# 16

3.6K 228 7
                                    

1 month later..

Kalung berlapis emas putih, dengan liontin berbentuk bulan sabit menggelantung ditengahnya. Cantik. Aku terus memandangi kalung indah dalam genggamanku ini.

Pemberian Kiba sebelum dia pergi jauh meninggalkanku.

Benda cantik ini adalah salah satu pemberian Kiba yang sangat berarti untukku.

Dan salah satunya lagi adalah sebuah surat berisi puisi perpisahan yang diciptakan Kiba yang kutempel rapih diatas meja belajarku. Hanya untuk mengingatkanku pada sahabat kesayanganku itu.

Selama sebulan ini, aku punya kebiasaan baru selain bersekolah dan menghabiskan siang bersama Shino.

Dikarenakan aku punya banyak foto-foto diponselku saat aku, Shino, Kiba dan Akamaru bersama, aku mencuci gambarnya lalu menatanya disekitar kamarku. Dinding-dinding bercat ungu yang mendominasi kamarku, kini telah terpenuhi gambar-gambar berbentuk mungil yang menampilkan kebersamaanku dengan para sahabatku.

Hal itulah yang memperindah tempat sunyi ini.

Namun aku sendiri punya perasaan suram ketika menatap intens gambar-gambar disekitarku. Saat aku menatap wajah Kiba yang nampak bahagia terpampang disekelilingku. Kini, aku tak dapat melihatnya lagi secara langsung.

Aku dan Shino benar-benar kehilangan Kiba. Dia tak pernah menghubungi kami.

Apa Kiba tidak merasakan rasa yang menyiksa kami saat dia pergi?

Apa Kiba dan juga Akamaru bahagia disana?

Sebulan berjalan dengan 'baik'. Yup, aku masih punya Shino, itu yang membuat semuanya berjalan baik.

Tak ada yang istimewa selama sebulan ini. Masih menjalankan kegiatan-kegiatan kecil yang biasa.

Mencoba menghubungi Kiba.

Menjalani waktu siang sampai sore dengan Shino, tanpa Kiba dan Akamaru.

Belajar bersama Shino.

Bercanda garing dengan Shino.

Makan ice cream dengan Shino.

Aku menumpahkan senang dan keluh kesah pada Shino.

Shino mencurahkan isi hatinya padaku.

Mungkin hanya itu. Tidak ada tambahan lagi.

Dan ya, tentang aku dan Naruto-kun. Kami hampir tak pernah saling berhubungan.

Tak saling sapa, padahal aku selalu mencari kesempatan memandanginya. Tapi, dia takkan mungkin peka akan hal itu.

Oh, yang kutahu sebulan ini mengenai dirinya adalah Naruto-kun masih sibuk dengan gebetan barunya, Sakura Haruno.

Bahkan, Sakura sangatlah riang saat menceritakan betapa manisnya sikap Naruto-kun padanya.

Aku mulai berpikir, belum menjalin hubungan saja, Naruto-kun bertingkah romantis kepadanya. Lalu bagaimana jika sudah berpacaran?

Sekarang, hatiku terasa perih saat memikirkan Naruto-kun.

Tapi, perasaanku takkan berubah. Tidak akan bisa.

Percayalah, aku mencoba menyingkirkan semua hal tentang Naruto-kun dari pikiranku. Tapi, hal itu justru membuat semuanya kacau.

Aku masih terus memikirkannya dan makin terus merindukannya. Bagaimana ini? Aku terlalu lemah untuk melepas semua itu.

Ddrrtt.. Ddrrtt..

Naruto-kun is calling..

Huh? Aku menggigit bibirku saat tahu itu panggilan dari seseorang yang selalu kupikirkan. Fakta, dia masih mengingatku. Apa itu hal yang bagus? Tapi yang pasti, aku akan mengangkat telpon darinya.

"Halo, Hinata?"

Suara baritone itu seperti sesuatu yang membuat pikiranku mendengungkan nama indahnya.

"Naruto-kun? Sudah lama yaa.."

"Sehabis pulang sekolah bisa temui aku ditaman saat kita jalan-jalan siang dulu?"

Ada apa ya? Dia langsung menyatakan tujuannya menelponku tanpa melakukan basa-basi dulu. Ingatanku jadi terbang jauh saat Naruto-kun benar-benar menghancurkan harapan tinggiku ditaman itu.

Apa kali ini dia benar-benar akan menyatakan perasaannya padaku?

"Untuk a-apa?"

"Aku tak bisa menjelaskannya lewat telpon.. Kumohon, Hinata.."

Tapi aku berjanji pada diriku sendiri. Takkan lagi berharap tinggi pada senpaiku ini.

"Baiklah."

"Arigatou. Bye."
-tutututut-

"Bye,"

Hal apa lagi yang akan Naruto-kun jelaskan padaku besok? Jujur saja, aku merasa sangat gembira jika Naruto-kun benar-benar melakukan sesuatu yang selalu kuimpikan.

Dilain sisi, aku takut akan kesakitannya. Jatuh begitu keras dari langit ketujuh itu sungguh menyakitkan. Aku harus memegang prinsipku, takkan berharap terlalu tinggi.

Disaat aku mencoba melepasnya, dia menoleh kearahku dan membuat diriku menaruh sedikit harapan lagi padanya.

Semua terasa rumit jika mengenai perasaan.

•TBC..•
Udah deh, gue gamau kebanyakan curhat. Maafin aja yes kegajean fic ini. Saya hanyalah manusia biasa yg berlumur dosa #eea-_-. Klo kalian perhatian, tolong koreksi tulisan gue yaa:'). Gue bakalan berterima kasih bgt..

Don't forget!
VOMMENTS BABE:')

Fyi, minggu depan gue izin uts dulu. So, gabkl ada updtean minggu depan. Maaf ya, gue juga minta doanya supaya uts gue lancar {}

Love,
-Fatma a.k.a author abal.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang