E-02

9.9K 911 15
                                    

Aku menatap kosong kertas ditanganku, mengambil handphone untuk menghubungi siapapun pemilik nomor di kertas ini. Aku mencantumkan nomor di kertas pada handphoneku dan mulai menekan lambang telepon berwarna hijau untuk menghubunginya.

Aku mengerutkan keningku karena nomor ini tidak aktif, mungkin pemilik nomor ini sudah berganti nomor karena Mom memberikan ini beberapa tahun yang lalu.

Aku menghela nafas dan mengusap wajahku kasar. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Lagipula apa ada rumah ditengah hutan seperti ini? Dan apa menariknya tempat ini sehingga Mom menyuruhku kesini?

Aku membuka pintu mobil dan keluar dari Mobil, mungkin saja ada hal yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diotakku. Aku berjalan kepinggir jalan, menatap kosong pohon-pohon besar dihadapanku, aku yakin Mom pasti gila menyuruhku ke tempat seperti ini, karena disini hanya ada pohon-pohon besar yang menjulang tinggi tanpa ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Aku mendekati mobilku dan bersender pada bagian depan mobilku, lalu melipat kedua tanganku didepan dada. Seharusnya aku tak usah menuruti perintah Mom meskipun itu permintaan terakhirnya, seharusnya ak-

"Apa yang kau lakukan disini?" Aku tersentak saat mendengar suara laki-laki yang entah sejak kapan berdiri tak jauh dariku sambil menatapku aneh. Aku menatapnya horor karena seenaknya saja dia mengagetkanku, aku mendengus lalu berjalan mendekati nya. Laki-laki aneh, datang seenaknya saja di waktu yang tidak tepat.

"Aku mencari sesuatu disini." jawabku menatap mata coklat kemerahannya yang tampak bingung. Satu alisnya terangkat lalu kedua tangannya bersedekap di depan dadanya.

"Apa itu?"

"Entahlah. Aku juga bingung. sebelum meninggal, ibuku menyuruhku kesini saat usiaku 17 tahun. Jadi, hari ini aku sudah 17 tahun dan aku kesini. Entah apa yang harus kulakukan di tempat ini." Kataku menjelaskan mengapa aku bisa sampai ditempat ini.

Aku menatap kosong kearah lain, tidak mempedulikan laki-laki yang menurutku sedang kebingung dan yang pasti sedang menatapku aneh.

"Mariana Sage?" Keningku berkerut dalam saat mendengar ucapannya yang terlontar begitu saja. Aku menatapnya tak percaya dan juga menatapnya tajam sekaligus serius.

"Bagaimana kau bisa tahu nama ibuku?" Tanyaku curiga dengan menyipitkan mataku, dan ia malah terkekeh. Hey! Aku serius, apanya yang lucu. Aku mendengus dan menatapnya kesal.

"Akan ku jelaskan nanti. Ikut aku." katanya seenaknya dan pergi begitu saja. Dasar orang tidak waras dan aneh.

"Hey! Kau mau mengajakku kemana? Bagaimana dengan mobilku!" Teriakku saat ia berjalan  melewati pohon-pohon besar memasuki hutan mengerikan itu.

Ia berbalik dengan wajah datarnya lalu menatapku dingin. "Biarkan saja mobilmu, bawa barang-barang bawaanmu." Jawabnya dengan datar lalu tetap diam disana. Oke, sekarang aku sudah seperti babunya yang dengan mudah disuruh-suruh.

Aku berjalan menuju mobilku, menyibak terpal yang menutupi barang-barangku dan lalu mengambil dua koper dan menggendong ransel. Aku membiarkan terpal itu begitu saja, dan berjalan ke bagian pengemudi, kucabut kunci mobil yang masih tergantung sempurna, lalu menutup pintu dan mengunci mobil berwarna mencolok warisan Mom itu. Aku mulai berjalan menyusul laki-laki itu, dengan menggeret dua koperku dan menggendong ranselku. Tidak berniatkah dia membantu ku membawa barang bawaanku? Maksudku, ia sekarang berjalan di depanku dan sekarang kami memasuki hutan lebat, dengan batang-batang pohon besar berlumut hijau dan akar-akar raksasa, bisa kau bayangkan betapa susahnya aku menyeret dua koper berat diatas tanah yang penuh akar pohon.

"Hei, bantu aku!" Kataku meminta bantuan pada laki-laki menyebalkan itu. Padahal ia tampan, sangat tampan malah. Dengan rambut coklatnya yang berkilau diterpa sinar matahari dan bergoyang karena angin, tubuh berotot yang tinggi- apasih yang kupikirkan! Tahu namanya saja belum, sudah terpesona saja. Pikirkan dulu bagaimana cara menyeret dua koper berat diatas tanah penuh akar!

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang