E-23

3.4K 401 35
                                    

Dua menit berlalu, ujung tongkat yang Vea masukkan kedalam kobaran api biru itu agak menciut, namun tidak panas saat disentuh.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Vea terkesiap dan langsung menoleh kebelakang. Mendapati laki-laki itu berdiri dengan wajah dinginnya.

Qing mengerutkan keningnya saat Vea tergagap dan tidak bisa menjawab pertanyaannya. Laki-laki itu berjalan mendekati Vea dan menatap dua benda disekeliling gadis itu. "Apa yang akan kau lakukan Vea?" Ulang Qing dengan nada yang jauh lebih datar dan dingin.

"A-aku..."

**

"Akan kubuktikan kalau dia bukan Zeeli, Qing!" Teriak Vea saat Qing berjalan meninggalkannya seraya membawa botol dan tombak yang tadi Vea bawa.

"Qing! Dengarkan aku!" Vea mulai melangkah mengejar Qing.

"Berhenti!" Teriak Vea lagi dan mencengkeram pergelangan tangan kanan Qing.

Laki-laki itu berhenti melangkah dan menoleh pada gadis yang mencengkeram tangannya. Tatapannya kelewat datar dan menusuk, membuat Vea yang sudah berkoar harus benar-benar ekstra menahan emosinya.

"Kau. Tidak. Bisa. Mencegahku." Ucap Vea penuh penekanan dan langsung merebut botol dan tombaknya.

"Berhentilah bermain-main Ve." Balas Qing dengan suara menusuk. Vea tidak peduli dan terus berjalan, membuat Qing mau tak mau mulai mengikuti langkah Vea.

"Ikuti aku dan akan kutunjukkan semua kebenarannya." Jawab Vea dan Qing mengikuti gadis itu.

Mereka berdua terus berjalan hingga sampai di dalam istana, berjalan menuju ruang pertemuan dimana disana sedang terlaksana rapat yang dihadiri para petinggi. Dengan kasar, Vea mendorong pintu tinggi yang dijaga dua penjaga yang langsung menunduk saat Vea dan Qing datang.

Semua orang-orang penting di dalam ruang pertemuan itu menatap Vea dengan bingung, kecuali Avenda yang menatapnya dengan senyum licik.

"Kau..." lirih Vea seraya menunjuk perempuan yang duduk di salah satu kursi pertemuan itu dengan ujung tombaknya. Avenda berpura-pura takut dengan mengangkat kedua tangannya.

"Turunkan tombakmu Ve." Perintah Qing dengan suara dinginnya. Semua orang menatap Vea dengan khawatir dan mulai berdiri dari kursi masing-masing.

"Akan kubuktikan kau bukan Zeeli!!!" Teriak Vea dengan penuh amarah dan langsung membanting botol di tangan kirinya. Botol itu pecah berhamburan, angin kencang langsung melanda ruangan itu, kemarahan Vea langsung berefek pada kekuatannya. Semua orang terkesiap dan menegang, beberapa terpental beberapa meter dari tempat asal berdiri, sisanya berjongkok dan menjauh dari tengah ruangan.

Vea langsung mengendalikan bola-bola api dari dalam botol itu dan mengarahkannya pada Avenda. Tak lama bola-bola itu menempel pada tubuh penyihir hitam itu, membuatnya berdiri menjauh dari orang-orng didekatnya dan berteriak mengerang kesakitan.

"Dasar penyihir hitam tak tahu diri!!!" Vea melempar tombaknya.

Semua orang panik, Qing mendekap Vea dari belakang, tapi tak berhasil mencegah Vea melempar tombak itu. Angin yang sangat kencang terus melanda ruangan itu membuat semua orang sulit bergerak.

Saat tombak itu tinggal beberapa centi lagi mengenai tubuh Avenda, perempuan itu berubah ke wujud aslinya, dan tombak itu langsung lenyap menjadi abu di lantai.

Wujud dengan gaun hitam khas black witch. Menggunakan mahkota dengan batu berlian berwarna abu-abu dan penampilan dominan ke warna hitam dan abu-abu.

Angin berhenti. Qing melepas dekapannya pada Vea, dan semua orang terkejut melihat seorang ratu penyihir hitam ditengah ruangan berdiri. Hening sejenak, tiba-tiba Avenda tertawa dengan wajah angkuh dan seringaian liciknya.

"Halo para Evergenity." Sapa Avenda dengan senyum liciknya.

"Lihat, aku tidak berbohongkan?" Vea berteriak lantang seraya menatap orang didalam ruangan itu satu-persatu.

"Kau memang cukup pintar gadis kecil." Ucap Avenda dengan bibir berwarna hitamnya. Dalam sekejap, tubuh Vea ditarik kedekapannya dengan kekuatan gelapnya. Vea tak bisa melawan, tubuhnya kaku dan mati rasa. "Tapi aku akan menghabisimu secepatnya." Lanjutnya.

"Kita akan berjumpa lagi dalam perang besar panglima, hahahahaha." Setelah tawa itu, Avenda menghilang bersama awan hitam pekat dan membawa pergi Vea.

"Veaaaa!!!"

***

By Rainytale

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang