27. "Sahabat"

4.4K 232 10
                                    

"Selamat malam," sapa seorang suster sambil membuka pintu dan membawa makanan. Makanan yang dapat dipastikan tidak memiliki rasa apapun.

Noura tersenyum membalas sapaan suster tersebut.

"Makannya di habisin ya," ucap sang suster lalu keluar kamar.

"Valen, makan," ucap Noura.

"Iya, nanti ya. Masih nggak laper," jawab Valen lembut.

"Setengah 7 makan ya," kata Noura sambil melihat jam yang sekarang menunjukkan pukul 18.07.

Valen mengangguk. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu dan masuk ke dalam kamar Valen. "Hai."

Perempuan itu tersenyum sambil menutup pintu. Wajah Noura yang awalnya tersenyum langsung berubah drastis melihat kedatangan perempuan itu.

"Hai, Van," sapa perempuan itu yang sudah berada di samping tempat tidur Valen.

"Kamu tau darimana aku disini?" tanya Valen yang tidak merasa memberitahu keberadaannya.

Perempuan itu melihat Noura sebentar. "Eh.. tadi aku ke rumah kamu dan ketemu orangtua kamu, mereka bilang kamu masih disini karena kemarin kamu operasi. Kenapa kamu nggak bilang ke aku?"

"Iya karena menurut aku itu nggak penting, Drea," jawab Valen sekenanya.

Drea mengangguk lalu mengangkat tangannya untung berjabat tangan dengan Noura. "Hai, gue Drea. Lo....pacarnya Ivan?"

Noura menjabat tangannya. "Eh, nggak gue..... sahabatnya. Oh iya, gue No--"

"Noura. Iya gue udah tau nama lo. Waktu itu Ivan cerita ke gue," kata Drea lalu terkekeh.

Noura hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya udah ya, gue nggak bisa lama-lama disini. Cuma mau tau keadaan lo aja, Van. Noura, gue duluan ya. Bye," ucap Drea lalu berjalan keluar pintu.

Beberapa saat kemudian, Noura berlari menyusul Drea yang sedang menunggu lift.

"Drea!" seru Noura.

Drea menoleh ke arah sumber suara. "Hai, ngapain?"

"Gapapa. Sorry ya, waktu pertama kali lo ketemu Ivan, gue kabur gitu aja. Dan sebelumnya gue nggak tau hubungan lo sama Ivan. Bahkan, gue nggak tau lo sama sekali," ucap Noura.

Pintu lift terbuka, keduanya masuk ke dalam lift.

"Jadi, gue mau minta maaf. Gue sama sekali nggak ngerebut Ivan dari lo. Gue sama dia nggak ada apa-apa kok. Emang sih kita deket, tapi ya, bisa di bilang kita itu..... sahabat, iya sahabat," lanjut Noura.

Drea tertawa lembut. "Apaan sih lo? lo nggak salah apa-apa, ngapain minta maaf? gini ya, Noura, dari awal gue mau kesini juga gue udah bisa nerima kalau Ivan sama yang lain. Lo mau lebih dari sahabat sama dia juga ya... ya gapapa. Dia udah nyaman sama lo."

Pintu lift terbuka kembali. Keduanya keluar dari lift.

"Gue udah bukan siapa-siapa lagi. Gue juga nganggap Ivan sebagai temen gue aja kok. Tapi, kalau lo mau cerita-cerita ke gue juga boleh kok, gue pasti dengerin. Apapun itu," ucap Drea.

Noura mengangguk. Baik banget ini orang.

Sebuah mobil berhenti di depan mereka berdua. D 12 EA. Mobil milik Drea.

"Ini mobil gue, sekarang gue tinggal di Bandung. Gue duluan ya," ucap Drea lalu hendak berjalan masuk ke mobilnya.

"Oh iya, ketika seseorang udah nyaman, jangan pernah tinggalin itu," ucap Drea lalu masuk ke dalam mobil.

Noura mengerutkan dahi kebingungan lalu melambaikan tangannya ke arah mobil.

***

"Udah ngobrol sama Drea nya?" tanya Valen ketika Noura kembali ke dalam kamar.

Noura mengangguk sambil tersenyum. "Baik banget ya dia. Kenapa lo nggak sama dia lagi aja?"

"Lah? lah?" ucap Valen dengan ekspresi yang membuat Noura tertawa.

"Ya, dia tuh baik, cantik, dan udah kenal sama lo dari lama juga kan?" jawab Noura.

"Alah, nanti kalau gue sama dia, lo nangis," ledek Valen.

"Idih, ngapain nangis? seneng lah gue kalau sahabat gue dapet cewe baik-baik," ucap Noura.

"Sahabat? oh iya deng, sahabat," jawab Valen sambil tertawa garing.

Nourapun ikut terkekeh.

"Gini ya, sebaik apapun seseorang, secantik apapun dia, selama apapun dia kenal sama gue kalau gue nyamannya bukan sama dia mau gimana?" jelas Valen.

Noura hanya mengangguk.

"Iya, kalau gue nyamannya sama lo gimana?" celetuk Valen yang berhasil membuat pipi Noura memerah.

"Apaan sih lo gila ya," jawab Noura menutupi rasa malunya.

Valen mengerutkan dahinya. "Apanya yang gila? gue cuma bilang yang sebenernya aja kok."

"Iya, iya. Nyaman sebagai sahabat kan? iya gue juga kok nyaman banget," jawab Noura lalu tertawa.

Valen tersenyum. "Iya."

Keadaan pun berubah menjadi sedikit canggung.

"Ih, kok diem gini deh. Mendingan makan nih masa makanannya di anggurin gitu aja? nanti nangis loh," kata Noura.

"Dih, lo kira gue anak kecil di omongin kayak gitu? makanan nggak bisa nangis ya. Nggak kayak lo, cengeng," ledek Valen.

"Bacot lo ah. Makan aja deh mendingan," kata Noura lalu menyodorkan makanan ke arah Valen.

"Suapin," pinta Valen dengan manja.

Noura melototi Valen. "Ih! sok manja lo ah jiji banget gue dengernya."

"Sok jiji lo, anjir. Udah kenal dari lama juga masih aja kaku sih," jawab Valen.

"Ya tapi nggak mau ah," balas Noura.

"Apa salahnya nyuapin sahabat sendiri?" tanya Valen dengan menekankan kata sahabat yang lebih seperti menyindir.

**********

Hai! maaf banget ini ngaret parah. Bener-bener susah nyari waktu buat nulis, hahaha ((sok sibuk))

Makasih ya yang udah setia menunggu! jangan lupa vomments ya💞

Valen and NouraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang