[18] Pernikahan Kak Tania

3.6K 247 8
                                    

"Now, there's just no chance for you and me,
There'll never be" -Cry Me A River,Justin Timberlake

***

IA menatap pantulan dirinya di cermin untuk ke sekian kalinya. Memastikan kalau matanya sudah terlihat lebih baik dan wajahnya tidak terlihat sembab. Embun, dia menjepit rambutnya yang halus bergelombang dengan jepitan berkilauaan sampai terlihat benar-benar apik. Wajahnya yang cantik dibubuhi make up alami yang juga biasa ia gunakan di setiap fashion show atau acara pertemuan-pertemuan dengan klian pentingnya. Gaun putih selutut hasil rancangan desainer terkenal, melekat pas dan semakin membuatnya terlihat berkilau.

Semuanya akan baik-baik saja, ucap Embun. Meyakinkan dirinya sendiri dalam hati.

Hari ini, sahabatnya sejak SMA, Tania, akan melangsungkan akad nikah sekaligus resepsi. Di usianya yang ke dua puluh enam tahun. Embun meringis. Ia benar-benar merasa sendirian sekarang. Kalau Tania sudah menemukan sosok pendamping hidupnya kenapa sampai sekarang ia belum? Memang apa bedanya dia dengan Tania?

Embun berangsut ke kasurnya dan duduk di tepi seraya meraih high heels gading senada. Ia yakin sebentar lagi ia akan jadi bulan-bulanan teman-temannya karena sampai sekarang masih menjomblo. Ia yakin sebentar lagi ia akan dihujani kalimat 'kapan nyusul?' dan ditanyai tentang calon suami. Ia yakin sebentar lagi ia akan merasa iri melihat taman-temannya yang--paling tidak--sudah mempunyai pasangan.

Embun tersentak mendengar Hpnya berdering.

"Mbun? Lo dimana sih jam segini belum sampe, gue down nih ngga ada lo" Embun tersenyum tipis. Dengan cepat, meraih tas kecilnya di nakas dan berderap keluar kamar.

"Sabar lah mbak, gue bentar lagi otw. Lagian lo lebay amat dah, segala down down gitu. Lo kan bukan si Ari yang bakal ngucapin ijab Kobul" selorohnya, berusaha menahan suaranya agar tidak serak.

"Yah, tetep aja gue deg-degan. By the way lo kesini sama cowok lo kan? Katanya lo mau ngenalin cowok lo ke gue...pokoknya lo harus bawa dia nggak mau tau"

Langkah Embun seketika terhenti.

Dia menatap gagang pintu di depannya dengan pandangan nanar. Merutuk, harusnya dia tidak berkata seperti itu tempo hari. Harusnya dia tidak menyetujui tantangan Tania. Sekarang apa? sialnya dia lupa akan taruhan berminggu-minggu yang lalu itu.

Embun baru saja akan kembali ke kamarnya ketika terdengar suara ketukan dari balik pintu. Takut-takut, dia membuka pintu itu. Berharap kalau itu bukan siapapun yang berhubungan dengan Tania. Berharap itu adalah penolongnya.

Dan doanya ternyata terkabul.

Orang yang ada di balik pintu itu, Regen.

***

"Kakak lo yang mau nikah kenapa lo yang rusuh da?"

Livia duduk bersila di atas kasuruku sambil membolak-balik lembaran majalah edisi terbaru. Dia memakai gaun pink polos, memilih datang pagi-pagi ke rumahku daripada jam sembilan nanti di gedung.

Anyway, hari ini hari yang sangat amat penting buat hidup seorang Tania Aristya Aeldra. 18 Desember. Pernikahannya dengan, oh tunggu aku lupa, Januari Andra alias kak Ari yang gantengnya melebihi Maxime Bouiter. Ngaco deh lo Dy, tapi memang ada benarnya juga sih. Yah, setidaknya, mungkin itu yang ada di mata kak Tania saat pertama kali melihatnya.

Orang bilang cinta itu buta 'kan?

"Gue merasa,,, jelek" balasku, dibalas dengan kakakkan khas Livia.

"Kalo lo bandinginnya sama kak Tania, mau lo dandan sampe bedaknya abis juga ya tetep jelek lah lo" Ucap Livia, tanpa perasaan dan segera tertawa lagi.

Aku dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang