Chapter 3 - Tamasya Keluarga

72 7 0
                                    

"Bisakah kau berjalan lebih cepat, Anak kecil?"

"Maafkan aku karena tidak bisa mengimbangi kemampuan berjalan supermu, Sam..." Aria menggerutu di balik nafas tersengalnya.

"Kau akan bisa, pada akhirnya." Sam memperhatikannya dari jauh, menunggu Aria menyusulnya.

Hari minggu di akhir bulan adalah acara tamasya rutin Keluarga Everhart. Thomas, Yin, Claire, Reinhart, Samuel, dan Aria pergi bersama ke sebuah tempat untuk menghabiskan waktu bersama. Itulah yang kelihatan dari orang luar, sebenarnya ini hanyalah kedok bagi Keluarga Everhart untuk mengasingkan diri dari dunia luar, menikmati kehidupan tanpa penyamaran sebagai 'manusia'. Itulah sebabnya pula, lokasi tamasya yang ditetapkan selalu saja tidak memiliki matahari. Contohnya, tamasya pertama Aria bersama Keluarga Everhart dilaksanakan di puncak gunung tertinggi di daerah itu.

Aria harus merasa bersyukur karena Ia tidak ikut serta tamasya bulan lalu, yang berdasarkan informasi dari Yin, diadakan di Benua Atlantik. Ia tidak masalah dengan pendakian, hanya saja peserta mendaki yang lain memiliki kecepatan dan kekuatan yang sangat berbeda dibandingkan dirinya. Dengan sangat menyesal, Ia harus ditemani Sam dan berjalan jauh di belakang anggota keluarga yang lain, karena (tentu saja) Claire bilang tidak tahan lagi sampai ke villa di puncak gunung. Yin berjanji akan menyiapkan makanan begitu Aria berhasil sampai di puncak, sehingga Ia terjebak dengan Sam di sisinya.

Samuel yang penggerutu bukan pasangan mendaki terbaik. Ia terus menggerutu saat Aria melambat, atau memelototinya dari kejauhan saat Aria tidak ingin berjalan lagi. Bukan salahnya kalau kekuatan misterius dari dalam dirinya belum keluar! Tetapi, pandangan menghakimi dari Sam membuatnya harus terus bertahan dan terus berjalan. Mereka berdua berjalan terus ke atas, melewati perpohonan pinus yang tinggi dan lebat. Hawa dingin dan tipis semakin terasa semakin Ia berjalan, membuat Aria semakin sulit bernafas. Ia berusaha menyembunyikannya dari Sam, karena bisa saja Ia menggerutu lagi. Maaf saja karena Ia masih membutuhkan oksigen, tidak seperti anggota keluarga yang lain.

"Hh...berapa lama lagi...hh?" Tanya Aria.

"Dengan kecepatan segini, kira-kira tiga jam lagi."

"HAH...?!" Aria melongok kaget, tapi ekspresi Sam sangat serius.

"Tenanglah. Kau bisa melakukannya," tanggap Sam santai.

Dua jam kemudian...

"Sam...hh...aku...hh..."

"Hei. Jangan menyerah."

"Dengar!" Aria menutup mulut Sam, memberi sinyal dari telunjuknya ke arah bukit di samping mereka. Aria bisa mendengarnya sangat pelan, tetapi terus menerus, bunyi gemelutuk tanah. "Kurasa ada sesuatu yang runtuh-

Reaksi Sam untuk melindungi Aria terlambat. Ia berusaha membawa Aria berlari sejauh mungkin saat tanah longsor tepat ke arah mereka berdua, tetapi momentum tanah itu lebih cepat, dengan berdebum mengerikan menutup jalanan beserta apa yang ada di atasnya. Sam dan Aria terkubur hidup-hidup di dalamnya. Tanah yang longsor begitu besar dan merah, terus tumpah sampai membukit sangat tinggi. Tidak ada kesempatan selamat bagi orang biasa.

Samuel bukan orang biasa, bahkan Ia bukan manusia. Dengan fisik delapan belas tahunnya yang terlatih selama berpuluh-puluh tahun, Ia memberikan cukup ruang bagi dirinya dan Aria untuk bertahan. Setidaknya, masih ada sedikit udara yang tertangkap saat mereka terkubur. Ia harus menemukan cara untuk mengeluarkan mereka dari sini. Mengeluarkan diri tentu lebih mudah. Ia bisa mengoyak tanah dan mengeluarkan dirinya sendiri dengan tangannya yang tajam, tetapi Aria tidak akan mampu bertahan selama itu tanpa udara. Ia masih bertransformasi, menurut Thomas.

Sam belum mengerti persis maksud Thomas, yang masuk ke kepalanya adalah bahwa Aria termasuk kaum mereka yang sangat langka, karena 'dilahirkan' dan bukan 'dijadikan'. Itulah yang membuat perbedaan Aria dengan dirinya, bahwa Ia masih berada di tengah kemanusiaan dan mahluk abadi. Fisiknya tidak berubah secara langsung, tetapi bertahap dan tidak jelas kapan akan selesai. Awalnya, Sam berpikir Aria akan bisa cepat berubah dengan paksaan, yang ternyata tidak berhasil.

Aria: EverhartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang