"Tolong bukakan pintu gerbangnya. Aku mau masuk", ucap lelaki itu santai pada pak satpam.
Sia semakin terbelalak. Apa dia gila mengatakan hal itu?
"Baiklah. Tunggu sebentar" balas pak satpam.
Astaga! Satpamnya bahkan lebih gila lagi!
Sia benar-benar tercengang. Satpam tadi menuju posnya dan kembali dengan membawa kunci gerbang. Ia membuka gembok gerbang dan membuka gerbangnya sedikit.
"Ayo!", ajak lelaki itu pada Sia.
Sia yang saat itu masih bengong, agak ragu dengan keputusan lelaki itu. Tetapi setelah melihat lelaki itu masuk dengan mudah ke dalam sekolah, Sia mengikutinya.
Sayangnya satpam itu menghalangi Sia masuk.
"Maaf, tapi kau tidak boleh masuk.", ucap Satpam itu sambil mendorong tubuh Sia menjauh dari gerbang.
"Ta-tapi...tu-tunggu..."
Saat itu juga Sia gelagapan mencoba menjelaskan segalanya.
Belum sempat ia mengeluarkan suara lebih banyak, lelaki itu sudah mendahuluinya.
"Biarkan saja dia masuk, Pak. Biar aku yang bertanggung jawab nantinya."
Ucapan lelaki itu berhasil membuat Sia mematung sesaat. Entah mengapa tiba-tiba Sia melihat sinar yang memancar dari wajah lelaki itu. Padahal sebelumnya ia mengutuk keras lelaki itu karena telah membuat rencananya kacau.
"Baiklah."
Satpam itu langsung memberi Sia jalan untuk masuk ke dalam.
Tanpa pikir panjang Sia langsung melangkahkan kakinya ke dalam gerbang. Ia mengikuti lelaki itu yang telah mendahuluinya berjalan ke dalam sekolah.
"Hei, tunggu" panggil Sia pada lelaki yang membantunya masuk ke dalam sekolah dengan cara yang tak terduga itu.
"Kenapa dia membukakan gerbangnya begitu saja padamu? Dia bahkan memperbolehkanmu masuk tanpa syarat? Kau anaknya ya?"
Lelaki itu tercekat menahan tawa mendengar ucapan Sia yang bodoh.
"Kau ini bodoh ya?" ucap lelaki itu sambil berlalu.
Sia justru dibuat mematung dengan jawaban lelaki itu.
Kenapa dia malah menyebutku bodoh?
Belum jauh lelaki itu meninggalkan Sia, ia berbalik dan berkata:
"Oh ya, nanti kalo ditanya macem-macem, bilang aja kalo kamu pacarku."
Lelaki itupun berlalu dan menghilang di balik sudut ruangan. Sedangkan Sia masih mematung dengan pikiran rumit.
Pacar? Siapa? Apa dia tadi berbicara denganku?
Sia terlihat menoleh ke belakang, sengaja mengecek apa lelaki itu berbicara dengan orang lain selain dia. Ia hanya melihat satpam tadi di belakang sedang menyalakan rokoknya.
Tidak mungkin dia berbicara dengan dia kan?
Sia berjalan menuju kelasnya seperti yang diarahkan oleh kepala sekolah dulu. Pikirannya masih rumit tidak percaya kejadian aneh yang baru saja menimpanya.
"Pertama, aku hampir tertabrak truk di hari pertamaku sekolah. Kedua, ditahan seorang lelaki hanya karena aku belum mengucapkan terima kasih pada lelaki itu sampai-sampai aku telat. Ketiga, lelaki menyebalkan itu diperbolehkan masuk gerbang sedangkan aku tadi mau diusir. Lalu, yang barusan itu?"
"Aarrgghh! Absurd banget sih hari ini" ucap Sia lagi.
Tak lama kemudian Sia telah berada di depan kelas. Sia mengambil napas panjang, mengetuknya sambil membuka sedikit pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatchers
Teen FictionMereka bilang jangan bermimpi terlalu tinggi, itu sulit dicapai. Tapi bukankah mimpi selalu di atas awan? Mereka bilang jangan membantah orang tuamu, itu tidak baik. Tapi bagaimana jika kita punya rencana sendiri dengan hidup kita? Mereka bilang lak...