AKU menatap papan tulis-yang sudah penuh dengan berbagai angka dan variabel-di depanku dengan pandangan bosan. Memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan? Seujung jaripun aku tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan manusia berpredikat 'guru matematika' yang entah siapa namanya ini. Ah, ini kan hari pertamaku masuk sekolah. Kenapa juga mesti ada pelajaran matematika yang monoton dan membuat kepalaku pening setengah mati?! Well, setelah ini sepertinya aku akan mulai berjanji untuk tidak lagi menyiksa diri dengan pelajaran matematika.Ya ya ya, kenapa juga aku harus masuk IPA??
Bunyi 'bug' yang beraturan dari luar kelas sedikit menyentakku dan membuatku akhirnya mengalihkan perhatian. Aku menyingkab sedikit tirai yang menutupi kaca jendela, memicingkan mata agar bisa melihat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di lapangan basket yang hanya berbatasan dengan koridor dari kelasku ini.
Oalah, ada yang lagi latihan basket rupanya. Aku memekik girang dalam hati. Terima kasih ya Allah, akhirnya ada objek yang lebih menarik daripada guru matematika keriput itu.
"Coba anak baru, selesaikan masalah di depan"
Dweg.
Aku menahan nafas saking kagetnya mendengar suara itu. Mulutku setengah terbuka ingin mengucapkan sesuatu. Sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa.
Pelan-pelan dan dengan jantung ala disko, aku menutup tirai dan menatap guru matematika itu lagi.
"Ayo maju"
Katanya sambil berjalan kembali ke kursi. Aku balas mengerjap-ngerjapkan mata dengan tampang bloon. Aku harus apa? Siapapun tolong aku aku harus apa?
"Sa..ya bu?" Akhirnya suaraku keluar juga. Tapi tunggu, kenapa guru itu malah menatapku dengan mata yang semakin melebar? Oh yaampun, aku takut matanya keluar dan jatuh menggelinding seperti di film-film horror yang biasa ditonton Kak Talitha. Lalu mata itu bergerak-
"Iya kamu. Memangnya siapa lagi anak baru di kelas ini? heuh? Cuma kamu kan, Melody Aristya Aeldra?"
Giliran aku yang melebarkan mata terbelalak. Bagaimana ini? bolehkah aku berharap tiba-tiba jadi jenius matematika ketika berdiri di depan kelas?! Ah, bukannya aku sudah bilang kalau aku, sa-ma-se-ka-li tidak mengerti apa yang guru itu terangkan. Bumi telan aku sekarang aku mohon!!
Aku bangkit dari kursi sambil menatap orang orang di sekeliling mejaku dengan pandangan memohon. Berharap salah satu dari mereka mengerti dan mau menggantikan posisiku dengan maju dan menyelesaikan soal-soal di depan kelas. Tapi sial seribu sial, mereka hanya balik menatapku dengan tatapan kasihan sekaligus mengejek. Oke, kurasa setelah ini namaku akan langsung berganti menjadi Melody-si-anak-baru-jelek-bego-hidup-lagi.
Apa yang harus aku tulis di papan tulis? sekali lagi aku melihat soal soal didepan dengan belagak akan langsung mengerti dan menemukan jawabannya. Yup, bukannya aku mengerti, semakin lama melihat soal soal itu malah semakin membuat kepalaku pusing tujuh keliling.
"Melody, kamu sedang apa disitu? Ayo cepat kerjakan!" Kata guru itu, hampir-hampir membuatku ingin mencekik lehernya. Dengan segenap jiwa dan sisa sisa urat maluku, aku akhirnya mengangkat sepidol dan mulai menulis di kolom jawaban. Baru selesai aku menulis angka 1-yang sengaja kubuat selama mungkin-yang menunjukkan nomor soal. Sebuah suara nyaris membuatku sujud syukur saking senangnya.
"Biar saya aja bu yang jawab. Dia kan anak baru, kayaknya masih perlu waktu buat adaptasi sama pelajaran dan cara belajar di sekolah kita" Aku yakin itu suara cowok. Siapapun dia, dia pasti orang yang baik, pintar, pemberani, dan perhatian. OmG, dia ganteng gak yaa..
"Oke, silahkan kalo kamu mau jadi pahlawan kesiangannya" balas guru itu, membuatku benar-benar ingin mencabik-cabik wajahnya yang berlapis bedak apalah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Hujan
Teen FictionAku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberadaanku di sini. Hello... Regen I'm here!! 31/1/16 - Aku Dan Hujan - Copyright 2016 by Shinyrainy