"Yori!" Suara seorang cewek terdengar dari ujung pintu kelas. Yori yang saat itu baru duduk di bangkunya menoleh ke arah sumber suara.
Itu Tannia.
"Yori, kau sudah masuk? Apa kau baik-baik saja? Dari mana saja kau selama tiga hari ini? Apa sesuatu terjadi padamu? Kenapa kau diam saja? Ayo cepat ceritakan semuanya padaku!" ujar Tannia tanpa jeda. Yori hanya bisa menghela napas panjang sambil mengitarkan pandangannya ke sekeliling.
Mereka sekarang menjadi pusat perhatian karena Tannia mengatakan semua itu dengan keras. Di tambah lagi mereka semua memang penasaran dengan ketidakhadiran Yori selama tiga hari itu. Terutama jika mengingat Pak Jarwo yang selalu sibuk menanyai beberapa siswa kelas tentang Yori. Itu membuat teman sekelasnya penasaran dengan Yori.
"Kita bicarakan di luar ya?" Yori segera beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tangan Tannia dan membawanya ke luar kelas. Belasan pasang mata mengikuti langkah mereka keluar kelas. Ketika di ambang pintu kelas, mereka berdua berpapasan dengan Sia and The Gengs yang baru selesai dari kantin.
Sia sempat bertemu tatap dengan Yori sebelum akhirnya pandangannya teralih pada tangan Yori yang menggenggam tangan Tannia. Entah kenapa itu membuat sesuatu di dalam dada Sia panas seperti mendidih.
"Apa yang terjadi? Mereka mau kemana?" tanya Hana setengah berbisik pada Sia. Sia tidak menjawab dan masih terpaku melihat Yori yang menggandeng Tannia dari belakang. Matanya bahkan tak berkedip sedikitpun.
Hana dan Jess yang melihat reaksi Sia yang memaku, berpandangan sesaat sambil berkomat-kamit pada satu sama lain seperti sedang merencanakan sesuatu di belakang Sia. Tak lama kemudian, mereka bersamaan menarik tangan kanan dan kiri Sia dan berlari ke arah Yori dan Tannia pergi.
"Eehh, kalian mau membawaku kemana?" pekik Sia. Mereka bahkan sesekali mengendap-endap ketika jarak mereka terlalu dekat dengan Yori dan Tannia.
"Sudahlah ikut saja. Aku jamin kau tidak akan menyesal!" balas Jess sambil terkekeh. Sia hanya bisa pasrah berlari mengikuti mereka meskipun dirinya sendiri tidak tahu kemana ia akan dibawa.
Mereka berhenti dan bersembunyi di semak-semak taman dekat gedung paling belakang di sekolah itu setelah melihat Yori dan Tannia berhenti di sana.
"Kita ngapain di sini? Kalian udah gila ya?" desis Sia sangat terkejut karena kedua temannya membawanya ke gedung belakang sekolah dan mengendap-endap mengawasi pembicaraan Yori dan Tannia. Ia masih berdiri sambil memaki kedua temannya yang usil itu.
"Ssssttttt... jangan keras-keras dan cepat bersembunyi!" bisik Jess sambil menarik rok Sia. Mau tak mau Sia ikut jongkok bersama kedua temannya itu. Kini mereka bertiga berkonsentrasi menguping pembicaraan Tannia dan Yori.
"Ada apa Yori? Apa yang terjadi selama tiga hari ini?" ucap Tannia mengawali.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin bolos."
"Whuutt? Jawaban macam apa itu?" komen Jess di balik semak. Karena terdengar terlalu keras untuk seseorang yang sedang menguping, segera Hana dan Sia menutup mulut Jess bersamaan sambil terus mengintip.
"Kau bohong. Aku tahu kau ada masalah, Yori. Cepat katakan padaku. Apa yang terjadi antara kau dan ayahmu?"
Yori terlihat gelisah. Sia yang melihat ekspresi Yori juga ikut gelisah. Ia sudah tahu masalah Yori dan ia juga tahu bahwa itu sulit untuk diceritakan berulang-ulang ke orang lain. Tannia masih intens memandang Yori dengan tatapan memohon. Hingga pada akhirnya Yori menyerah.
"Baiklah Tannia, aku akan menceritakannya padamu...."
Yori benar-benar menceritakan masalahnya pada Tannia. Mulai awal pertengkaran dengan ayahnya di rumah, tentang apa yang diinginkannya, tentang dirinya yang pergi dari rumah hingga pertengkaran di kantor kepala sekolah kemarin. Semuanya Yori ceritakan pada Tannia kecuali tentang dimana ia tinggal sekarang dan kesepakatan yang baru saja ia buat dengan kepala sekolah. Dia masih merahasiakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatchers
Teen FictionMereka bilang jangan bermimpi terlalu tinggi, itu sulit dicapai. Tapi bukankah mimpi selalu di atas awan? Mereka bilang jangan membantah orang tuamu, itu tidak baik. Tapi bagaimana jika kita punya rencana sendiri dengan hidup kita? Mereka bilang lak...