Aria tersenyum kecil.
"Dia hanya shock, bu. Kau pikir manusia awam akan memahami tradisi kita yang berpindah lokasi setiap saat?" Claire dengan kata-kata pedasnya.
"Oh, benarkah itu, Nak? Kau terkejut dengan pemberitaan ini?" Yin terkejut.
"Sedikit..." Aria menjawab jujur. Claire melengos, membuahkan pelototan tajam dari Thomas dan Sam. "Tapi, aku akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," lanjut Aria buru-buru.
"Maafkan kami, Aria. Ini semua kami lakukan untuk bertahan hidup. Tentu kau mengerti, kan, Nak?" Thomas bertanya sungguh-sungguh.
"Aku paham."
Aria mengundurkan diri dari pertemuan ini. Tidak ada lagi yang bisa Ia lakukan sekarang. Pada waktu-waktu seperti ini, Ia merasakan perbedaan dengan anggota keluarga lainnya. Mereka sudah hidup lebih lama darinya, sudah lebih berpengalaman. Aria tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa Ia hanya gadis remaja berusia 15 tahun, yang statusnya sebagai manusia sangat dipertanyakan. Aria masih terlalu terbawa perasaan pada hal-hal sensitif seperti perpindahan rumah mereka. Ia sudah bertahan di rumah ini sejak berusia 14 tahun, yang berarti sudah satu tahun berlalu sejak Ia menginjakkan kakinya di rumah ini. Satu tahun terdengar lama, tapi terasa singkat. Begitu banyak hal yang Aria lewatkan di rumah ini, sejak ia menginjakkan kaki di rumah ini. Keluarga abnormal yang mengulurkan bantuannya.
"Hei, anak kecil. Apakah kau punya barang yang ingin ditinggal?" Sam muncul di hadapan Aria tiba-tiba, membuatnya tersentak mundur.
"Jangan muncul tiba-tiba begitu, kakek!" Keluh Aria.
"Ayolah...waktuku tak banyak. Setelah membuat daftar barang-barang, aku akan mengontak jasa pindah rumah dan tetek bengeknya."
"Um. Kalau boleh tahu, kapan kita akan pindah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aria: Everhart
VampiroEverhart. (#30 on 7 aug 2016) Tuhan menciptakan dunia pagi dan malam hari. Pagi dikuasai oleh mahluk cahaya, dan malam dikuasai oleh mahluk kegelapan. Itulah hukum alam yang ada. Tidak ada mahluk yang bisa hidup dalam kedua alam sekaligus. Yah, bel...