Chapter 15 - Merah

50 7 5
                                    

Aria menyendiri di kamarnya seharian. Ia tidak keluar sekalipun, sehingga Yin membawakan makanan ke kamarnya. Itupun tidak mendapatkan respon dari gadis remaja itu. Ia tidak membukakan pintunya untuk siapapun, walaupun Yin secara rutin mengetuk pintu kamarnya sampai kemudian Thomas menghentikannya.

Sam tidak melakukan apa-apa soal itu. Ia juga menghabiskan waktunya mengunci diri di kamar, kelihatan tidak peduli pada sekitarnya. Jelas sekali ada satu masalah yang masih berputar di kepalanya. Baru kali ini Samuel merasakan perasaan gelisah, emosi yang hanya pernah dirasakannya sebagai manusia. Selama ini Ia sudah membuangnya jauh-jauh, mengarungi keabadian dengan menyisihkan segala penghambat termasuk emosinya. Sekarang, begitu emosi itu mulai nampak di permukaan, Sam belum siap untuk merasakannya lagi.

Semuanya bermula dari malam itu...

------

Sam tidak tahu pasti apa yang terjadi karena Ia baru saja kembali ketika Ia melihat sosok Aria dan Daniel dari kejauhan. Sam merasa tertipu karena membuat Aria berduaan dengan remaja labil itu. Perasaannya berkecamuk antara ingin segera mendekat dan kebutuhannya untuk tidak menggunakan kemampuan super cepatnya di depan manusia biasa. Kegelapan menaungi kedua sosok itu, namun Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah Aria yang tenang. Sam merasakan suasana aneh yang membuatnya merinding. Apa yang sedang terjadi? Semakin Ia mendekat, barulah Ia bisa melihat dengan lebih jelas.

Kedua bola mata Aria memancar berwarna hitam berkilauan. Kacamatanya tidak bertengger di atas hidungnya seperti biasa. Pandangan matanya tanpa emosi kepada Daniel yang kehilangan kesadaran. Rambut hitamnya yang bergelombang tertiup angin tak beraturan. Daniel terjatuh ke tanah dengan suara berdebum, namun Aria hanya memperhatikan dari sudut matanya yang berkilauan dalam gelap. Sam terdiam memperhatikan Aria yang kelihatan seakan-akan bukan dirinya sendiri. Ia belum pernah melihat Aria seperti itu.

Kejadian selanjutnya menggerakkan Samuel dengan begitu cepat. Ia tidak lagi berpikiran untuk menyembunyikan kekuatannya demi menyelamatkan nyawa pemuda itu. Satu hembusan angin mengubah posisi Daniel di belakangnya, dan Aria di hadapannya dengan mulutnya terbuka lebar dan gigi taringnya mencuat keluar. Sam menjadi halangan terakhir antara Aria dan pemuda manusia itu, dan Ia sendiri masih kebingungan dengan apa yang terjadi pada gadis ini.

Aria tidak menggubris saat tangan Sam berusaha mencegahnya. Ia memandang lekat Samuel dan tatapannya begitu kelam dan dingin. Gadis ini sama sekali bukan Aria, pikir Sam. Sam menelan ludah sebelum kemudian berupaya untuk menyadarkan Aria, entah bagaimana caranya.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan, anak kecil?" Serunya pada Aria yang kelihatan tidak peduli. Matanya sekarang terfokus pada pemuda manusia di belakang Sam. Kedua tangannya berniat menggapai pemuda itu, namun dihentikan Sam.

"Aria! Sadarlah!" Sam menegaskan suaranya, meremas kedua lengan Aria.

Aria tersentak. Ia mengedipkan kedua matanya beberapa kali, kemudian melangkah mundur dari hadapan Sam, tidak yakin apa yang terjadi.

"S-Sam? Apa-apa yang kau lakukan? Dimana ini?" Gadis itu menengok kiri kanan dengan resah, mencari entah apa. Samuel memperhatikannya dengan awas.

"Kau tidak ingat?" Sam bertanya dengan penuh selidik.

"Hah? Oh, Daniel! Apa yang terjadi padanya?" Aria menemukan Daniel tergeletak di belakang Samuel.

"Jangan mendekat," ujar Sam tegas. Tangannya menahan tubuh Aria yang mendekat. Aria memandang Sam dengan kedua alis bertaut.

"Ke-kenapa? Apa maksudmu, Sam?" Tanya Aria menuntut penjelasan. Sam hanya diam, menatap lekat Aria, berusaha mencari-cari entah setitik dusta di ekspresinya, namun Aria tidak berdusta. Ia tidak akan berbohong untuk hal seperti ini.

Aria: EverhartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang