"Every time i see the sun
Sunny in the sky
Would see the world
Be as the bird
This moment you and i"
- This Moment, Maudy Ayunda feat. Iwa K***
Pagi yang cerah. Hello, siapa sih yang suka cuaca begini di hari Senin? Siapa sih yang rela melepaskan hari liburnya? Sekolah lagi.. kerja lagi.. macet macetan lagi.. capek lagi. Aku yakin mayoritas manusia di dunia ini tipe-tipe yang hate Monday. Yah, kecuali manusia-manusia work holic yang kalau nggak ada hari liburpun, mereka no problem.
Aku menghempaskan tubuh ke kursiku sampai menimbulkan bunyi buk keras. Dengan lemas, aku melipat kedua tangan dan membenamkan wajah disana. Mungkin aku bisa tidur lagi sebelum upacara dimulai jam 7.15 nanti. Ya ya ya-
"MELODY?!"
"Arght!" Aku refleks memekik kaget. Oh ayolah, kenapa Aira harus memanggilku seperti itu.
"Lo kaget ya? Duh, sorry sorry gue cuma mau nanya sesuatu. Katanya lo masuk eskul mading ya? Kok bisa? Apa karena ada Livia? Kenapasih gamau masuk musik atau padus aja? Eh," Aira mencondongkan badannya ke arahku. Membuat aku refleks memundurkan badan, kalau nggak bahaya entar.
"Lo jadi partnernya si ratu elsa? Kenapa? Lo suka ya sama dia?"
Aku melotot tajam mendengar pertanyaan terakhir Aira barusan. Rasa kantukku hilang sempurna, digantikan oleh rasa ingin menjambak rambut anak ini. Gila ya, Emang nggak ada bedanya dia sama si Dilla! Persis! Sama sama minta di kasih sianida!
"Ra, mending lo duduk dulu deh. Nggak enak diliat orang" ujarku ketika menyadari posisi aku dan Aira masih 'tidak enak'. Cengengesan, Aira memutar bangkunya menghadap mejaku baru kemudian duduk. Dasar.
"Nah, sekarang jawab!" tukas cewek itu.
Aku menghela nafas kesal seraya melirik jam boots ku sebelum menjawab. Well, sepertinya aku tidak akan punya cukup waktu untuk tidur lagi.
Terima kasih loh, kembarannya Dilla.
"Ya, ya, nggak juga, nggak mau aja, ya, nggak papa, dan nggak tau!"
Aira melongo mendengar jawabanku. Jangan minta aku menjelaskan bagaimana cara melakukannya. I just do it, mungkin juga karena terbiasa.
"Lo ngomong apa sih Mel, kalo jawab tuh satu satu, cantikkkk"
"Kalo nggak mau dijawab sekaligus gitu, ya nanyanya juga jangan sekaligus, jeleeekk"
Aira nyengir kuda menyadari kesalahannya.
"Hehe, Gue lupa tadi gue nanya apa aja. Jelasin sama lo dehh"
Aku mendengus. Sabar Ody, sabarr.. masih pagi.. sabar.. ERRRGGHHT!!!
"Pertama, tadi lo nanya gue kaget atau nggak. Ya, gue kaget banget berhubung tadi gue baru aja mau tidur lagi. Kedua, ya, gue masuk eskul mading. Nggak ada alesan khusus termasuk karena disana ada sahabat gue, oke. Then, gue nggak mau masuk dua eskul itu juga nggak ada alesannya. Gue emang jadi partnernya Regen buat project mading kali ini. Nothing reason, dan buat yang terakhir. Gue jawab nggak tau" Tuturku panjang lebar.
Aira mengernyitkan dahinya. Berfikir maybe, aku rasa dia sedang meloading semua ucapanku barusan. Dan ketika loadingnya sampai di jawaban terakhir, matanya langsung melebar dan tangannya mulai mengguncang guncangkan bahuku heboh.
"JADI LO SUKA SAMA SI-EMM"
Aku membekap mulut anak itu sekuat tenaga. Regen memang belum terlihat batang hidungnya di kelas, tapi please deh. Beberapa telinga dan mulutpun cukup untuk menyebarkan gosip kacangan sampai ke penjuru sekolah. See, bahkan kabar aku-masuk-eskul-mading-dan-jadi-partner-Regen pun sudah sampai di telinga Aira dalam satu hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Hujan
Teen FictionAku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberadaanku di sini. Hello... Regen I'm here!! 31/1/16 - Aku Dan Hujan - Copyright 2016 by Shinyrainy