Noura langsung berlari memasuki gerbang sekolah yang akan ditutup dalam 58 detik lagi. Nafasnya sudah susah untuk di kontrol.
"Ah, di periksain lagi kaos kaki sama sepatunya. Mati aja gue," gerutu Noura yang sekarang sedang berbaris menunggu gilirannya untuk di periksa.
Noura bukanlah seorang yang senang di kelilingi dengan peraturan-peraturan tidak jelas. Dia tidak pernah mematuhi peraturan sekolah tentang sepatu dan kaos kaki.
Tidak boleh memakai sepatu selain hitam dan wajib memakai kaos kaki putih panjang kecuali hari jumat.
Akhirnya Noura berdiri di depan kepala sekolah yang memeriksa sepatu dan kaos kaki. Noura hanya menunduk.
"Kamu kelas berapa?" tanya kepala sekolah itu.
Noura melihat ke arah kepala sekolah itu. "Sebelas, Bu."
Bu Lastri -kepala sekolah- menghela nafasnya. "Kamu tuh nggak pernah berubah ya kalau soal sepatu dan kaos kaki. Apa susahnya pakai sepatu hitam dan kaos kaki putih panjang? cuma dari Senin sampai Kamis aja kok susah banget ya. Ya udah, sana nama kamu di catet dulu."
Noura hanya mendumel dalam hati dan mengikuti perintah Bu Lastri.
Cukup banyak anak-anak yang berdiri di belakang Bu Lastri. Ada yang karena tidak memakai sepatu dan kaos kaki yang sesuai aturan, tidak memakai seragam lengkap, dan juga terlambat.
Tiba-tiba seorang laki-laki masuk ke dalam gerbang dan berbaris untuk salim dengan kepala sekolah. Laki-laki itu adalah Valen.
"Kamu kenapa terlambat?" tanya Bu Lastri kepada Valen.
Valen menunduk melihat Bu Lastri yang lebih pendek darinya. "Di depan macet, Bu."
"Alasan aja kamu. Berdiri disana!" kata Bu Lastri.
Valen hanya berjalan dengan malas-malasan ke barisan yang terlambat. Noura melihatnya dengan menahan tawa.
Baru dua hari masuk udah di hukum aja. Batin Valen.
"Napa lu?" ledek Noura kepada Valen ketika Valen berbaris di barisan sebelahnya.
"Telat," jawab Valen datar.
"Baru dua hari masuk masa udah telat aja sih?" ledek Noura, lagi.
Valen mendecak pelan. "Gara-gara lo semalem. Gue cape banget gila."
Noura melotot. Kok kayak ambigu gitu ya. Batin Noura.
Ambigu banget. Semoga nggak ada yang denger. Batin Valen sambil memperhatikan sekelilingnya dengan tampang sok tidak peduli.
"Abis ngapain lu sama Noura semalem? gila lu. Masih SMA nih woy!" seru salah satu teman basket Valen.
"Anjir, mesum banget otak lo!" balas Valen.
"Jangan salahkan pendengar dong. Lo yang ngomongnya nggak jelas, Van." kata anak itu lagi.
"Apa kata lu dah," jawab Valen datar.
Setengah jam pelajaran sudah di lewatkan oleh anak-anak yang melanggar peraturan saat ini, sama seperti Valen dan Noura.
Noura hanya memperhatikan penampilan Valen selama Bu Lastri mengoceh. Dari mulai gaya rambut Valen sampai sepatu yang digunakannya. Sepatu yang cukup bersih untuk ukuran cowo.
"Anna, jangan ngeliatin pacar kamu terus! apa kamu mendengar perkataan saya?" tegur Bu Lastri kepada Noura.
Guru-guru memang lebih senang memanggilnya dengan sebutan Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valen and Noura
Fiksi RemajaPerjodohan antara laki-laki dingin dan jutek dengan perempuan super toa dan bawel yang di lakukan secara diam-diam oleh orangtuanya.