1. First Meeting

22.9K 841 3
                                    

Hari ini adalah hari dimana semuanya berawal.

Ketika Agra -ayahnya Noura- mengajak Noura untuk pergi ke salah satu tempat pemancingan. Memancing memang merupakan hobi yang dimiliki oleh Agra.

Noura memiliki seorang adik yang berbeda 7 tahun dengannya bernama Layla Naomi. Sebenarnya, Naomi sudah lebih dulu kenal dengan Valen. Karena Naomi sering ikut ke kantor ayahnya, sedangkan Valen sering menjemput ayahnya yang bekerja di kantor yang sama. 

Noura dan Naomi sudah tidak memiliki ibu. Ibu mereka sudah meninggal ketika Noura berumur 10 tahun dan Naomi berumur 3 tahun. Sekarang Noura sudah berumur 16 tahun dan Naomi 9 tahun.

"Apa kabar, bro?" sapa Agra kepada teman kerjanya yang sudah sampai duluan.

"Baik, lo gimana?" tanya Gavin -ayahnya Valen- balik. Lalu disalimi oleh Noura dan Naomi. 

Noura bersalaman dengan Valen lalu berjalan mengikuti ayahnya. Tidak ada lebihnya laki-laki itu dimata Noura. Padahal Naomi pernah bercerita tentang Valen kepada Noura dan dia berkata bahwa Valen mempunyai wajah yang ganteng. Tetapi, Noura sama sekali tidak melihat maksud dari 'ganteng' di muka Valen.

Ghozi Valen berumur satu tahun lebih tua dari Noura. Laki-laki itu biasa di panggil Ivan. Panggilan itu berasal dari gabungan huruf terakhir nama depan, dua huruf pertama dan huruf terakhir nama belakang. (Ghozi Valen -> Ivan)

Kata Naomi, kakaknya berisik. Mana? diem aja. Nyebut nama aja nggak, dimana berisiknya? batin Ivan sambil melihat Noura. 

Kayaknya kalau Naomi cerita, dia anaknya rame deh. Ini kok diem aja? nggak nyebutin nama lagi. Tapi, ini anak tinggi banget kayak tiang listrik. Batin Noura.

Ivan memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Kulitnya berwarna putih dan mukanya sedikit Arab. Wajar, karena dia memang keturunan Arab. Hari ini dia memakai kaos polos berwarna putih dan lengannya berwarna biru polos, celana selutut berwarna krem dan juga sandal jepit. Terlalu santai.

Sedangkan tubuh Noura tidak terlalu tinggi dan juga badannya kurus namun bukan kerempeng. Kulitnya putih tetapi tidak seputih Ivan. Wajahnya juga terlihat sedikit Arab dengan campuran Jawa dan Sunda. Terlalu campur aduk. Dia memakai kaos berwarna hitam dengan banyak tulisan berwarna putih, celana jeans panjang dan juga sandal jepit milik Naomi karena dia tidak memiliki sandal jepit. 

"Ra, kamu mau cobain nggak nih singkong?" tanya Gavin sambil menunjuk singkong yang berada di piring Ivan.

Noura langsung menengok dan melihat piring tersebut. "Nggak ah."

"Kenapa? enak lho," tanya Gavin lagi. Sedangkan Ivan tidak melihat ke arah Noura sama sekali.

Noura sudah menahan tawanya karena dia berpikir tidak mungkin dia mencoba makanan milik orang yang tidak dikenalnya. "Gapapa. Nggak mau aja."

Keheningan pun terjadi. Agra dan Gavin sibuk memancing, Ivan juga memakan singkong miliknya sedangkan Naomi dan Noura hanya memperhatikan orang-orang disekitarnya. 

Woy sapa kek, tanya nama gue siapa kek, minta makanan gue kek, apa kek gitu. Pendiem banget sih jadi cewe. Nengok dong, nengok. Batin Ivan.

Apaan sih nih tiang listrik kok kayak ngeliatin gue? sombong banget lo jadi cowo. Ngajak ngobrol dong, jangan cuma diliatin. Bosen gue, bosen. Batin Noura.

"Eh, uler!" teriak Noura lalu bangun dari tempat duduknya. 

"Mana, Kak?" tanya Naomi lalu ikut berdiri.

"Itu. Tuh kepalanya," kata Noura sambil menunjuk ke pojok bangku yang tadi di dudukinya. Ular pohon.

"Mas, mas tuh ada uler," kata Agra lalu mas-masnya mencoba mengambil ular tersebut. 

Noura dan Naomi menjauh dari tempat duduknya. Sedangkan Ivan malah mendekati tempat ular itu lalu memperhatikannya. 

Sok berani banget deh tuh orang. Digigit baru tau rasa lo. Batin Noura.

Ya elah, penakut banget deh nih cewe. Orang nggak gigit juga. Batin Ivan.

"Disini kan ada uler gede banget," kata Gavin .

"Iya?" tanya Naomi, Noura, dan Ivan bersamaan.

"Iya. Sana liat gih. Minta anterin sama mas-masnya," kata Gavin .

"Yuk, Kak. Temenin Naomi," kata Naomi lalu Noura hanya mengangguk dan mengikuti mas-mas yang akan menunjukkan tempat ular tersebut.

Ivan mengikuti Naomi dan Noura dari belakang. Lalu tiba-tiba Ivan memegang kaki Naomi dan langsung membuat Naomi melompat kaget.

"Ih nyebelin banget sih, Kak," kata Naomi mengomel lalu dirangkul oleh Noura.

Noura tertawa. "Lebay deh, Nao."

"Tau. Naomi lebay," kata Ivan lalu mengelitiki perut Naomi.

Idih, nimpalin omongan gue lagi. Kenal aja nggak. Batin Noura tanpa melihat Ivan.

Setelah sampai di tempat ular, Ivan langsung masuk dan mengambil ular yang cukup besar. Naomi dan Noura hanya melihat dari luar pintu. Noura langsung melotot melihat Ivan menggendong ular tersebut. 

Ivan menggendong dan membawanya keluar. Naomi langsung kabur tetapi Noura masih tetap berdiri di tempatnya sambil melihat ke arah ular tersebut. 

"Nao, sini deh liat," panggil Noura.

"Nggak mau," kata Naomi.

"Tadi minta nemenin. Sini dong," paksa Noura. 

"Coba mau gendong dong, Kak," kata Naomi lalu mulai mendekat. 

"Berat," kata Noura dan Ivan bersamaan. 

Lah, bisa barengan gitu. Batin Ivan lalu meletakkan ularnya lagi. 

Mereka kembali ke tempat dimana ayah mereka memancing.

"Udah liat?" tanya Agra setelah mereka kembali.

"Udah. Kak Ivan berani banget megangnya," kata Naomi dengan penuh semangat.

"Kan nggak gigit, Nao," kata Ivan yang dilanjutkan dengan tawa Noura. 

Setelah hampir 3 jam disana, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Seperti biasa, mereka bersalam ria. Noura hampir tidak salaman dengan Ivan karena Ivan juga tidak mengulurkan tangannya.

"Salaman dong," kata Gavin lalu Ivan mengulurkan tangannya dan mereka bersalaman. 

Biasa aja dong, Van. Biasa. Nggak usah gemeteran gini. Nggak bisa di ajak kompromi banget sih. Batin Ivan ketika bersalaman dengan Noura.

Lebay banget nih orang. Cuma salaman doang sampe kayak gitu. Gue kan juga manusia keles. Nggak usah kayak jijik gitu. Batin Noura lalu berjalan ke dalam mobil. 

"Nao, itu yang anaknya Om Gavin? yang kamu sering ceritain?" tanya Noura setelah di dalam mobil.

"Iya," jawab Naomi singkat.

Noura mengerutkan dahinya. "Katanya ganteng? mana? orang biasa aja." 

"Ganteng tau, Kak," jawab Naomi sambil melirik kakaknya.

"Biasa aja sih menurut aku. Tapi tinggi banget ya, gila. Sampe minder tadi lewat di samping dia," kata Noura lalu Naomi hanya mengangguk.

**********

Chapter ini rada pendek ya? hehe nanti chapter yang lain bakal lebih panjang kok:) sebenernya rada nekat ngepost ini karena baru nulis sampe chapter 3 HAHA doain semoga nggak keseringan ngaret dan nge-stuck. Vomments jangan lupa! don't be silent readers<3

Valen and NouraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang