"Senyum membawa tawa,
Tawa membawa cerita,
Cerita kasih indah tentang kita" -Berawal dari tatap, Yura Yunita***
MULAI pagi ini, seperti yang sudah aku prediksi sebelumnya, hidupku nggak akan sama lagi. See? Segerombolan cewek itu, atau... yang lagi duduk-duduk itu, atau mereka yang ada di dalam kelas itu? Semua mata sekarang menatapku dengan pandangan ingin tahu, apasih lebihnya tuh cewek sampe bikin Bian segitunya? Aku yakin itu isi kepala mereka. 9000 persen.
"Hi Melody,"
Sekarang malah mulai ada yang s-k-s-d. Ah, mama tolong aku.
Aku tersenyum tipis pada cowok yang menyapaku itu, lalu buru-buru melenggang ke kelas. Bukan apa-apa. Masalahnya, semakin banyak keanehan yang aku lihat, semakin aku teringat kejadian kemarin dan semakin aku terbayang apa yang menimpaku bertahun-tahun lalu. Jangan tanya apa, karena kalian pasti akan tahu nanti.
Kalau kata Bianca The Second Chance, Just wait, and see..
"MELODYYYY KENAPA BARU DATENG???!!!"
Aira langsung memekik heboh ketika aku baru saja menginjakan kaki di ambang pintu kelas. Dia menarikku masuk ke dalam, kelas 12IPA2, kelasku, sudah ramai berhubung ini jam tujuh kurang lima menit. Anak- anak kelas menatapku dengan pandangan khawatir. Kasihan. Ah entahlah,, yang jelas bukan tatapan ingin tahu seperti orang;orang di luar sana.
"Apa sih Ra, heboh amat?"
Aira mendorongku hingga aku duduk di kursiku sendiri. Dia lalu berjalan ke arah pintu kelas dengan pandangan was was, menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, baru kemudian memutar kursinya menghadap mejaku. Seperti biasa,
"Lo sama sekali nggak ngerasain keanehan gitu? Huh? Muka lo tuh kayak orang nggak punya dosa tau nggak!" cetus Aira membuat keningku sontak mengernyit. Apaaasssiihh si Aira ini?!
"Gue tau, tapi gue udah duga. Lagian kenapa sih? Mereka itu kan Cuma fans nya Bian yang-"
"Lo pikir disini masalahnya Cuma Bian?"
Aku menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak terasa gatal. Please deh, aku ini baru sampai di sekolah, baru duduk di kursi, baru tarik nafas, dan sudah disuruh menjawab teka teki Aira yag sudah seperti Logaritma? Terlalu banyak kemungkinan cara yang membuat aku bingung harus memilih yang mana.
"Bian mantan lo 'kan Mel?"
Mataku sontak melebar sempurna. Dari mana Aira tahu? Livia? Tapi... terlalu kecil kemungkinan dia tahu dari Livia karena Livia bukan tipe orang ember! aku memejamkan mata kuat-kuat lalu mengerjap-ngerjap. Belum sempat pertanyaanku terjawab, ucapan Aira hampir membuat jantungku mencelos.
"Lo kenal Selda kan? Griselda Afrisha. Kapten tim basket putri SMA ini, Queen bee, kenal kan? lo tau? Tadi dia kesini. Nyariin lo!"
Aku membeku. Keringat dingin perlahan menembus kulitku. Selda...
Bel tanda masuk kelas dan dimulainya KBM memotong obrolan kami. Aira menghela nafas, dia menatapku lurus lurus sebelum akhirnya kembali memutar kursinya ke posisi normal.
"Gue tau lo tau apa artinya. Apapun itu, meskipun gue nggak tau apa masalah kalian. Lo harus percaya gue di pihak lo."
***
Kepalaku masih berkutat dengan segala masalah tentang Selda ketika sebuah pulpen mengetuk mejaku dan menyentakku dari lamunan. Aku mengangkat wajah, dan mataku langsung beradu dengan mata gelap milik orang yang jarang aku bicarakan belakangan ini. Regen. Si ganteng tapi ketus nauzubillah.
"Apa?" tanyaku ketika Regen tak juga mengeluarkan suara. Dia tampak berfikir sejenak, lalu kembali menatapku datar.
"Besok kita wawancara"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Hujan
Novela JuvenilAku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberadaanku di sini. Hello... Regen I'm here!! 31/1/16 - Aku Dan Hujan - Copyright 2016 by Shinyrainy