Part 15 : A Childhood Memory

3.8K 216 0
                                    

Mulmed : Little Grivella Briford

_________

Elfa melangkah lesu menuju rumahnya, sesaat saat berada di depannya ia termenung. Ia menghela napas saat memperhatikan lampu rumahnya yang lusuh dan sudah tua mati. Ia tak yakin terjadi mati listrik, karena tak satupun rumah tetangganya gelap seperti rumahnya yang telah tua dan reot.

Elfa melangkah malas. Membuka pagar rumahnya dengan gontai. Sudah malam! Ia yakin kedua orang tuanya takkan pulang malam ini setelah pertengkaran hebat itu. Elfa selalu benci kembali ke rumah, ia tak suka rumah ini. Ia lebih memilih tinggal di apartemen kecil milik teman baiknya dan bekerja paruh waktu dibandingkan menghabiskan waktu di rumah tuanya, yang hampa, selalu membuatnya sedih dan-- jauh dari kata 'nyaman'.

Elfa berhenti di depan pintu rumahnya saat melihat serpihan kaca di dekat daun pintu rumahnya, Elfa memandanginya sejenak, lalu berjongkok. Ia tak memungut serpihan kaca itu. Ia malah menangis. Menangis sejadi-jadinya menyadari hatinya kini terluka sama seperti serpihan kaca itu.

Begitu sakit! Kenapa ia harus menjalani hidup seperti ini? Ia ingin memiliki keluarga yang bahagia. Ia ingin memiliki seorang Ayah yang menyanginya bukan Ayah yang pulang dengan keadaan mabuk, meminta uang pada Ibunya dan memukulinya. 

Ia ingin Ibu yang memasak untuknya. Ia ingin semua itu. Tapi ia tak pernah mendapatkannya. Selama berbelas-belas tahun, ia hanya menyaksikan pertengkaran hebat kedua orang tuanya, merasakan sesak di dadanya yang tak pernah hilang dihapus waktu, menyaksikan satu persatu air matanya mulai turun, mengalir membasahi pipinya.

Elfa menangis, tanpa ia sadari seseorang berdiri di balik pohon besar yang tertanam di halaman rumahnya. Seseorang itu adalah Ellon. 

Ellon jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu? Ia ingin melangkah mendekat, tapi mengurungkan niatnya. Dari awal melihat gadis itu, ia selalu melihatnya menangis. Ellon semakin yakin gadis itu bukanlah Grivell, karena dari bertemu Grivell ia tak pernah melihat gadis itu menangis, dan tak pernah melihatnya begitu rapuh.

Ellon masih bergeming di tempatnya saat ia melihat Elfa berdiri, merogoh kunci rumahnya dari kantung roknya lalu membuka pintu rumahnya yang catnya sudah mengelupas. Elfa masuk ke dalam rumah tua itu lalu menutup pintunya kasar.  Ellon bisa saja menjadi peri dan masuk di sana, tapi tak semudah itu. Karena Elfa bisa melihatnya.

Jadi, Ellon hanya duduk di bawah pohon besar itu, menunggu kedua pengawalnya yang tadi nampak tersesat dalam perjalanan ke sini, karena sangking semangat memikirkan rencananya Ellon bergegas ke sini, dan lagi.. ia melihat gadis itu menangis.

"Apa ia selalu begitu?" Ellon mulai bergumam pada dirinya sendiri lalu menekuk kedua kakinya hingga matanya menatap lurus ke sinar rembulan yang selalu bisa ia lihat jelas dari Preciousa, ia mulai merindukan kedua orang tuanya. Ia harus segera pulang dan membawa calon tunangannya, Grivellla Briford.

Tiba-tiba Orle dan Arch berhenti tepat di rumah Elfa saat Orle tanpa sengaja melihat Ellon.

"Lihat! Itu pangeran" Mereka lalu mendarat dan menyamar menjadi manusia. Ellon bangkit dari tempatnya menatap kedua pengawalnya tajam.

"Dasar! Bodoh! Dari mana saja kalian!" ia tidak bersuara keras karena takut Elfa mendengarnya.

"Kami tersesat" Ucap Arch dengan nada suara tinggi, membuat Ellon menutup mulut laki-laki itu karena takut Elfa mendengar.

"Kecilkan suaramu, gadis itu akan mendengarnya"

Arch mengangguk

"Bagaimana kalian bisa tersesat?"

Love In Preciousa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang