Matahari telah bersinar terang, menampakkan dirinya hingga sinarnya menyeruak masuk melalui celah kecil di kamar Elfa. Elfa sedikit menyipitkan matanya saat merasa cahaya itu mulai menusuk matanya.
Dengan malas ia bangkit dari tikar lusuh yang menjadi alasnya tertidur. Ia duduk sejenak berusaha menyadarkan dirinya yang belum tersadar sempurna. Saat merasa sudah mengumpulkan kesadarannya, ia mengerjapkan matanya dan menyapu sekelilingnya.
Matanya terpaku pada sosok yang tidur dengan damai sambil bersandar dengan kedua kakinya terlipat di samping tikar lusuh tempatnya tertidur tadi.
Ellon?
samar-samar, Elfa berusaha mengingat apa yang terjadi padanya semalam. Mereka mengobrol di depan rumahnya dan-- sepertinya Elfa tertidur. Tunggu- apakah Ellon yang membawanya kemari?
Elfa mendekatkan tubuhnya ke arah Ellon, hingga sekarang ia dekat sekali dengan laki-laki itu. Elfa berjongkok tepat di depan Ellon. Laki-laki itu sekarang hanyalah tampak seperti manusia biasa. Ellon yang tidur seperti ini begitu tenang, tidak menampakkan wajah seriusnya. Diam-diam Elfa mengamatinya, entah sejak kapan melihat wajah Ellon terasa begitu damai.
Elfa sedikit terperanjat saat Ellon membuka mata hitam pekatnya secara tiba-tiba.
Bruk..
"Kau-- bagaimana kau disini?" tanya Ellon kaget.
Elfa berusaha memperbaiki posisi tubuh, sambil mengelus bokongnya yang sedikit sakit.
"Kau mengagetkanku" Ucap Elfa yang lebih memilih duduk di atas tikarnya.
"Apa ini sudah pagi?"gumam Ellon sambil berdiri lalu merentangkan tangannya. "Hua! Tidur di tempat itu membuat punggungku terasa sakit" Gerutuknya lalu keluar dari kamar Elfa meninggalkan Elfa yang mengerucutkan bibirnya kesal.
"Hey, Ellon!" Elfa setengah berteriak, iapun bangkit mengerjar Ellon, keluar kamarnya.
Ellon yang dipanggil menghentikan langkah kakinya lalu membalikkan tubuhnya sambil menjejalkan tangannya ke kedua saku celananya.
"Hm?" Ellon bergumam, menunggu Elfa melanjutkan kalimatnya.
"Semalam--" Elfa memberi jeda kalimatnya. "Apa yang terjadi?"
Ellon hanya tersenyum acuh sebelum melangkah keluar rumah Elfa, saat dirinya sudah berada di luar rumah Elfa ia menghirup napas dalam-dalam dan merentangkan tangannya seolah menikmati udara di sekitarnya.
"Kenapa dari tadi kau mengabaikanku?". Tanya Elfa.
Ellon menggeleng. "Tidak. Tapi kau terlalu berisik". Ellon menghela napasnya. "Dan, seharusnya kau tahu, sebagai seorang putri kau tidak seharusnya seberisik itu"
Elfa hanya mendengus kesal. "Baiklah! Pangeran Ellon-- Apa yang terjadi semalam?"
Ellon menatap Elfa yang berada beberapa langkhah dibelakangnya sambil tersenyum geli. "Pangeran Ellon?"
"Bukankah begitu aku seharusnya memanggilmu?"
Ellon mengangguk membetulkan ucapan Elfa. "Atau mungkin kita harus membuat panggilan lain? yang terlihat lebih spesial?" tanya Ellon.
"Maksudmu?"
Ellon melangkah, mendekat ke arah gadis itu, sekarang menatap gadis yang bernama Elfa ketakutan ini mengingatkannya pada kejadian semalam.
"Haruskah aku memanggilmu 'sayang'?"
Elfa terdiam, matanya membulat tapi kemudian ia malah mendorong Ellon menjauh. "Huh! menyebalkan! seharusnya kau menjawab pertanyaanku bukan mempermainkanku seperti ini". Elfa membalikkan tubuhnya masuk ke dalam rumahnya, Ellon mengejarnya, saat ia berhasil menangkap pergelangan tangan gadis itu, gadis itu membalikkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Preciousa [COMPLETED]
FantasySi Miskin Elfa tidak pernah membayangkan hidupnya akan menjadi seperti kisah dongeng dimana si malang Cinderella bertemu dengan pangeran tampan dan hidup bahagia selamanya, Si Putri tidur dicium oleh pangeran dan mendapatkan cinta sejatinya atau Si...