E-16

4.4K 436 4
                                    

Apa yang akan aku lakukan? Berdiam diri dan terus menangis disini? Di tempat ini? Tentu saja tidak.

Aku akan memulai latihan ku sendiri sampai aku benar-benar lelah hari ini.

Aku berlari masuk kedalam istana dan langsung menuju kamarku. Beberapa menit terus berlari akhirnya kudorong pintu kamarku dan langsung masuk. Ku buka lemari pakaianku dan langsung membuka lacinya. Kuambil buku yang beberapa hari lalu kutemukan. Lalu kembali keluar dari kamar dan berjalan menuju Hutan.

•••

Tulisan ini sulit dibaca. Tapi setidaknya aku masih bisa mengartikan bahasa kuno ini.

Satukan semua aliran darahmu dalam bayanganmu, atau bayangkan jika semua darahmu yang tak lain adalah kekuatanmu dalam tanganmu. Pikirkan hal yang mampu memperbesar skalanya, jadikan dia kekuatan terbesar mu dan terbangkanlah hingga targetmu hancur.

Apa maksudnya ini? Sungguh aku tidak mengerti dengan paragraf pertama dalam buku ini. Bagaimana aku bisa mempelajarinya kalau begini.

Kututup buku bersampul coklat ini dan kuletakkan di tanah. Kutatap pohon Apel yang berdiri sejauh 8 meter dari tempatku. Aku mulai duduk dengan tenang dan mencoba merilekskan tubuhku,  kututup mataku seraya memahami isi paragraf tadi, dan mencoba untuk memperagakannya.

Baiklah.

Satukan semua aliran darahmu dalam bayanganmu

Kubayangkan aliran-aliran darah atau selang-selang kecil berisi cairan merah mulai menyatukan cairannya dan menggumpal.

atau bayangkan jika semua darahmu yang tak lain adalah kekuatanmu dalam tanganmu

Kubayangkan lagi segumpalan cairan merah yang kian membesar itu berubah menjadi cahaya terang yang berpindah ke tanganku.

Pikirkan hal yang mampu memperbesar skalanya

Lalu tiba-tiba bola cahaya berwarna merah itu sedikit membesar dan bergetar hebat di tanganku.

jadikan dia kekuatan terbesar mu dan terbangkanlah hingga targetmu hancur

Kurasakan keringat ku mulai bercucuran saat aku mencoba membayangkan bahwa aku mulai mengangkat bola cahaya ini. Rasanya sangat berat, seperti kau sedang mengangkat bola besi yang beratnya beratus-ratus kilo.

Aku mendengar suara petir yang tiba-tiba menggelegar dan menyambar-nyambar. Tanah di pijakanku terasa bergetar walau halus. Aku membuka mataku dan terkaget, karena tiba-tiba cahaya hijau terang membentuk lingkaran sebesar bola volly berada di tanganku. Aku menatap sekeliling ku, angin bertiup sangat kencang menerbangkan apa saja yang ada di hutan ini. Langit sangat gelap dan bahkan petir yang terus menggelegar itu mengenai beberapa pohon yang langsung membuatnya hangus.

Dengan sisa tenagaku, aku mengangkat kedua tanganku dan mengambil ancang-ancang seperti orang mau melempar bola.

3..

2...

1...

Dan,

Duarrr!!!

Aku tersentak bukan main sampai terlempar kebelakang. Lebih tepatnya terpental jauh ke belakang.

Apa itu? Sebuah ledakan?

Apa itu ledakan yang kubuat? Jadi, bayangan bola itu nyata? Itu Kekuatanku? Astaga.

Bisa kulihat pohon-pohon di hutan belakang istana ini, dalam jarak ratusan meter banyak yang hancur dan terbakar. Banyak juga yang berterbangan terbawa angin tornado, dan berserakan kemana-mana. Apa yang telah aku lakukan? Menghancurkan hutan? Dengan kekuatan pertamaku? Ini gila! Aku tidak punya kekuatan sebesar itu.

"Tuan Putri!!" Seseorang mendekat dan langsung membantuku berdiri seraya memeriksa keadaanku. Diikuti dengan maid-maid lain, juga para penjaga yang datang.

Rupanya terdapat beberapa luka di tubuhku karena ulahku sendiri.

"Vea!!" Aku tetap diam tak menoleh kearah orang yang sudah kuketahui sebagai pemilik suara barusan. Tubuhku mulai bergetar halus seiring dengan aku yang menyadari apa yang telah aku perbuat.

"Ve!" Laki-laki itu langsung mencengkeram kedua bahuku dan menatapku khawatir beserta was-was.

"Apa yang terjadi?! Apa kau baik-baik saja?!" Tanyanya dan aku tergagu menjawab pertanyaannya.

"A-ku...ti-tidak tau.. Buku i-tu.." Gumam ku tidak jelas seraya menatap buku bersampul kulit yang tergeletak di tanah. Ia menoleh melihat buku itu lalu mengambilnya dan kembali menatapku dalam.

"Kita ke ruang kesehatan sekarang!." Balasnya lalu tiba-tiba ia mengangkat tubuhku dan menggendong ku.

"Tunggu dulu, ini harus di hentikan!" Teriakku agar Qing mendengarnya, karena suaraku tenggelam oleh suara petir, jadi aku harus berteriak.

"Bagaimana caranya?! Kau bahkan tidak bisa mengendalikan kekuatanmu!" Balasnya. Aku menggeleng kuat dan meronta-ronta minta diturunkan, hingga akhirnya ia menurunkanku tapi masih memegangi tubuhku.

"Aku bisa." Jawabku dan mulai melangkah kedepan, hingga ia akhirnya membiarkanku tanpa memegangiku lagi.

Sebenarnya aku tidak tahu apa yang akan kulakukan. Dipikiranku aku pasti bisa menghentikan kekacauan ini, tapi bagaimana caranya?

Kuputuskan untuk memejamkan mataku dan mulai menenangkan pikiranku.

Berhentilah, kumohon..

Kurentangkan tanganku keatas dan kurasakan angin mulai bertiup tidak sekencang tadinya. Aku membuka mataku dan seolah semuanya mulai berhenti. Api yang membakar pohon-pohon, padam seketika. Angin berhenti, petir menghilang dan langit berubah menjadi cerah kembali. Tanahpun tak lagi bergetar.

Aku tersenyum melihat semuanya telah berhenti. Namun kurasa semuanya mulai memburam di pandanganku. Tubuhku seperti kaku tapi melemah, dan lama-kelamaan aku jadi lemas dan hampir ambruk. Untung saja Qing menopang tubuhku dan langsung mengangkatnya, tapi sayangnya semuanya menggelap.

•••

Author POV

Qing meratapi gadis yang tertidur pulas di ranjang ruang kesehatan. Vea tak sadarkan diri karena terlalu lemah, juga karena kekuatannya yang menguras tenaganya.

Qing terus memikirkan kejadian tadi. Bagaimana tidak, ia mendengar ledakan yang sangat keras dari arah hutan yang tak jauh dari belakang istana, lalu saat ia sampai disana, ia menemukan tempat itu sudah hancur, dan Vea berdiri disana dengan ketakutan, dikelilingi para Maid dan Penjaga.

Tapi setelah Qing melihat buku itu, ia sudah tau apa yang Vea lakukan, hanya saja ia sangat kaget begitu mengetahui kekuatan pertama Vea yang ternyata sangat besar.

Vea tertidur pulas setelah di periksa dan diobati luka-lukanya. Walau sebenarnya Qing sangat khawatir dengan keadaan Vea, tapi ia mencoba untuk menahan rasa khawatir itu dan mencoba untuk tenang seraya menatap gadis yang sedang tertidur dengan damainya.

Brak

Pintu ruang kesehatan dibuka dengan paksa dan didorong keras. Membuat para perawat dan orang-orang yang ada di dalamnya langsung menoleh menatap pelaku yang telah melakukan hal itu. Pelakunya justru berlari dengan terburu-buru dan berhenti tepat di depan Qing, lalu sedikit membungkuk, memberi hormat pada Qing.

"Ada apa Luke?" Tanya Qing pada orang berbaju Zirah berwarna abu-abu yang bernama Luke itu.

"Panglima, para Orc dan Hybrid menyerang Distrik 19 di bagian barat!" ucapnya dengan keringat yang terus menetes dari pelipisnya.

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang