Ia berjalan di koridor yang sepi. Dengan warna cat yang serba putih di sekelilingnya.
Ia pun menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Keputusannya kali ini sudah bulat dan akhirnya ia merasa yakin untuk melakukan ini semua.
Pintu tersebut di buka oleh seseorang yang berada di dalam dengan menggunakan jas putih.
"Sudah yakin, Nak?" tanya orang berjas putih tersebut.
Ia menidurkan dirinya di kasur yang sudah di sediakan. "Yakin, Dok."
***
Matanya terbuka perlahan, menyipitkannya ketika melihat cahaya matahari masuk. Dilihatnya jam yang berada di handphonenya.
10.56a.m
Hanna: Hari ini Ivan operasi. Doain yang terbaik ya, Nak.
Matanya langsung terbuka lebar melihat pesan tersebut.
Valen operasi apa? kok dia nggak bilang sih?
Ia langsung membalas pesan tersebut.
Noura: Selalu di doain kok, Tante. Di rumah sakit apa ya?
Hanna: Makasih, sayang. Di RSPI.
Noura: Ok, Tante. Bentar lagi aku kesitu ya.
Tanpa menunggu balasan dari Hanna, Noura langsung bergegas mandi dan berangkat menuju rumah sakit tersebut.
Ya Tuhan, Valen sakit apa? kenapa dia nggak pernah kasih tau? bener kan dugaan gue selama ini. Valen itu nggak gapapa.
Noura berlari menuju ruang operasi. Ditemuinya Hanna dan Gavin di depan ruang operasi. Hanya ada mereka berdua.
"Va-valen kenapa?" tanya Noura dengan mata berkaca-kaca dan nafas yang tidak teratur.
Hanna mengelus lengan Noura. "Tenang, sayang. Biar nanti dia aja ya yang jelasin ke kamu dia kenapa. Sekarang kita berdoa aja biar operasinya berjalan dengan lancar dan Ivan bisa sembuh."
Noura hanya mengangguk. Tidak sanggup berkata apapun. Dirinya terus mendoakan Valen. Mendoakan yang terbaik untuknya. Dan berdoa agar penyakit ini bukanlah penyakit yang serius.
Setelah lama mereka menunggu, akhirnya Valen di bawa masuk ke sebuah kamar.
"Gimana, Dok?" tanya Hanna.
"Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Insya Allah, Ivan akan kembali sehat dan dapat melakukan rutinitasnya kembali setelah paling lama dua minggu disini," jawab sang dokter.
Hanna menghela nafas lega. "Syukur deh. Terima kasih banyak ya, Dok."
"Sama-sama, Bu," sang dokter pun tersenyum lalu meninggalkan Hanna, Gavin, dan Noura.
Mereka masuk ke dalam kamar Valen. Bibir Noura perlahan membentuk senyuman melihat Valen yang sedang tertidur. Ia senang mengetahui bahwa keadaan Valen baik-baik saja saat ini.
Hanna dan Gavin duduk di sofa yang terdapat di kamar tersebut. Sedangkan Noura hanya berdiri di samping kasur Valen.
"Valen," bisik Noura menggenggam tangan Valen perlahan.
Noura menarik kursi lalu duduk di dekat Valen. Memandangi Valen yang sedang tertidur.
Kenapa lo tertutup banget sih orangnya? Batin Noura.
"Noura, Tante sama Om kebawah dulu ya, mau cari makan. Kamu mau makan apa?" Hanna memegang pundak Noura.
"Nggak usah, Tante makasih," Noura tersenyum lalu keduanya meninggalkan Noura dan Valen.
"Valen, bangun dong. Gue kan kangen," ucap Noura sambil memainkan tangan Valen.
"Kenapa sih nggak cerita kalau lo kenapa-kenapa?"
Tidak ada jawaban. Mata Valen masih menutup.
"Ih, lo tuh ya, orang paling tertutup yang pernah gue kenal. Apa susahnya sih cerita? gue kan kaget pagi-pagi dapet whatsapp dari nyokap lo bilang kalau lo di operasi. Gue kira lo baik-baik aja. Gue sih udah curiga dari yang lo pernah tiba-tiba lemes, terus waktu itu pernah masuk rumah sakit, tapi kan gue nggak mikir sampe harus operasi begini. Gue tuh khawatir sama lo, gue takut lo kenapa-kenapa. Dan gue emang nggak mau lo kenapa-kenapa. Gue tuh sa--" perkataan Noura tiba-tiba terhenti, "Lo udah bangun ya?!"
Valen tersenyum lalu membuka matanya dan melirik Noura. "Bawel banget sih lo. Sekarang gue udah sembuh, nggak ada yang perlu lo khawatirin lagi, ngerti?"
"Terus kenapa kemarin-kemarin lo nggak cerita?" Noura mengerutkan dahinya.
"Gue nggak mau buat lo khawatir," kata Valen lalu mengacak-acak rambut Noura.
"Yaudah, sekarang kan lo udah sembuh, gue nggak akan khawatir lagi. Jadi mending lo ceritain semuanya ke gue," pinta Noura.
"Selama kemarin itu gue sakit. Pertama gue taunya gue itu hipotensi atau tekanan darah rendah. Makanya gue sering pusing, lemes, bahkan pernah pingsan. Terus setelah lama-lama akhirnya gue tau kalau penyebab hipotensi gue itu jantung. Gue ada penyakit jantung. Katanya tuh jantung gue kayak nggak bisa memompa darahnya dengan baik gitu lah, makanya gue jadi hipotensi.
"Gue sempet minum obat tapi nggak bisa, akhirnya di saranin untuk ikut operasi jantung biar jantung gue bisa normal lagi. Awalnya gue nggak mau karena gue pikir terlalu lebay kalau harus ikut operasi. Tapi lama-kelamaan gue sadar kalau gue nggak mau kayak gini terus. Dan gue nggak mau kalau tiba-tiba gue drop dan harus ninggalin kalian semua. Operasi emang nggak menjamin 100% kalau gue akan hidup lagi.
"Tapi gue mikir, Tuhan udah nentuin kapan kita meninggal. Jadi menurut gue, daripada gue hidup sakit-sakitan dan ujung-ujungnya meninggal, mendingan gue operasi biar seenggaknya gue bisa sembuh dulu atau nggak kalau meninggal ya sekalian aja meninggal pas operasi, jadi nggak lama-lama dan nggak banyak ngerepotin orang." jelas Valen panjang lebar.
Noura menepuk lengan Valen. "Ih, jangan ngomong gitu dong."
Valen terkekeh. "Lebay deh lo, sekarang juga gue masih hidup kan?"
"Ya, tapi jangan ngomong kayak gitu. Lain kali kalau ada apa-apa langsung cerita ya. Pokoknya ini terakhir kalinya gue tau sesuatu tentang lo dari orang lain," ucap Noura.
"Iye, bawel," Valen tertawa melihat tingkah Noura.
Valen memperhatikan wajah Noura, sedangkan yang di perhatikan sedang menunduk, melihat infus yang terdapat di tangan Valen.
Noura melirik Valen. "Apaansih lo."
Valen hanya menggeleng dan tersenyum. "Udah makan?"
"Udah," Noura mengangguk.
"Hari ini?" tanya Valen.
"Kalau hari ini sih belum," Noura terkekeh.
**********
HALO! selamat puasa untuk yang menjalankan! semoga puasa kalian lancar yaa.
Maaf banget nih ya ngaret mulu. Makasih udah nungguin! makasi vommentsnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valen and Noura
Fiksi RemajaPerjodohan antara laki-laki dingin dan jutek dengan perempuan super toa dan bawel yang di lakukan secara diam-diam oleh orangtuanya.