Sick

273 40 2
                                    

Author POV

"Ca, bangun Ca. Kita udah sampe" kata Andra, seraya menepuk pelan pangkal lengan kanan Eca.

"Caaa?" Panggil Andra lagi, seraya melepas seatbelt. Namun Eca sama sekali tak bergeming, kepalanya masih tersender kejendela. Rambutnya terurai menutupi sebelah muka.

"Cil, ayobangun kita udah samp-Eca?!" Betapa kagetnya Andra kala menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Eca dan didapatinya wajah Eca pucat pasi dengan hidung berdarah.

"Astagfirullah, Ca bangun Caaa" Andra panik. Lantas menepuk pelan pipi kekasihnya itu. Namun Eca tetap tidak bangun, nampaknya Eca pingsan. Dengan segera tanpa banyak berfikir Andra langsung menjalankan mobilnya, menuju rumah sakit terdekat.

Ya Allah kenapa Eca bisa sampe kayak gini, lindungi dia ya Allah.

Andra berdo'a dalam hatinya, sesekali ia menengok memalingkan wajah dari jalanan. Memastikan kalau kondisi Eca tidak semakin parah, walaupun ia tak bisa benar-benar memastikannya. Tangan kirinyapun tak lepas menggenggam tangan Eca. Lima belas menit kemudian sampailah mereka di rumah sakit Citra Medika.
Tanpa menunggu bantuan petugas Andra langsung menggendong Eca ala bridalstyle.

"Blankar cepat blankar" seru seorang suster jaga yang ada tepat didepan pintu rumah sakit, memanggil para perawat yang ada tak jauh dari sana.

"Kelamaan! Cepet tunjukin dimana UGD nya?" Bentak Andra, emosi. Tanpa babibu suster itu langsung menunjukan arahnya, UGD ada tepat beberapa meter disebrang mereka.

Sesampainya disana Eca langsung ditangani oleh dokter jaga, Andra dipersilahkan untuk mengisi berkas administrasi dan menunggu diluar.
Keringat dingin membasahi pelipisnya, Andra benar-benar mengkhawatirkan kondisi Eca, tak habis fikir mengapa bisa sampai seperti ini. Padahal tadi Eca baik-baik saja. Andra mengusap wajahnya drngan kasar, lantas menguluarkan ponsel dari dalam saku celana jeansnya. Bermaksud hendak menghubungi orang tua Eca juga sahabat-sahabatnya, namun niatannya itu ia urungkan karena suster keluar dari ruangan dan memanggilnya.

"Keluarga Erysca Prisilla?"

"Keluarganya belum datang. Saya pacarnya" Andra langsung menghampiri suster itu.

"Baiklah, anda dipanggil keruang dokter" katanya. Suster itu menunjuk ruangan diujung koridor.

"Tapi pacar saya? Gimana keadaannya?" Andra malah hendak masuk untuk melihat keadaan Eca terlebih dahulu.

"Keadaannya sudah mendingan, tapi anda harus menunggu sampai kondisi pasien benar-benar stabil. Andra mengangguk pasrah lantas berjalan meninggalkan suster itu, menuju ruang dokter.

//

Andra POV

Sorry.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang