# 19

3.5K 230 13
                                    

Shadow by Austin Mahone

'Treett'

Jam istirahat sudah dimulai. Seperti biasanya, aku merona saat melihat pemuda yang kupuja melangkah kedalam kelasku. Langkahnya selalu mendekat kearahku namun seperti kemarin-kemarin tujuannya kesini bukan karena ingin mengajakku istirahat bersama.

Aku senang bisa melihat wajah tampannya selalu terhiasi kebahagiaan dan juga sangat dekat dengan jangkauanku. Tapi, wajahku kembali murung.

Naruto-kun datang kekelasku hanya untuk menghampiri teman yang duduk disebelahku. Gadis baik hati yang cantik dan bersahabat. Untuk saat ini aku berpikir jika Sakura cocok dengannya dan takkan membuat Naruto-kun kecewa.

Namun yang membuat aku berpikir hal itu dua kali adalah perangai Sakura. Sakura nampak tak begitu senang saat kekasihnya datang lalu merangkulnya. Tak pernah.

Berada dekat dengan Naruto-kun sebagai kekasihnya tak membuat gadis soft pink ini menampakkan wajah riangnya. Atau hanya perasaanku saja?

Entahlah. Aku hanya mencoba menebak-nebak ekspresinya saat telah berpacaran dengan Naruto-kun belakangan ini.

Penasaran bagaimana perasaanku sekarang? Hmm.. Tak dapat kujelaskan. Yang pasti, seperti ada sesuatu yang tajam dan panas tertancap didadaku saat selalu melihat mereka bermesraan dihadapanku. Dan itu rasanya, sakit.

"Halo, kekasihku.." seru Naruto-kun lalu menaruh tangan besarnya dibahu sang gadis. "Bagaimana pagimu?"

"Baik."

Kemudian mata biru lautnya tertuju kearahku.

"Hai, Hinata! Shino!" sapanya ceria.

Pipiku seketika menghangat saat dirinya memanggil namaku. Dan aku hanya bisa menunjukkan senyuman padanya. Yup, senyum palsu.

"Hinata, Shino, ayo kekantin bersama kami!" ajak Sakura.

Sekilas aku melirik pemuda yang berdiri disampingnya yang nampak tak begitu senang. Aku mengerti.

Aku pun menggelengkan kepalaku sebagai isyarat menolak ajakannya. Walaupun aku sangatlah ingin menghabiskan waktu istirahat dengan mereka. Terlebih lagi, jika hanya berdua dengan Naruto-kun.

Dan kurasa, Shino juga menolak ajakan Sakura.

"Ayolah!" serunya, kali ini dengan nada memaksa.

"Mereka tidak mau, Honey. Jadi jangan paksa mereka."

Ah, sempurna. Panggilan sayang yang Naruto-kun lemparkan pada Sakura benar-benar membuatku sangatlah iri.

Sakura pun nampak pasrah. Dengan lembut, Naruto-kun membawa kekasihnya keluar kelas dan berjalan kearah kantin. Aku mulai menunjukkan wajah lesuhku disaat mereka benar-benar pergi menjalani waktu berduaan.

Sekarang aku dan Shino hanya berdua didalam kelas.

"Kenapa kau begitu kuat?"

Penuturan seseorang yang kukenali membuat wajahku kembali terangkat lalu menghadap kearahnya. Shino telah duduk disisiku. Entah apa maksud dari pertanyaannya tadi.

"Maksudmu?" tanyaku balik karena cukup heran dengan pertanyaannya.

"Kiba sudah pergi jauh, semua keluargamu tak memperdulikanmu. Lalu, selama beberapa tahun ini kau betah sekali memendam perasaanmu pada Naruto-senpai walau kau sadar, dia takkan membalas perasaanmu. Jadi, kenapa kau masih bisa tersenyum pada semua orang, seakan-akan semua itu tak benar adanya?"

Perkataannya membuat diriku tertegun. Jujur, aku tak pernah menjabarkan semua masalahku sedetail Shino. Namun kuakui, penjelasan darinya seratus persen benar.

Mungkin aku kurang perhatian pada diriku sendiri. Pertanyaan yang selalu terngiang dikepalaku adalah kenapa semua ini bisa menimpaku?

"Aku tidak tahu, Shino. Aku terlalu lemah untuk memikirkan semua itu. Mungkin saja semua itu yang membuatku kuat." jawabku.

"Kau tahu, kau adalah gadis yang sangat pantas dinomor satukan kebahagiaannya. Aku yakin Kiba memikirkan hal yang sama. Dan kurasa, Kiba telah bahagia dilingkungan barunya bersama Akamaru. Walaupun aku dan dia hanya bertelponan beberapa jam." pekiknya.

Aku hanya bisa tertawa saat mendengar penjelasan akhirnya. Menutupi semua masalah yang mencoba meruntuhkanku.

"Hinata, orang tuaku sudah benar-benar bercerai. Dan seminggu lagi, Tou-sanku pindah.." ujarnya nampak bersedih.

Aku yang mendengarnya pun tercengang. Terkejut karena aku mendapat firasat buruk tentang Shino.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa benar?"

Telingaku mendengar helaan nafasnya. Aku terbelalak saat dia menatapku penuh keputus asaan.

"Kaa-sanku tak ingin mengurusku. Jadi.. Maafkan aku, Hinata. Aku akan ikut bersama Tou-sanku."

•TBC..•
WHAT IS THIS?! Kata2nya makin kacau, ff nya juga makin ga &ta:( eh, maaf yaa:'(

Masih ada ga ya readers yg baik? Vomments dan sarannya yaa:')

Love,
-Fatma.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang