Part 7 : I Don't Want

4.1K 246 0
                                    

Setelah pengumuman itu, dan Aksi Ellon yang mencuri ciuman Grivell, Grivell nampak tak banyak bicara dengannya, tapi tak memperlihatkan kemarahannya karena ia tahu ia tak bisa melakukan hal tersebut. 

Meluapkan emosinya di tengah-tengah berlangsungnya pesta ini hanya akan membuat semuanya bertambah buruk. Para tamu undanganpun menyantap hidangan yang disediakan istana, dan bahkan beberapa rakyat mendapatkan makanana secara gratis, Raja Aireon benar-benar menyambut Grivell dengan baik, dan begitu meriah. 

Santapan yang dihidangkanpun adalah menu andalan koki ternama di negrinya, dekorasi indah memenuhi setiap sisi istana. Grivell bahkan hampir lupa kalau hari ini bukanlah hari tunangannya, tapi pengumuman kecil ini benar-benar tampak seperti pesta meriah. Apa Raja Aireon tidak berlebihan?

Grivell berkenalan dengan beberapa kerabat Ellon, dan teman akrab Raja Aireon. Sama halnya dengan kedua orang tuanya, hari itu mereka mengenal banyak wajah baru yang sebelumnya mungkin tak pernah mereka temui, sebagian besar tamu undangan itu memberikan selamat padanya karena akan segera menikah dengan Pangeran Ellon .

"Oh, kau sungguh beruntung Grivell!" Darlea Madelion, Putri penasehat kerajaan menghampiri Grivell dengan gaun berwarna merah cerah yang membalut kulit pucatnya. Ia tersenyum ke arah Grivell sambil membawa selegelas anggur dalam genggaman tangan mungilnya.

"Oh, ya kukira begitu" Grivell tersenyum kikuk.

"Lihat! Ellon begitu tampan, tidak ada peri lain setampannya, kau tahu dan dia adalah seorang Pangeran, astaga jika Raja memintaku menjadi menantunnya, tanpa ragu aku akan melakukannya"

Grivell menelan ludahnya, memperhatikan tatapan mata Lea yang menatap Ellon yang sedang tersenyum pada lawan bicaranya itu dengan sopan, tanpa sedikitpun memudarkan wibawanya. 

Beruntung? Huh?. Grivell bergumam dalam hati kecilnya. Apa dirinya harus merasa beruntung? Apa dimanfaatkan untuk mendapatkan sesuatu adalah keberuntungan?

Grivell tak menatap Ellon lebih lama, matanya tapi masih menatap Lea yang masih tak melepaskan tatapan dari Ellon.

"Kau menyukainya?" Tanya Grivell.

Lea menggeleng cepat lalu tertawa kikuk. "OH, ahahaha, Bagaimana--mungkin aku berani menyukai calon tunangan dan suamimu, Putri"

Grivell ikut tertawa. Lalu tersenyum sebelum meninggalkan Lea yang masih sedikit salah tingkah. 

"Kenapa tidak dia saja yang menikahi Ellon?, bukan aku" Gumam Grivell setelah meninggalkan Lea.

 Acara hari itu berakhir larut malah hingga Ellon lupa memberikan kalung Ruby milik Grivell. Saat itu kedua orang tua Grivell telah pulang sendirian, Raja Aireon memintanya untuk tinggal sedikit lama karena ada beberapa hal yang ingin ia katakan .

Ia menceritakan beberapa hal tentang Ellon dari caranya menceritakan semuanya ia yakin ia sangat mencintai Ellon, ia bercerita tentang adik Ellon, Ellie yang tadi Grivell jumpai saat menyantap hidangan. Raja Aireon berjanji akan menyuruh Ellon dan beberapa pengawal mengantar Grivell sepulang nanti.

Akhirnya, mau tak mau Grivell pulang larut malam bersama Ellon.

"Kau menikmati pestanya?" tanya Ellon berusaha menghilangkan kecanggungan diantaranya dan Grivell

"Hm" Grivell bergumam, tapi seolah enggan untuk berbicara dengan Ellon.

"Kau marah?" Ellon menyelidik saat di dapatnya Grivell nampak tak berniat berbicara padanya. Gadis itu sekarang menatap Ellon yang duduk di sebelahnya dalam kereta mereka sekilas.

Grivell yang nampak tak ingin menghiraukan Ellon malah mengalihkan tatapannya keluar jendela kereta, tapi Ellon malah meletakkan kedua tangannya di atas bahu Grivell, dan membawanya hingga menatap ke arahnya.

"Ada yang mengganggumu?" tanya Ellon dengan alis berkerut.

Grivell menatap Ellon. "Bisakah kau hentikan semua omong kosongmu ini?!" ucap Grivell setengah berteriak, Ellon sedikit tersentak.

"Apa --yang kau maksud?" Ia menatap Grivell heran.

"Apa kau ingin terus-terusan membuatku berpura-pura menjadi tunanganmu?" Grivell menatap Ellon tajam. "Kau mungkin tak peduli,tapi.. aku benci semua kepura-puraanku yang harus tersenyum pada orang-orang yang mengira kita akan bertunangan dan menjadi pasangan yang bahagia,"

"Kita memang akan bertunangan, Apa yang salah dengan itu?" Ellon menaikan volume suaranya.

Grivell mengalihkan pandangannya, tidak menatap mata hitam pekat milik Ellon.

"Salah, Aku tidak bisa bertunangan dengamu" Ucap Grivell lirih.

Ellon menarik lengan gadis itu lalu mendesaknya untuk menatapnya. 

"Kenapa? Tidak bisakah kau bertunangan denganku? Kau tahu Ayahku sangat menyukaimu, dan.. aku berjanji akan membuatmu bahagia"

Grivell melepas cengkraman tangan Ellon dari tangannya lalu menatap Ellon tajam.

"Mari kita berhenti sampai disini, aku.. TIDAK BISA BERTUNANGAN DENGANMU" Grivell menekan nada pembicaraannya pada kalimat terakhirnya. "Kau.. sebaiknya tidak perlu menemuiku lagi!"

Ellon menatap Grivell bingung. "Kenapa? Tidak bisakah kau lakukan ini setidaknya bukan untukku, tapi kedua orang tuamu yang sudah mengabdi lama pada keluargaku"

Grivell menatap Ellon sungguh tapi Ellon bisa melihat kilatan cahaya bening yang perlahan mulai mengalir membasahi pipi gadis itu.

"Kau tidak mengerti betapa beratnya hal ini bagiku!" Grivell menggeleng. "Aku- tidak bisa menikahi orang yang tidak kucintai"

"Cinta?" Elloh tertawa mengejek. "Ironis saat kau mengatakan tentang cinta, siapa yang pedulii cinta? Kau bisa menikah dengan pria manapun, cinta bisa tumbuh begitu saja setelah menikah, dan kau rela membatalkan pertunangan ini demi perasaan yang disebut cinta itu? Tidak selamanya kau bisa bersama dengan orang yang kau cintai, nyatanya- ada yang lebih penting dari sesuatu yang disebut cinta itu" Ellon terlihat serius.

"Berhenti berkata hal itu! Aku bukan pangeran seperti kau, berhenti untuk mengenyampingkan perasaan dalam pernikahanmu! Pernikahan harus didasari oleh cinta! Dan aku... hanya ingin menikahi orang yang kucintai"

Grivell menaikan nada suaranya, bersamaan dengan itu air matanya semakin mengalir tapi buru-buru ia hapus lalu mata biru kehitamannya menatap Ellon tajam, semenit kemudian ia mengalihkan tatapannya ke jendela kereta. "Dan. Pangeran sepertimu, takkan mengerti apa itu cinta! Karena yang kau pikirkan hanya kekuasaan dan harta."

Grivell hendak bangkit saat dirasanya ia telah sampai dirumahnya.

"Aku harus pulang" ia bangkit dari tempatnya sedikit kesulitan akibat gaun panjang yang ia gunakan, saat ia berada di ambang pintu ia berbalik menatap Ellon.

"Hentikan semuanya disinI! Aku tidak mau terlibat lagi denganmu!, ayo kita katakan semuanya pada keluargamu, dan keluargaku" Grivell menggeleng. "AKU TIDAK Bisa terus terus berpura-pura seperti ini! Dan aku-" Grivell memberi jeda kalimatnya sebelum berkata "sudah mencintai orang lain" setelah itu ia pergi meninggalkan Ellon yang terdiam dengan tangan yang mencengram kuat.

"Argh!!" gerutuknya kesal sambil sedikit mengacak rambutnya. Apa yang harus ia lakukan? Ia harus bertunangan dengan Grivell, kekuasaannya tergantung pada gadis itu. Ini tak adil, tapi mau tak mau ia harus menerima keputusan Ayahnya ini, haruskan ia berusaha membuat Grivell jatuh hati dan mengundur pertunangan ini? Ellon menggeleng, tidak mungkin, pertunangan sudah hampir dekat dan Ellon tahu Ayahnya tak suka hal seperti ini, lagipula semuanya telah dipersiapkan dan telah diumumkan.

Bagaimana bisa Grivell memutuskan hal bodoh seperti ini. Tidak bisakah ia bertunangan dengan Ellon tanpa alasan cinta? Ellon hanya menatap keluar jendela kereta yang ia tumpangi hingga perlahan punggung gadis itu hilang saat ia masuk ke dalam kediamannya.

Ellon menghela napas kesal, dan mengurungi niatnya untuk mampir ke kediaman keluarga Briford. Ia malah memerintahkan agar keretanya segera meninggalkan Blue Phixy karena banyak hal yang mengusik pikirannya malam ini.

________________________

VOMMENT :) XOXOXO. Keep reading Love in Preciousa









Love In Preciousa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang