Dua hari sudah Yori tidak masuk sekolah sejak pertengkaran dengan ayahnya di sekolah waktu itu. Semua orang di sekolah mencarinya. Mulai dari Sia, Tannia hingga pegawai di kantor pusat.
Sia cemas dengan sikap dan kelakuan Yori akhir-akhir ini. Yori terlihat semakin aneh dengan sering bolos dari kelas tetapi justru menghabiskan waktu di perpustakaan.
Tannia juga cemas. Sejak kejadian siang itu di kantor pusat, dia belum bisa menemui Yori dan meminta penjelasan. Bahkan ketika di telepon, nomornya tidak aktif.
Begitu juga dengan kantor pusat yang berusaha menghubungi Yori. Mereka berencana akan memberikan privat konseling mengingat kepala sekolah secara langsung melihat pertengkaran antara Yori dengan ayahnya. Mereka menduga itu salah satu penyebab turunnya nilai Yori.
Di kelas, Sia jadi sering memandangi bangku Yori yang kosong. Entah mengapa ada sesuatu yang hilang bersama dengan hilangnya Yori dua hari ini.
'Uh, aku kangen di panggil udang olehnya!' Batin Sia.
"Berhentilah memandangi bangku itu. Bisa-bisa kursinya patah karena terus kau pandangi..!" ucap Jess terkekeh.
Dia mencoba menggoda temannya yang selalu termenung ke arah kursi itu.
"Kau tidak tahu betapa susahnya aku jika dia tidak ada. Dia selalu menolongku di saat susah.." jawab Sia tanpa mengalihkan pandangannya dari kursi Yori.
'Dia selalu membantuku memahami materi. Jika dia tidak masuk terus, lalu bagaimana aku mengahadapi mid-test seminggu lagi?' batin Sia.
"Begitukah? Bukannya kau naksir dia?" Goda Jess lagi.
Kali ini Jess terkekeh bersama Hana. Namun tidak seperti biasanya, Sia tetap terdiam dan tidak menanggapi omongan teman-temannya.
Dia terlihat memikirkan sesuatu.
'Apa Jess dan Hana benar-benar tidak tahu yang sebenarnya tentang kemampuan Yori? Mereka kan sudah setahun di sini. Apa Yori setahun yang lalu juga sudah seperti ini? Aku yakin mereka pasti mengetahui sesuatu.' Batin Sia.
Mendadak Sia membalikkan punggungnya dan menghadap ke bangku Jess yang ada di belakangnya.
"Guys, apa yang kalian ketahui tentang Yori? Seperti apa dia sewaktu kelas satu?" tanya Sia.
Melihat Sia yang mendadak penasaran tentang Yori membuat kedua temannya merasa aneh.
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya? Kau benar-benar naksir Yori ya??" balas Hana.
"Aiishh. Jangan ngaco! Aku hanya..... penasaran." Jawab Sia.
Sia berusaha menutupi kebenaran bahwa dia tahu sesuatu tentang Yori. Tentang bolos di perpustakaan dan kemampuan Yori yang sebenarnya.
Namun kedua temannya semakin merasa aneh karena Sia memasang ekspresi aneh pada mukanya. Sia memaksakan senyumannya seolah mencoba menutupi sesuatu.
'Kenapa dia mendadak penasaran?' Batin Jess.
'Aku yakin, dia pasti naksir Yori!' Batin Hana.
Meski ragu, pada akhirnya mereka menyerah dan menjelaskan segalanya yang mereka ketahui pada Sia.
"Kau terlihat menutupi sesuatu, tapi ya sudahlah! Akan kuberitahu segalanya" ucap Jess.
Mendengar hal itu, Sia langsung berbinar-binar.
"Sewaktu kelas satu, Yori itu benar-benar bersinar. Sangat berbeda dengan Yori yang sekarang. Dia benar-benar gambaran murid elit. Tampan, pintar dan berbakat. Dia selalu ranking satu umum ketika semester report. Dan dia juga jago main basket. Dia terlihat sangat positif dan bersemangat. Banyak orang menyukainya. Guru-guru, cewek-cewek, bahkan ada juga cowok yang ngefans sama dia. Yah, meskipun ketika itu dia masih cuek banget sama orang lain. Tapi nggak terlalu lah kalo dibandingin orang elit lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatchers
Teen FictionMereka bilang jangan bermimpi terlalu tinggi, itu sulit dicapai. Tapi bukankah mimpi selalu di atas awan? Mereka bilang jangan membantah orang tuamu, itu tidak baik. Tapi bagaimana jika kita punya rencana sendiri dengan hidup kita? Mereka bilang lak...