"No, I ain't much of a poet but I know somebody once told me,
To size the moment and don't squander it, Cause you never know when it all could be over tomorrow" -Monster, Eminem Ft. Rihanna***
"And she said, I wish that I could be like a cool kids
Cause all the the cool kids they seem to fit in
I wish that I could be like a cool kids, like a cool kids"HARI pertamaku latihan bareng The Rainstorm berjalan lancar dan diakhiri dengan lagu Cool Kids milik Eco Smith. Mereka, Regan, Awan, Ichal, dan Nata, melepas alat musik masing-maing dan menyelonjorkan kakinya di karpet beludru studio musik. Menghela napas.
"Suara lo emang tanpa celah Mel, nggak salah gue Rekomen lo buat jadi vocalist band ini. Walaupun sebetulnya gaya lo sangat amat beda sama Seta" Regan berujar sambil mengacungkan dua jempolnya sementara yang lain mengangguk menyetujui.
Seta itu vocalist lama mereka yang ninggalin band dan pergi ke Ausie tanpa alasan jelas. Menyisakan project album yang hampir rampung. Hampir karena mereka tinggal rekaman dua single lagi. Dan karena proses pencarian vocalist itu nggak gampang dan harus melewati banyak audisi, jadilah mereka memilihku untuk mengisi kekosongan Seta di dua single itu.
Understand? Aku membalas pujian mereka dengan tersenyum, mengangkat bahu.
"Kenapa nggak ambil jurusan musik?" Itu suara Awan.
"Gue bego main musik asal kalian tau"
"Hah? Masa sih?" Ichal pura-pura syok secara dramatis, dengan senang hati aku segera meninju bahunya. "Serius" kataku meyakinkan. Mereka bereempat mengangguk-angguk dan tersenyum misterius. Entahlah apa yang mereka pikirkan, aku tidak mau tahu urusan laki-laki.
Tanpa sadar, aku meraba leherku karena mulai merasa tenggorokkanku kering. Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol kecil air mineral. Membuatku mengangkat wajah dan segera menemukan mata cerah Regan yang menatapku penuh kehangatan.
Sejenak, aku terpaku. Mata Regan coklat, bukannya hitam seperti milik Regen.
Harus berapa kali aku bilang aku benci mereka punya nama yang mirip!
"Makasih, Regan" aku menggit bibir bawahku serba salah sambil menerima botol mineral itu. Regan tersenyum, mengangguk.
Aku tidak tahu jantungku cepat sekali behianat.
***
Minggu pagi, aku mengecek ponsel setelah mandi dan salat Subuh. Aku baru sadar sudah lama aku hanya meng'swep' notif dan tidak memedulikan sosial mediaku. Sudah lama itu maksudnya semenjak aku bergabung dengan band seru bernama The Rainstorm. Rasanya, aku harus berterima kasih pada Dilla yang sudah berkenan memperkenalkan aku dengan salah satu teman SMPnya, Regan.
Ya, mereka satu SMP. Meskipun aku masih belum percaya seorang Dilla punya teman artis.
Anyway, hari ini aku dan anak-anak The Rainstorm lainnya punya rencana sepedahan bareng di sekitaran HI. Lo tahu, setiap Minggu disana rame. Dan tentu banget mereka nggak akan ambil resiko bertelanjang muka pergi ke sana. Bisa-bisa kacau, bukannya sepedahan malah jadi tontonan dan disuruh manggung yang ada.
Mungkin, kami bakal main samar-samaran nanti. Yah, walaupun band ini bisa dibilang masih pendatang baru sih. Tapi siapa yang tahu 'kan?
Gerakkan jariku meng-scrool ponsel seketika berhenti ketika mendapati sebuah foto di akun instagram seorang Bian. Ah, rasanya sudah lama sekali tidak bertemu anak itu. dan sekarang...
Itu foto Bian, bersama seorang gadis di sampingnya yang wajahnya agak familiar. Di captionnya, Bian, bilang dia, perempuan itu 'my lovely bunny'nya. Berdasarkan tag di foto itu, namanya Ranya. Alih-alih cemburu, aku malah tersenyum mendapati foto postingan mantan pacarku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Hujan
Teen FictionAku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberadaanku di sini. Hello... Regen I'm here!! 31/1/16 - Aku Dan Hujan - Copyright 2016 by Shinyrainy