Part 13 : Finding her

3.8K 208 1
                                    

Mulmed : Arch

_________

Ellon menatap kedua pengawalnya dan mulai menyiapkan rencananya. "Kau Orle mencari Grivell di barat", "Arch di timur"," dan aku akan bergerak ke selatan dan utara" Setelah mendapatkan anggukan dari kedua pengawalnya Ellon mulai memberikan aba-aba sehingga mereka berdua terbang menjauh dari tempat mereka berdua.

Ini hari kedua pencarian mereka di dunia manusia tapi mereka belum menemukan Grivell sedangkan pertunangan Ellon akan segera dilaksanakan kurang lebih 5 hari mendatang,Ellon harus bergerak cepat.

 Saat ia mulai mengeluarkan sayapnya, Ellon menggerutuk saat mendapati sihir yang tadi baru ia rapalkan telah hilang, alhasil ia kembali merapalkan mantra yang ia tahu takkan berlangsung lama di sini untuk kembali menyembunyikan sayapnya. Setelah selesai menyamarkan sayapnya, Ellon kembali terbang mencari sosok keberadaan Grivell dengan kalung Ruby yang tergantung dilehernya.

Setelah beberapa jam mencari akhirnya Ellon menemukan sesuatu, tidak, cahaya ruby itu tidak terlalu terang, tapi hanya menampakkan kelap-kelip berwarna merah muda yang semakin cepat berkelip kala Ellon semakin mendaratkan tubuhnya di depan sebuah rumah kecil yang kumuh.

 Ia mulai menyembunyikan sayapnya dan bersembunyi dibalik pohon besar serta menyamar menjadi manusia, masih memperhatikan gejalah aneh kalung ini, berkelap-kelip terus menerus seolah memberi sinyal.

Ellon mulai bertanya, Kelap-kelip itu semakin menjadi-jadi saat seorang gadis dengan balutan seragam sekolah yang usang dengan rambut yang dikepang di sisi kanan dan kiri kepalanya, Ellon memperhatikannya yang membelakanginya.

Aneh itu bukan Grivell, gadis itu tak mungkin menggunakan pakaian itu. 

Tapi Ellon masih memperhatikan batu ruby yang masih berkelap-kelip itu, Ellon hendak beranjak, tapi langkahnya terhenti saat mendengarkan pecahan piring dari rumah itu. 

Gadis itu masih berdiri di sana, mencengkram tas yang digandengnya kuat sebelum tas itu terjatuh, Ellon bisa melihat ia sedikit memekik dan  bahunya yang bergetar menandakan ia menangis, entah kenapa hal itu kembali mencuri pandangan Ellon, dan laki-laki itu masih mengamati gadis itu, tanpa melepaskan sedikitpun pandangannya dari sosok gadis itu.

Ellon kemudian mendengar seseorang membuka pintu dengan kasar, lalu seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam yang berbeda dengan gadis itu keluar. 

Wanita itu nampak marah, ia membawa pakaiannya keluar lalu saat mendapati gadis itu di depan pagar, ia berhenti sejenak menatap gadis itu, gadis itu nampak menggenggam pergelangan tangan wanita itu sebelum melepaskannya perlahan seolah tak ingin wanita itu pergi. Setelah itu wanita itu pergi, Ellon melihat gadis itu kemudian terduduk, dengan bahu bergetar. Gadis itu menangis.

Namun ,kemudian, gadis itu bangkit, dan saat gadis itu berbalik. Mata hitam pekat Ellon membulat, gadis itu... mirip sekali dengan Grivell, meski ia mengepang rambutnya tapi Ellon masih bisa mengenalinya. Grivell??  Sudah pasti gadis itu Grivell melihat betapa miripnya. 

 Ellon pun beranjak dari tempatnya, tapi ia tak langsung menemui gadis itu, ia hanya melangkah ringan saat gadis itu mengejar wanita paruh baya itu. Masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Apa yang Grivell lakukan di sini? Ellon nampak heran, belum lagi gadis itu menggunakan kaca mata dan seragam sekolah? Apa ia menyamar? Lalu kenapa ia harus menangis?.

 Entah kenapa berbagai pertanyaan berkecamuk dalam otaknya, belum lagi kalung ruby ini tak menampakkan sinar yang sama seperti malam sebelumnya. Kalung itu hanya menampakkan kelap-kelip yang semakin cepat kala ia semakin mendekat ke gadis itu. 

Ellon semakin penasaran. Mungkinkah ia salah melihat orang? Tapi ia yakin ia tak salah, karena jaraknya dari tempat itu tak terlalu jauh. Sepertinya Ellon harus memastikan bahwa apa yang ia lihat tidak salah.

♫♫♫

Seorang gadis dengan rambut dikepang di kedua sisi kepalanya meghentikan langkah kakinya saat melihat sebuah motor terparkir di halaman rumah kecilnya, Ayahnya sudah pulang, itu berarti akan terjadi pertengkaran lagi.

 Gadis itu tak masuk melainkan berdiri di depan pagar rumahnya yang catnya sudah mengelupas, menatapi sepatunya yang penuh jahitan. Ia mulai mendengar Ayahnya mulai berteriak pada Ibunya, tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Ia hanya bisa berdiri membeku dengan cengkaraman tangan kanannya pada tas lusuh yang ia genggam yang semakin kuat.

Tubuhnya sedikit bergetar, ia takut. Ia takut semuanya akan terjadi lagi.

 Tak lama kemudian ia mendengar suara pecahan piring yang membuatnya sedikit memekik, hingga cengkaram tangannya pada tasnya melonggar membuat tasnya terjatuh, bahunya bergetar, ia mulai menangis. Ia masih tak beranjak dari sana hingga terdengar pintu yang terbuka dengan kasar, seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian lusuh, wajahnya sudah  berkeriput tapi ia masih kuat.

Ia membawa sebuah tas besar dalam gandengannya, keluar, melangkah melalui pagar rumahnya. Ia menatap anaknya yang menggenggam pergelangan tangannya sejenak dengan perasaan sedih sebelum akhirnya pergi meninggalkan putri satu-satunya itu. 

Ini bukan pertama kali, hal seperti ini sudah biasa terjadi. Tapi gadis itu masih merasa takut, ia seharusnya sudah membuang rasa takut itu sejak lama. Tapi entah kenapa ia tetap takut.Ketakutannya selalu beralasan sama, dan ketakutan itu kini sudah terjadi.

Wanita paru baya itu pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan satu patah katapun membuat gejolak hati yang dari tadi ia tahan meluap menjadi luapan tangisan yang  semakin mengalir membasahi pipinya.

Hingga kaki gadis itu melemas, membuatnya terjatuh duduk. Ia menangis, tapi tak ada yang peduli,bahunya bergetar sedangkan salah satu tangannya mencengkram seragam sekolahnya dengan kuat. 

Tapi gadis itu sadar menangis bukan pilihan yang terbaik, ia  mengelap air matanya kasar dengan punggung tangannya, lalu berdiri meraih tasnya  dan membalikkan tubuhnya, ia mengejar wanita paru baya yang menjadi alasannya menangis. Ya! Wanita itu Ibu Angkatnya.

Tapi, sekali lagi. Langkah kaki gadis itu membeku saat wanita paru baya itu telah menghilang dibalik pintu taxi, ia kembali menjatuhkan tasnya, dan kembali menangis.

"Ibu" ia bergumam.

Gadis itu kembali terduduk. Gadis itu menangis hingga menundukkan kepalanya, di trotoar yang sepi, ia tak lagi peduli jika orang lain mulai mengkritiknya. Hingga seorang laki-laki berkemeja membungkukkan tubuhnya menyerahkan tasnya yang tadi sempat terjatuh dan kemudian menatapnya intens lalu menyunggingkan senyum senang.

Gadis itu mendongak lalu menatap laki-laki yang sekarang sudah menyunggingkan seulas senyum kepadanya penuh arti, gadis itu menghentikan tangisnya dan mengelap air matanya kasar dengan pungung tangannya.

"Akhirnya, aku menemukanmu" laki-laki itu tersenyum, tapi Gadis itu tak membalas senyum laki-laki itu dan menatap laki-laki itu dengan alis berkerut.

"Kau.." Ia berusaha mengingat-ngingat,laki-laki itu nampak bersemangat namun raut semangatnya berubah saat gadis itu mulai bertanya. 

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Gadis itu mengamati laki-laki di hadapannya dengan sedikit intens, berusaha mengingat-ngingat sosok laki-laki itu. Tapi ia tak berhasil, laki-laki ini terlihat begitu asing. Tapi laki-laki itu hanya menatap gadis itu tak percaya seperti ada beratus-ratus batu yang menghantam tubuhnya, membuatnya diam seribu bahasa.

-------------------------

fINISH...

Vomment ya? Gimana nih cerita Love In Preciousa.

Maaf Typo(s) bertebara. tiada gading yang tak retak bukan.

Salam cinta dari Author.... Semoga readers enjoy, and again ! Dont be silent readers.








Love In Preciousa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang