Grivell menatap dirinya yang dipantulkan oleh cermin sambil menghapus air matanya yang terus mengalir. Kemudian tangannya merapalkan mantra yang sering ia gunakan untuk mengganti pakaiannya.
Setelah merapalkan mantranya, Grivell berdecak kesal saat mantranya tak bejalan dengan sukses. Dengan terpaksa ia melangkah malas ke arah lemari pakaian yang terletak di sudut kamar tidurnya dan hanya berisi beberapa pakaiannya karena Grivell lebih suka menggunakan sihir untuk merubah penampilannya.
Tapi, saat hatinya mulai kacau seperti ini ia membutuhkan pakaian seperti ini, dengan malas Grivell melepas gaun krem yang tadi membalut tubuhnya, setelah terlepas dari tubuhnya gaun itupun langsung bercahaya putih sedikit menyilaukan mata Grivell dan cahaya tersebut perlahan hilang digantikan serpihan putih yang menggantikan gaun putih mewah tadi.
Gaun tersebut menghilang. Ini sudah biasa kalau sihirnya tak bertahan lama, dan setelah semua sihirnya itu lepas dari tubuhnya, semuanya akan menghilang begitu saja. Jadi segala sesuatu di dunianya yang dibuat dengan sihir tak pernah abadi.
Seperti biasa, saat seperti ini, Grivell membutuhkan cermin penglihatannya. Ia ingin melihat seseorang yang sangat ia kagumin dan mungkin telah membuatnya jatuh hati. Jadi Grivell mulai merapalkan mantra, tapi tak berhasil. Ia kembali melakukan hal yang serupa tapi kembali tak berhasil. Ia hanya bisa mengerang kesal dan menjatuhkan tubuhnya di tempat tidurnya sambil menghela napas berat.
Sihirnya tak bekerja lagi, huh.
Sudah lama sekali Grivell ingin kembali ke dunia manusia, tapi tak pernah tahu cara masuk ke ruangan portal di Istana. Tapi tiba-tiba Grivell teringat rahasia kerajaan yang Ellon beritahu padanya saat mereka berada di Dark Cross.
Entah bagaimana, ide gila kemudian muncul dalam benak Grivell. Ia buru-buru mengambil sebuah tas dan memasukan beberapa barangnnya, lalu menggandeng tasnya.
Ya! Ia akan ke dunia manusia, menemukan seseorang yang ia cintai, Abrain. Menghindari pertunangan bodoh ini dan—mungkin ia bisa menemukan kebahagiannya di sana bersama Abrain, laki-laki yang selalu ia rindukan beberapa tahun ini.
Lalu, Grivell berdiri di balkon kamarnya sejenak, ia mulai mengeluarkan sayap transparan berwarna putih dan terbang menjauh dari kediamannya setelah memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya. Saat baru beberapa meter dari rumahnya, ia sedikit menoleh ke arah kediamannya. Ia tahu ini salah, tapi-entah kenapa ia tak bisa menghentikan ide gilanya ini.
"Maafkan aku Ibu, Ayah" gumamnya Lirih lalu terbang menjauh meninggalkan Blue phixy. Setelah beberap menit terbang akhirnya Grivell sampai di tempat dimana ia dan Ellon pernah berkencan, ia masih melihat apel yang segar di sana, tapi ia tak menyentuhnya.
Fokus utamanya tertuju pada air terjun berwarna emas yang menghasilkan kilauan yang menerangi malam di sana. Grivell jadi bertanya-tanya bagamana tidak ada satupun yang menjaga tempat terlarang ini, dan anehnya tempat inipun memang tak pernah dikunjungi orang manapun. Tempatnya memang cukup jauh dari tempat yang biasa dihuni penduduk dan mungkin bagi rakyat biasa tempat ini hanya dilihat sebagai hutan belantara.
Grivell mendekat ke arah air terjun yang deras itu, mendekat hingga permukaan kakinya menyentuh air itu, airnya begitu segar membuat Grivell sedikit tersenyum menikmatinya. Semakin dekat menuju air terjun, Ia mengingat kata Ellon. Yang harus dilakukannya hanyalah mendekat dan menembus air terjun itu, maka ia bisa mencapai portal menuju dunia manusia.
Tapi saat ia hampir di pertengahan tiba-tiba ia medengar suara aneh yang semakin menajam dalam pendengarannya.
Alangkah terkejutnya saat Grivell melihat monster berwarna emas yang ukurannya 3x lebih besar dari tubuhnya keluar dari air yang sempat ia injak, mata Grivell membulat kala monster itu menatapnya tajam dan mengarahkan tangannya untuk menangkap Grivell.
Monster itu tak bersuara. Grivell berlari cepat menuju ke air terjun meski langkahnya sedikit terhambat karena goncangan air yang dihasilkan oleh monster itu serta kedalaman air yang semakin mendekat ke air terjun semakin dalam. Ia menyesali kebodohannya tidak menggunakan sayapnya untuk terbang, ia tidak bisa menggunakan sayapnya saat di dalam air.
Sial! Grivell melangkah cepat tapi tak disangka monter itu sudah berhasil menangkapnya, hingga ia berada di dalam genggaman tangan monter itu. Grivell hanya bisa pasrah saat itu juga. Ia memejamkan matanya berharap monster itu tak memakannya, dan kembali membukakaknya matanya saat teringat sesuatu.
Hingga ia berhasil merapalkan mantra yang membuat dirinya terasa panas seperti api, monster itupun merasa kesakitan kala tubuh Grivell menghasilkan panas luas biasa, ia melepaskan Grivell hingga gadis itu terjatuh ke perairan dan tas yang Grivell bawa terpental cukup jauh,tak mau mengambil resiko gadis itu hanya mengabaikan tasnya dan melangkah cepat melewati air terjun itu.
Ia merasakan dorongan besar dari air terjun itu yang sedikit membuat kepalanya pusing hingga matanya menangkap sebersit cahaya berwarna putih, sebuah portal menuju dunia manusia, saat berdiri di depan portal itu Grivell bisa merasakan rambutnya diterpa angin hingga berterbangan.
Grivell menghela napasnya seulas senyum terukir dibibirnya dan dengan langkah mantap ia melangkah masuk setelah mengepakkan sayapnya hingga pusaran pada portal itu seolah mendorongnya masuk hingga membuat tubuhnya berputar aneh lalu terpental ke sebuah tempat yang membuatnya meringis kesakitan.
Beberapa menit kemudian...
Bruk.
Grivell mengelus-elus bokongnya yang terasa sakit akibat terjatuh, ia sedikit meringis matanya yang sempat ia pejam ia buka perlahan, menyapu sekitarnya. Semenit kemudian wajahnya berubah berseri-seri dan seolah mengabaikan bokongnya yang terasa sakit ia berdiri dan melompat-lompat kegirangan.
"Akhirnya aku berada di dunia manusiaa!!" Grivell nampak bingung saat seorang lelaki melewatinya begitu saja, ia baru sadar kalo saat ini ia masih mengepakkan sayapnya, ia memperhatikan sayapnya yang sedikit robek akibat terpental ke dunia manusia.
"Argh sial!" Grivell mengepakkan sayapnya, tapi ia merasa sedikit sakit hingga ia memutuskan menyembunyikan sayapnya, karena butuh beberapa jam untuk memulihkan sayapnya yang sedikit robek dan sekarng ia hanyalah seperti manusia biasa, apakah kehidupannya menyamar seperti manusia akan berjalan lancar? Apakah laki-laki itu masih mengingatnya ya? Grivell bertanya-tanya, dan ia menemukan sedikit keraguan dalam hati kecilnya.
Mungkin pilihannya datang bukanlah hal yang tepat. Tapi bagaimanapun, ia harus menemukan Abrain, ia berharap Abrain tak pernah melupakannya seperti ia tak pernah melupakan laki-laki itu.
_________________________
vomment ya :) Lovve love
Part ini, dan mungkin beberapa part memang sedikit pendek, jadi semoga enjoy ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Preciousa [COMPLETED]
FantasySi Miskin Elfa tidak pernah membayangkan hidupnya akan menjadi seperti kisah dongeng dimana si malang Cinderella bertemu dengan pangeran tampan dan hidup bahagia selamanya, Si Putri tidur dicium oleh pangeran dan mendapatkan cinta sejatinya atau Si...