Andra POV
Tentang hujan diakhir Oktober.
Yang selalu turun bersamaan dengan bayangmu yang tak pernah benar-benar meninggalkan aku.Nyatanya kini, bagiku hujan bukan hanya perkara air yang jatuh lalu ciptakan genangan. Hujan bagiku juga miliki arti menyelami ingatan, hujan bagiku adalah sebuah dimensi yang menghubungkanku pada hal yang disebut kenangan.
Mengapa harus ada pertemuan, jika pada hakikatnya setiap pertemuan berarti awal dari perpisahan?
Sering ku bertanya demikian, tapi satupun enggan menjawabnya.Berpayung senja kala itu kita duduk berdua ditaman kota. Tak seperti biasanya, waktu itu dia mendadak manja. Sungguh itu suatu hal yang langka. Tapi tak apa, saat itu aku hanya tertawa melihat tingkah lucunya.
Bagaimana tidak, waktu itu Eca memaksaku untuk berfoto bersama anak kembar tiga yang kebetulan lewat didepan kita. Eca memintaku menggendong mereka bertiga pada saat yang bersamaan, sementara dia mengabadikannya dengan kamera.
Tanpa penolakan aku segera menghampiri anak-anak itu, berbisik pada mereka mengatakan tentang permintaan gadisku. Beruntung ketiga anak manis yang berkisar usia empat tahunan itu setuju. Namun tak sampai disana, ternyata sulit untuk menggendong ketiganya pada saat bersamaan.//
Flasback mode on
Author POV
"Cil fotonya satu-satu aja ya, susah nih" Empat kali mencoba namun lagi-lagi Andra gagal. Andra kewalahan menggendong anak kemvar tiga itu secara bersamaan, tak semudah yang ia bayangkan.
"Ih cemen banget sih Dra, masa gitu aja ga bisa" Eca berdecak pinggang.
"Susah Ca. Satu-satu aja ya"
"Yaudah ga usah aja sekalian," saat itu Andra mulai sadar ada y
"Lah ko gitu?"
"Ih sebel deh sama kamu Dra, please ayolaaah kali iniii ajaaa. Lucu tau, mau aku posting Instagram" kali ini Eca benar-benar terdengar manja.
"Dih manja nih ya sekarang, segala acara pengen diiyain" gw menggoda amarahnya. Gw seneng kalo liat Eca lagi marah. Walaupun tetep gw kadang takut.
"Bodo ah kesel mau pul-"
"Iya sayang iyaaa, kamu gitu aja marah. Aku bercanda. Seneng aja liat kamu kayak gini" kata gw. Nyubit hidungnya. Eca tersipu malu. Lalu kita tertawa bersama.
Akhirnya Eca mendapat apa yang dia mau, foto gw nggendong tiga anak kembar. Yang dua gw gendong didepan, sementara satunya gw punggu dipundak. Setelahnya gw dan Eca ngajak ketiga bocah itu beli ice cream dikios pinggir taman, mereka lalu kembal kepada Ibunya. Sementara gw dan Eca kembali duduk berdua, menikmati ice cream. Sedang asik-asiknya bercanda dan tertawa tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Ga myangka juga kalo bakal turun hujan, soalnya langit cerah. Ya cuma mendung khas sore, ada jingga jingganya gitu.
Gw langsung nglepaskan jaket, gw pake buat nglindungin kepala Eca. Tapi Eca malah jauhin jaket gw itu dari kelapanya, yang ada Eca malah narik gw ketengah taman. Dikala semua orang bubar dan nyari tempat buat berteduh, Eca malah ngajak gw nari dibawah hujan.
"Cil tar kamu masuk angin kalo ujan-ujanan"
"Omg lebay banget Draaa, udah lama aku ga main hujan-hujanan" jawabnya sambil hentak-hentak kaki dikubangan air. Akhirnya gw dan Eca larut dalam tawa suka cita. Gw sama Eca sesekali ciprat-cipratan air dengan kaki satu sama lain. Masa bodoh dengan orang sekitar yang memperhatikan.
Brug
"Aw-"
"Dra, kamu gapapa?" Kaget, Eca langsung berjongkok membangunkan Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry.
Teen FictionSemua telah terjadi. Maaf tak ada gunanya, sebanyak apapun itu. Toh semua tak bisa kembali seperti semula.