"You made me insecure
Told me I wasn't good enough
But who are you to judge?
When you're a diamond in the rough" -Who Say,Selena Gomez***
HARI ini, aku mau memulai hidupku sebagai Melody yang baru. Seperti tasku (omong-omong ini dibelin kak Litha, kakakku tersayang), aku ingin memulai semuanya lagi dan melupakan apa yang sudah terjadi di belakang-belakang. Berjanji pada diri sendiri untuk membiarkan kalau-kalau Selda dan teman-temannya mulai berulah lagi.
Aku berjalan menyusuri koridor kelas 12 yang sudah lumayan ramai. Seperti biasa, banyak mata yang menatapku usil. Membicaakan ini itu yang hiperbola, hiperdramatis, hipersegalagalanya yang lama-lama bisa bikin aku hipertensi.
Banyaknya kata hiper.
Langkahku terhenti seketika melihat siapa yang sudah berdiri di ambang pintu kelasku dengan coolnya. Oke, fine, kenapa dunia tidak membiarkanku move on dari masa lalu barang sehari pun. Bian mau apa sih?! Cowok itu benar-benar buta atau apa segitu tahannya sama tatapan anak-anak kelasku?
"Morning Dy, kemarin itu-"
Aku berlagak seolah-olah tidak ada seorang Fabian yang berusaha menyapaku dengan senyum manisnya. Melengos, masuk ke kelas dan duduk di tempatku begitu saja.
"Dy, gue ngomong sama lo" Bian masih bersikeras. Bel kapan bunyi ya? Aduh aku nggak mau meleleh sebelum beku melihat wajah cute nya ini helloooww.
Aira, yang duduk di depanku, seperti bisa membaca situasi yang terjadi. Dia mengalihkan tatapan dari hp, memandang Bian yang masih berkersikeras di ambang pintu kelasku. Harusnya Regen yang melakukan ini, kenapa cowok itu malah acuh tak acuh? Aku punya tiga orang kakak dan ketiganya bukan tipe orang yang careless-malah terkesan suka ikut campur--. Apakah Regen spesies baru? Ah iya, hubungannya dengan Bian sama sekali tidak baik. Walaupun aku tidak tahu apa alasannya.
Lagi-lagi aku melupakan sifat frozennya.
"Lo kelas sebelaskan? Nggak sopan tau berdiri di pintu kelas duabelas sambil teriak-teriak kayak ayam mau bertelur"
Aku tersedak seketika. Cewek di depanku ini memang ajaib. Suara Bian gituloh, disamaiin sama suara ayam bertelur!
Satu kata buat Aira. Saiiikkkk.
Bian menggaruk kepalanya sambil melihat seantero kelasku yang sibuk dengan ini-itu. Well well well, itu Cuma alibi. Padahal mata dan telinga mereka terbuka lebar-lebar ke arah drama di ambang pintu ini. Yeah, aku artis drama sekarang.
"Gue nggak tau lo kenapa hari ini Dy, tapi, lo harus tau gue nggak akan pergi" Bian lalu berbalik dan meninggalkan kelasku dengan langkah gontai.
Aku menegak ludah. Doain aku semoga aku bisa melewati masa-masa berat ini.
***
Project Mading benar-benar Goal! Mading-mading di beberapa tempat di sekolah penuh dengan warna-warni berita unik sampai berita terkini. Website Mading mulai banyak dikunjungi, dan tentu saja, mukaku terpajang dimana-mana. Sekarang, setelah sekolah usai, kami, para anggota eskul mading sedang berkumpul di basecamp kami untuk merayakan keberhasilan project sekaligus membahas acara pemilihan calon ketua.
Livia memimpin rapat, seperti biasa, dan di sampingku, duduk Regen yang malah sibuk tenggelam dalam buku fiksi ilmiahnya. Buku bahasa... tunggu itu bahasa apa?
"Lo baca buku apa sih Reg?"
"Kepo" anjirable, dia masih aja jadi raja SPJ. Sumpah deh, Jum'at lalu dia kesurupan setan apa sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Hujan
Teen FictionAku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberadaanku di sini. Hello... Regen I'm here!! 31/1/16 - Aku Dan Hujan - Copyright 2016 by Shinyrainy