# 27

3.9K 209 22
                                    

What If by Ashley Tisdale (on mulmed)

~

Dua hari kemudian...
Hinata's POV.

Naruto Namikaze: "PING!!!"
Naruto Namikaze: "Hinata! Aku serius kali ini... Kemana kau? Kau menghilang!
Naruto Namikaze: "PING!!!"
Naruto Namikaze: "Aku minta maaf, kau baca pesanku yang kemarin, kan? Tolong yang ini dimaafkan! Angkatlah telepon dariku, aku sungguh merindukanmu."
Naruto Namikaze: "PING!!!"

Ddrrt... Drrtt... Drtt...

Telepon darinya lagi. Dua hari belakangan, dia sering sekali menghubungiku. Namun, aku tak bisa membalasnya. Aku tak ingin lagi sakit hati. Aku mencoba menjauh darinya.

Hari-hari yang kulewati bersama perasaan ini membuatku menyesal. Asal tahu saja, selama 2 hari ini aku sama sekali tak keluar rumah. Aku sengaja tak masuk sekolah untuk menenangkan diriku dulu. Mencoba menyingkirkan rasa yang telah lama kusimpan. Lagipula tak ada yang peduli jika aku sekolah atau tidak.

Aku hanya dikamar, menyendiri. Bersama dengan orchid mantis pemberian Shino sebelum dia pindah. Sesekali aku mencurahkan semuanya padanya lalu memberinya makan.

Kemudian menggenggam ponselku untuk menunggu balasan dari kedua sahabatku yang jauh dariku. Mereka tak ada disekelilingku, tapi aku tahu mereka selalu ada untukku. Hanya mereka sahabat yang bisa membuatku bahagia dan tempat untukku curhat.

Tapi, 2 hari ini mereka berbeda.

Kini mereka rutin membicarakan Naruto-kun disaat aku tak ingin mendengar namanya. Mereka sama saja. Memohon padaku untuk kembali menjalani semuanya seperti semula lalu memaafkan Naruto-kun.

Mereka tak tahu, aku sudah memaafkan Naruto-kun. Namun aku hanya butuh waktu untuk menyendiri. Tapi, mengapa Kiba dan Shino tahu semua ini? Oh, kurasa senpaiku itu juga menghubungi mereka.

Tok! Tok! Tok!
"Sayang, Naruto datang dan ingin menemuimu. Temuilah dia dibawah!"

Itu kaa-sanku. Jarang sekali dia dirumah dan mengetuk pintu kamarku. Dan Naruto-kun? Dia ada disini? Untuk apa dia disini? Aku hanya ingin jauh darinya dan dia malah datang kerumahku? Tak dapat dipercaya.

Aku takkan menemuinya. Butuh waktu untuk menghilangkan luka yang dia buat ini. Aku tak ingin lagi membuang air mataku.

*

Dua menit kemudian...

Tok!
"Hinata? Apa kau didalam? Naruto bilang kau tak masuk akhir-akhir ini? Bukalah pintumu, Hinata. Apa kau sakit?"

"Tidak, Kaa-san. Aku sedang haid dan perutku sangat sakit hingga aku tak bisa masuk sekolah. Jangan khawatirkan aku, aku tak apa." bohongku.

Aku tak tahu apa alasan itu berguna atau tidak. Aku hanya tak ingin menemui Naruto-kun. Aku tak mau lagi menangis dihadapannya. Kuharap dia segera pergi.

*

Enam menit kemudian...

Tok! Tok! Tok!
"Apa kau ada didalam sana, Hinata?"

Oh, Tuhan. Apa itu suaranya? Apa diluar kamarku itu Naruto-kun? Mengapa dia ada disana?

Aku beranjak perlahan dari ranjangku lalu bersender dipintu kamarku. Kuharap itu bukan dia. Karena apapun yang terjadi, aku takkan membukakan pintuku untuknya. Aku belum siap untuk menatap mata lautannya lalu kembali tenggelam. Aku tak ingin rasa ini terbawa lebih jauh.

"Aku hanya ingin minta maaf. Maafkan aku, Hinata."

Suara baritone itu benar-benar milik Naruto-kun. Aku mengenalinya. Dan tanpa sadar, air mataku kembali bercucuran dan membasahi lantai. Ingatanku kembali pada kejadian menyakitkan 2 hari lalu. Sungguh, aku tak mau mengingatnya lagi.

Kuharap kini dia benar-benar pergi.

*

Tiga menit kemudian...

"Aku masih berdiri disini jika kau berniat membukakan pintu untuk memaafkanku."

Astaga, dia tak menyerah. Dia masih didepan kamarku. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku sungguh telah memaafkannya, namun sulit diungkapkan melalui mulutku. Yang kulakukan sedari tadi hanyalah menjatuhkan air mata dan berharap Naruto-kun segera pergi. Namun sejujurnya, hatiku menginginkannya tetap disana saat kubuka pintuku.

"Aku mengerti, Hinata. Tak usah membuka pintumu untukku karena aku hanya perlu dimaafkan. Aku sungguh menyesal. Tolonglah, maafkan aku. Aku hanya ingin melihat wajahmu sekali saja. Aku sangat merindukanmu."

Tapi maaf, Naruto-kun. Kali ini aku takkan mengikuti kata hatiku. Aku takkan membuka pintu hanya karena aku juga sangat merindukanmu.

*

Tiga menit kemudian...

Kreekk.

Dan pada akhirnya aku membuka pintuku perlahan. Jujur, rasa rindu mendorongku menemuinya.

Tapi sepertinya terlambat. Naruto-kun telah pergi dari tempatnya.

Aku tertunduk; merasa bersalah. Lalu tanpa sengaja aku mendapati sesuatu dilantai. Dua benda itu tergeletak begitu saja didepan kamarku seperti sengaja ditinggalkan.

Apa ini? Sekuntum mawar dan cincin putih?

•TBC...•
Hola, apa kabar nih? Maaf baru up:" bnyk yg hrus dihandle bulan ini, gue hrap kalian ngerti:'). Makin ngebosenin yak? Masih gaje dan ga danta? Maaf yak ^^ vomments selalu ditunggu lho, bye;)

Love,
-Author amatir gaje.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang