# 14

3.3K 244 10
                                    

Akhirnya, mobil Shino berhenti tepat didepan gerbang rumahku.

Aku pun menoleh padanya,
"Terima kasih atas tumpangannya.. Jaa!"

Aku mengucapkan selamat tinggal dan bermaksud turun dari mobil Shino. Tapi, niatku terhalang oleh tangan Shino.

Shino meraih tanganku sebelum aku benar-benar turun dari mobilnya.

Aku pun segera menatapnya. Penasaran dengan tindakannya menunda kepergianku.

Tatapannya seakan mengisyaratkanku untuk kembali menutup pintu mobil. Maka, aku segera melakukannya.

Dia mulai melepas cengkramannya dan mulai membuka mulut,
"Aku tak mengerti apa yang terjadi diantara kalian berdua.."

Ucapannya sempat terhenti. Dan aku sadar tangannya telah memperlihatkanku sesuatu.

Selembar kertas terlipat dan kalung?

"Tapi, Kiba menitipkan ini padaku.." lanjutnya dengan tangan terulur guna memberiku benda-benda itu.

Aku pun menerima dengan ragu-ragu. Aku sama sekali tak mengerti perkataannya, terlebih lagi kedua barang yang sudah berada diatas tanganku ini.

Aku mulai memikirkan sesuatu,
"Mungkin ini hanya permintaan maaf darinya."

Perlahan, Shino mengangguk.

"Dia juga bilang padaku tentang kedua benda itu, dia bilang itu sebagai salam perpisahan.." lirihnya.

Sontak, perkataan Shino membuat aku terkejut. Salam perpisahan apa? Siapa yang akan pergi?

Kiba.. A-akan pergi?

"Apa maksudmu 'salam perpisahan'? K-Kiba a-akan..."

Aku tak sanggup melanjutkan ucapanku, dikarenakan aku merasa tertekan saat ini. Kurasakan lavenderku mulai menjatuhkan air mata.

Shino menghela nafas,
"Kiba pergi. Tou-sannya diharuskan mengurus Inuzuka Corp di Australia. Keluarganya telah pindah kesana. Begitu juga dengan Kiba.."

Tangisku makin menjadi-jadi. Dadaku terasa ditekan sesuatu yang sangat berat. Cobaan kembali mendatangiku. Aku merasa menyesal menyia-nyiakan waktuku saat dikelas tadi. Harusnya aku bersenda gurau sebelum dia pergi. Aku sangatlah merasa kehilangan sekarang.

Kenapa Kiba tak langsung bilang padaku? Kenapa tidak ada yang memberitahuku?

Ini tak adil.

"Kenapa *hiks* kau baru *hiks* memberitahuku sekarang? *hiks* Kau tahu, kita *hiks* selalu bersama Kiba *hiks* dan juga Akamaru.. *hiks*" seruku sesegukan.

Aku tak percaya. Kami sudah bersahabat dari pertama masuk Junior High School. Kami selalu bersama saat senang maupun saat duka lara.

"Maaf baru memberitahumu. Kiba tahu kau akan menangis saat kepergiannya. Jadi dia memberimu surat dan kalung itu. Sekali lagi, maafkan aku, Hinata. Kiba mengancam diriku agar tak memberitahumu.." racau Shino mengelus-elus pundakku lembut, untuk meredakan isakanku.

Mereka selalu mampu menghiburku. Mereka cahaya dalam kegelapan malam. Aku tertawa karena mereka.

Lalu bagaimana kelanjutan persahabatan ini?

"SHINO! LALU APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?! *hiks* *hiks* *hiks* Kapan mereka berangkat?"

"Sekitar 30 menit yang lalu.." jawabnya sendu.

Habis sudah hidupku. Sudah terlambat. Sebenarnya aku merasa bersalah padanya sekarang.

Aku mulai memeluk Shino erat untuk meluapkan penyesalanku. Dan dia menyambutnya dengan sangat baik.

Kiba dan Akamaru pergi. Meninggalkan aku dan Shino. Walaupun begitu, aku berharap bisa berhubungan dengan mereka lewat ponsel.

Kuharap juga Shino terus berada disampingku. Hanya Shino yang bisa menemaniku hariku mulai detik ini.

Aku harus tegar, bagaimana pun caranya.

•TBC..•
Pada sedih ga nih? Maaf ya blm bisa buat hati kalian teriris2. Wkwkwk.. Vomment dan masukan selalu daku tunggu;)

Love,
-Fatma.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang