Part 12 : Another Fate

3.7K 207 0
                                    

Mulmed : Strong Efellies  

___________

Grivell masih berdiri di depan sebuah toko buku kecil yang teletak di sisi jalanan yang tak terlalu ramai, dengan balutan gaun putih selutut yang  tadi ia dapatkan dari rongsokan, meski gaun itu telah lusuh, usang dan robek di beberapa bagiannya, Grivell lebih memilih gaun usang itu dibandingkan dengan harus bertelanjangan dan terlihat seperti orang gila karena ia tahu sihirnya takkan berfungsi di sini.

Ia merogoh saku gaun itu, tapi tak menemukan apapun dalam sana. Salah satu tangannya mengelus perutnya yang sudah mulai memberi  tanda bahwa dirinya sudah lapar, dan tanpa sadar ia memeluki dirinya yang sedikit kedinginan akibat udara dingin yang menerpa tubuh mungilnya yang hanya berbalut gaun tipis.  

Kemudian ia masih menoleh ke dalam toko buku itu, tepatnya di bagian cashier, mamandangi laki-laki bertubuh proporsional yang menjadi alasan utamanya datang ke dunia manusia ini.

Diam-diam Grivell tersenyum lega karena kehidupan Abrain nampaknya menjadi lebih baik setelah beberapa tahun kepergiannya dari dunia manusia.

Tapi semenit kemudian ia malah terduduk lemas karena hampir seharian tidak makan akibat tak punya uang dan dirinya tak tahu harus menghubungi siapapun karena memang ia tak punya siapapun.

Ia ingin masuk dan minta laki-laki itu menolongnya,tapi Grivell tak ingin laki-laki itu melihatnya seperti ini. 

Grivell terduduk sambil memeluk kedua lututnya yang ditekuk, menggerak-gerakan jari-jari kakinya yang tak beralas kaki sama sekali dan telah kotor akibat seharian berjalan tanpa alas kaki. Ia mulai merindukan semua di Preciousa, makanan buatan ibunya, dan semuanya, pakaian mewah, sihirnya. 

Tapi sekarang semua itu tak dapat ia gunakan terutama ia juga tak mengonsumsi 'Strong Efellies' yang hanya bisa dikonsumsi peri-peri tertentu, bahkan ketika menjalankan tugas mereka belum tentu diberi ramuan itu.

Grivell mulai memejamkan matanya, membaca mantra sambil menggerakan jari tangannya di depannya. Saat ia membuka mata, ia tersenyum mendapati makanan lezat di sana. Namun, saat Grivell ingin menyentuh dan memakannya, semuanya menghilang, berubah menjadi serpihan cahaya yang perlahan terbang dibawa angin. Grivell menghela napas dan mulai menenggelamkan kepalanya dalam lekukan kakinya.

"Hei.." ucap seorang yang melangkah mendekat ke Grivell dengan setelan kemeja mewah yang membalut dada bidangnya. Grivell mendongakkan kepalanya lalu menatap laki-laki yang kini sudah berjongkok di hadapannya. Laki-laki itu menatapnya intens membuat Grivell sedikit ketakutan dan merapatkan tubuhnya ke dinding.

"Peri?" Grivell bergumam saat melihat cahaya peri pada tubuh laki-laki itu, yang masih bisa ia kenali dengan mata biru kehitamannya.

"Ya,aku sama sepertimu!" ucapnya sambil tertawa.

Grivell nampak berpikir sebelum bertanya dengan ragu, laki-laki ini memang bercahaya seperti peri tapi ia tidak melihat sayap transparan laki-laki itu, bahkan meskipun ia menyembunyikannya seharusnya Grivell bisa melihatnya "apakah kau berasal dari preciousa?"

Laki-laki itu tersenyum lalu mengangguk. "Seperti tebakanmu"

Semenit kemudian Grivell tertawa lalu mendorong laki-laki itu menjauh, sehingga ia tersungkur, sedangkan gadis itu bangkit dari tempatnya, menepuk bokongnya yang sedikit kotor lalu sedikit menunduk menatap laki-laki itu.

"Kau pikir aku bodoh! Bagaiaman aku bisa mempercayai laki-laki sepertimu! Kau bahkan tak punya sayap" ucapnya ketus.

Laki-laki itu tersenyum lalu berdiri hingga Grivell bisa melihat laki-laki yang lebih tinggi darinya itu, ia mengamati laki-laki itu yang nampak memancarkan aura berbeda.

Love In Preciousa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang