21. Realize

5.1K 325 0
                                    

"Tristan." jawab Valen.

Noura terkejut dengan jawaban Valen. "Jadi, lo lebih percaya sama Tristan daripada gue?"

Valen terdiam mendengar perkataan Noura.

Noura berusaha sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia segera pergi menjauhi Valen sebelum air mata itu tumpah.

Hatinya benar-benar sakit, ia merasa sangat kecewa dengan Valen. Ia juga merasa sangat kesal dengan Tristan. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Tristan melakukan hal seperti itu.

Ia sangat yakin bahwa Tristan melebih-lebihkan semuanya. Karena tidak mungkin Valen sampai semarah itu dengannya kalau hanya masalah sepele. Apalagi Valen bukanlah tipe laki-laki yang cemburuan berlebihan.

Noura menutupi mukanya dan berlari ke kelasnya. Ia langsung duduk di tempat duduknya, Ava pun masuk ke kelas dan langsung menghampiri Noura yang sedang menidurkan kepalanya di meja.

"Lo kenapa?" tanya Ava yang mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi dengan Noura.

Noura hanya menggelengkan kepalanya.

"Noura, gue tau lo kenapa-kenapa. Tadi Ka Ivan ngapain lo?" tanya nya kepada Noura. Ia memang menyadari ketika Valen menarik Noura.

Noura mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Ava. Matanya sembab. "Gue kira dia percaya sama gue, Va. Ternyata dia lebih percaya sama orang lain. Gue juga kecewa banget sama Tristan. Gue kira dia bener-bener berubah tapi ternyata dia mau ngancurin hubungan gue sama Valen. Lo inget kan waktu gue cerita ke lo tentang yang dia ngasih surat minta maaf?"

Ava mengangguk-ngangguk mendengarkan sambil mengelus punggung Noura. "Iya, gue inget. Emang permasalahan intinya apa sih? Ka Ivan marah sama lo karena apa? coba ceritain yang lengkap deh."

Nourapun menceritakan semua yang terjadi di halaman belakang.

"Udah, udah. Gue tau Tristan salah dengan dia ngasih tau itu dan gue yakin itu berlebihan. Dan mungkin dia lagi banyak pikiran juga, ada masalah, makanya pas Tristan bilang kayak gitu dia langsung percaya. Istilahnya tuh kayak api di siram minyak tanah, jadi makin besar kan apinya? nah, dia juga gitu. Dia lagi banyak masalah, pusing, ditambah sama gossip kalau orang yang dia sayang deket sama orang lain, ya makin pusing lah," jelas Ava mencoba menenangkan Noura.

Noura hanya mengangguk-ngangguk sambil menghapus air matanya.

Ava ikut menghapus air mata Noura. "Nih, ya, gue bilangin. Mendingan lo sekarang berhenti nangis, kalau tiba-tiba Tristan liat kan dia bakal merasa dirinya menang. Terus lo juga harus tenangin diri lo, jangan sampe nanti nggak konsentrasi belajar. Kalau lo mau omongin itu sama dia juga harus dengan kepala dingin, jadi lo harus tunggu waktu yang tepat. Entah besok atau nanti malem. Tapi gue saranin sih besok, biar dia udah istirahat yang cukup dulu jadi dia nggak terlalu banyak pikiran juga.

"Dan inget ya, kalau lo mau ngomongin ini, lo jangan kebawa emosi. Kalau dia udah pake nada tinggi, lo jangan kepancing dan bales pake nada tinggi juga. Karena gue yakin masalahnya nggak akan selesai tapi malah bertambah. Kalau Tristan, mending nanti gue aja yang omongin ke dia, oke?"

"Makasih ya, Va. Semoga aja dia cepet sadar kalau yang di omongin Tristan itu nggak bener," kata Noura lalu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

***

"Van, sumpah. Mustinya lo tenangin diri lo dulu sebelum ngomong sama dia. Mustinya lo pikirin baik-baik dulu semuanya," kata Mureno ketika mereka sampai di kamar Valen.

Valen sengaja mengajak Mureno ikut ke rumahnya agar dapat memberinya solusi.

"Ya, lo bayangin aja coba. Orang yang selama ini lo sayang, ternyata udah lama deket sama orang lain. Dan manggilnya udah pake sayang-sayangan lagi. Gimana gua nggak emosi?" jelas Valen lalu mendudukkan dirinya di kasur, diikuti dengan Mureno.

"Kok lo percaya aja sih sama Tristan? dia kan nggak deket sama lo dan lo tau kan dia pernah suka sama cewe lo itu?" tanya Mureno.

"Gua juga nggak tau kenapa kemarin gua segampang itu percaya sama dia," jawab Valen mulai menyadari kesalahannya.

"Pasti lo kemarin lagi ada masalah juga, ya kan? makanya nggak sempet lo pikirin baik-baik jadi lo main percaya aja," tebak Mureno.

Valen mengangguk. "Iya sih. Kemarin orangtua gua sempet berantem, gua jadi kepikiran gitu terus tiba-tiba Tristan ngeline gua bilang gitu. Ya gua kaget banget lah. Gua langsung kebawa emosi."

"Sekarang gua tanya, kenapa lo secemburu itu? sampe lo marah banget? selain karena lo kepikiran orangtua lo itu ya terus lo jadi nggak ke kontrol emosinya," tanya Mureno seperti mengintrogasi.

"Gimana ya. Lo liat kan, dia tuh cantik, baik, asik juga. Jadi siapa sih cowo yang nggak tertarik sama dia? banyak gitu loh cowo yang pingin deket sama dia, ngedeketin dia, modusin dia. Ya gue nggak suka lah. Gue nggak mau kalau dia sampe di ambil orang lain," jelas Valen.

"Tapi harusnya lo nggak marah sama dia lah. Dia nggak salah kok. Emang lo udah nembak dia? lo sama dia udah resmi jadian? kan belum. Jadi, dia masih punya hak untuk deket sama cowo selain lo," jelas Mureno yang membuat Valen semakin tersadar bahwa perbuatannya tadi itu salah.

Valen mengangguk-ngangguk. "Iya. Bener kata lo. Gua emang belum nembak dia. Kita belum jadian. Jadi, nggak seharusnya gua cemburu dan marah ke dia karena masalah kayak gini. Apalagi tadi gue udah bikin dia nangis."

Mureno menepuk pundak Valen, mencoba menenangkan. "Semulus apapun jalan tol pasti ada kerikil-kerikilnya. Suatu hubungan pasti ada naik turunnya kok. Nggak semua berjalan mulus. Tapi lo bisa milih, lo mau terus melewati jalan yang nggak mulus itu sama pasangan lo atau lo mau berhenti ditengah jalan sendirian."

"Gue nggak mau jalan sendirian. Gue mau jalanin hidup gue sama Noura. Tapi gue bingung harus minta maaf gimana ke dia. Dia pasti kecewa banget sama gua," kata Valen benar-benar merasa sangat menyesal dan kebingungan.

"Besok, lo ajak ngomong dia pelan-pelan. Atau, pas pulang sekolah lo ke rumah dia. Kasih apa kek gitu biar dia luluh," saran Mureno.

**********

HAI! gimana sampe sini? ngebosenin? hm ok gapapa.

Makasih yang udah vomments!💕 kayaknya makin kesini, makin nggak jelas ya? hahaha.

Oh iya, masih inget kan kalau Valen di panggil sama temen-temennya Ivan kecuali sama Noura?

Cerita gue kebanyakan dialog ya? gapapa deh gue suka berdialog soalnya wahahaha.

Valen and NouraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang