lanjutan sorry

338 35 0
                                    

Author POV

Andra tau ini bukan saat yang tepat untuk ia ikut angkat suara.
Kenapa?

Bukan

Bukan karena ada Oji.

Tapi karena dirinya sendiri. Andra tak enakan untuk ikut bersuara, karena empat orang lainnya aka Bia-Bian-Bille-dan David masih kesal padanya.

Andra memutuskan untuk bungkam.

Namun, Oji terlalu mahir membaca gelagatnya.

"Guys. Gw tau disini gw terlalu asing buat ngomong macam ini, tapi-"

Andra menonggak kala mendengar suara Oji yang terdengar menegas. Aneh.

Begitupun empat orang dihadapannya. Bia. Bian. Bille. Dan David.

Mereka menatap Oji penuh tanya.

"Gw ga suka kalian ambil cara kayak gini. Oke ini hak kalian. Tapi dengan kalian diem-dieman ga akan buat Eca membaik. So please ga usah childish."

Kali ini Andra, Bia, Bian, Bille, dan David sama-sama memandang Oji. Tatapan bingung. Tapi sejurus kemudian satu sama lain sama-sama saling menatap.

Hening.

"Ji. Lu emang bener. Tapi lu juga harus ngerti dong perasaan kita gimana" Bia angkat suara paling pertama.

Mendengar itu Bille reflex menatap Bia .

"Nah itu. Bener. Kita udah terlalu dibuat kecewa sama tuh orang" Bille menunjuk Andra.

"Gw ngerti. Tapi harusnya kalian bisa lebih dew-"

"Apa? Dewasa? Lu mau bilang gitu Ji? Tuh orang yang harusnya dewasa, kita udah puluhan kali ingetin dia. Bahkan sejak awal si Jassie datang! Tapi? Kita salah. Omongan orang goblok kayak kita mana mau dia denger."

Buru-buru David memotong kalimat Oji. Emosinya kembali meledak-ledak. Inilah David, mungkin kalian berfikir David orang paling kalem diantara kelima sahabatnya. Tapi kalian salah besar. Karena David lah yang paling berani dan paling pedas perkataannya, kala ada masalah. Seperti saat ini contohnya.

Bagaimanapun David sangat sayang pada Eca, juga Andra. Ia tak ingin melihat hubungan kedua sahabatnya itu goyah, apa lagi sampai berakhir. Kalaupun bukan jodoh, bukan begini caranya. Pasti ada cara yang lebih baik, tanpa harus melukai salah satunya. Juga tidak merusak persahabatan yang terjalin diantara mereka.

Oji hanya menggeleng. Belum minat menambah atau melanjutkan kata-katanya. Oji juga tidak kesal karena David memotong kalimatnya, itu wajar. Oji mengerti, kalau memang ini kebenarannya. Bukan berarti Oji jadi memihak salah satu dari mereka, Oji tetap ada ditengah-tengah. Namun biarlah mereka meluapkan segala unek-uneknya, agar masalah ini cepat selesai. Juga agar Andra menyadari titik kesalahannya.

Karena sekarang Oji sudah mulai mengerti, kalau titik inti kekesalan Bia, Bian, Bille, juga David bukan karena insiden kemarin. Melainkan ada hal lain, yang nampaknya Andra belum faham.

Oji masih menunggu reaksi lain dari sahabat-sahabat Eca itu.

"Jadi sekarang lebih baik lu pergi dari sini, ga guna!" Bia yang tadi mulai bungkam akhirnya kembali buka suara.

"Bajingan kayak lu emang lebih pantes besanding dengan BITCH macam Jassie, jadi mendingan lu samperin dia pgih" Bille menambahkan. Tanpa jeda berselang, alias langsung nyambung setelah Bia selesai dengan kalimatnya.

"Udah-udah, kasih waktu buat Andra ngomong juga. Oke" Oji ingin melihat sejauh mana pembelaan atau penolakan dari Andra, yang dari tadi hanya diam.

Sorry.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang