FAILED

297 33 0
                                    

Author POV

Andra memandangi gadis yang berbaring tak berdaya dihadapannya itu. Mengusap setiap inci bagian wajahnya, berdo'a tanpa henti. Berharap keajaiban akan segera menghampiri.

Sudah sebulan Eca dibawah alam sadarnya. Entah apa yang membuat Eca ragu untuk membuka matanya, padahal dokter bilang baik luka luar maupun luka dalamnya telah pulih.

Ya. Ada sesuatu yang menahan Eca disana.

Eca enggan untuk kembali kedunia nyata, karena dirasanya percuma. Terlepas dari sakitnya sekarang, masih ada penyakit lain yang masih setia bersamanya.

Eca tidak ingin membuat orang-orang disekitar kembali bersedih nantinya. Terutama orang-orang yang menyayangi Eca. Kedua orang tua, kakak, sahabat, juga keluarga besarnya.

Memang tak ada yang tau dan tidak ada yang bisa memprediksi maupun menentukan, kapan waktu dirinya akan pulang. Namun dengan apa yang dideritanya, Eca sadar kemungkinan dirinya untuk bertahan tidak akan sekuat dulu.

Eca rasa percuma. Eca rasa sia-sia.
Untuk apa kembali kalau pada akhirnya harus kembali pergi?
Menyembuhkan luka lalu untuk membuat luka yang baru?

//

Eca bisa mendengar setiap orang yang berkata didekatnya.
Suara itu jelas terngiang ditengah kesunyian.

Mama. Papa. Andra. Bian. Bia. Bille. David. Orang tua Andra, teman-teman dan guru-guru. Bahkan kakaknya dan Oji.

Mereka tak henti memanggil namanya.

Do'a, harapan, juga tangisan didengarnya.

Disini Eca merasa tenang.
Nyaman.

Bukan.
Bukan berarti didunia sebenarnya Eca tak tenang dan tak nyaman, Eca hanya lelah. Lelah untuk berpura-pura kuat. Lelah berpura-pura semuanya baik-baik saja.

Tapi banyak orang yang menunggunya,

Author POV

Maafin aku Ca. Kamu kayak gini gara-gara aku. Aku emang terlalu bodoh, bisa-bisanya kejebak di permainanku sendiri.
Harusnya cowok itu bisa lindungin ceweknya, buat ceweknya merasa aman

Tapi aku?

Aku nyakitin kamu, bahkan malah aku sampe nyelakain kamu.
Aku emang ga bisa dan ga pantes buat jagain kamu.
Aku pantes dihakimin.
Aku pantes buat kamu marahin atau kamu benci sekalian.

Tapi kenapa kamu ga pernah lakuin itu Ca?

Kamu terlalu baik.

Andra menjambak-jambak rambutnya sendiri. Frustasi.
Melihat gadis yang paling berarti dihidupnya ini, kini berbaring tak berdaya.
Berbagai alat medis melekat ditubuh Eca.
Alat pendeteksi jantung pun masih bergerak dengan ritme yang sama, tak ada perkembangan.

Caaa. Bangun Caaa, kamu kuat Ca. Kamu harus bertahan.

Kamu harus sembuh. Kamu harus balik buat mama kamu, papa kamu, Bia, Bian, Bille, David,-

-dan aku?

Andra memandang Eca (lagi), untuk yang kesekian kalinya. Membelai lembut suai coklat keemasan milik kekasihnya itu, salah satu yang juga juga Andra rindukan. Andra rindu bagaimana cara Eca menguncir rambut, bagaimana Eca marah tiap kali Andra maupun Bille atau David melepas kuncirannya.

Ya. Andra rindu akan semua kenangannya bersama Eca, kini yang ada hanya sepi.

//

Andra POV

Sorry.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang