Penyerangan terus terjadi.
Perempuan itu seolah tersenyum diatas tebing dan membentangkan kedua tangannya. Ia tertawa sarat akan kesombongan dan rasa puas atas kemenangannya.
Suaranya lantang, mengklaim bahwa tanah ini sejak waktu ini adalah miliknya.
Jubahnya berkibar diterpa angin. Rambut putih pucatnya berterbangan tak karuan. Wajahnya itu menekankan tanda bahaya bagi seluruh makhluk immortal.
Hingga ia ada dihadapanku dan menghunus jantungku.
"Tidak!" Aku terduduk, peluh membanjiri seluruh wajah dan badanku.
Aku masih berada dikamarku. Terbangun dari mimpi yang mengerikan itu.
Aku mencoba mengatur nafasku sehingga tubuhku mulai tenang. Detak jantungku juga mulai normal. Kulihat kesamping, sudah ada sarapan diatas nakasku. Memang seperti itu semenjak masa perang terjadi. Tak pernah ada sarapan, makan siang, dan makan malam bersama lagi diruang makan. Semua orang disibukkan untuk menemukan cara melindungi kerajaan ini, apalagi bibiku yang berstatus orang paling tinggi disini.
Mereka semua tidak sadar, dalang dari semua kejadian ini adalah orang yang sangat mereka hormati dan sayangi, Zeeli jadi-jadian alias ratu penyihir hitam itu.
Aku bangun dari kasurku dan berjalan menuju kamar mandi. Mandi, sikat gigi, dan melakukan rutinitas pagi lainnya. Setelah itu kumakan sarapanku. Aku berjalan keluar kamar dengan pakaian latihanku. Semenjak distrik-distrik runtuh satu-persatu, tak ada yang istimewa di hari-hariku. Hanya latihan dan membantu para pengungsi.
Aku berjalan keluar istana menuju padang 'pengungsi' seperti biasanya. Disana sudah disibukkan dengan segala hal, banyak dari mereka yang bahkan berlari-larian untuk menyelesaikan tugas mereka. Aku berjalan memasuki salah satu tenda yang paling besar diantara tenda-tenda yang lain.
Ini tenda darurat paling besar untuk menampung obat-obatan dan makanan, juga tempat para Evergenity medis beristirahat.
Mataku berbinar saat melihat Qing sedang berbicara dengan salah satu Dokter di sudut tenda. Tumben sekali tidak ada nenek sihir itu yang selalu mengikutinya. Aku menghampirinya tepat saat ia selesai berbicara dengan dokter itu.
"Hai Qing!" Sapaku dengan semangat. Seperti biasa, yang kudapatkan hanya tatapan datar sebagai balasannya.
Ia berlalu begitu saja, kemudian duduk disalah satu kursi seraya menulis sesuatu di kertas. Itu resep racikan obat. "Qing...emm..." aku menggumam tidak jelas lantas duduk disampingnya. Ia menatapku, menungguku melanjutkan kalimatku.
"Kau...agak berbeda." Lanjutku dan ia malah melanjutkan kegiatan menulisnya.
"Situasinya juga sedang berbeda bukan?" Jawabnya. Aku menelan salivaku, suaranya terlewat dingin dan datar. Seolah didalam kata-katanya mengisyaratkan aku untuk diam dan pergi.
"Emm okey.. kau benar, kita sedang melewati masa yang sulit." Jawabku dengan lirih.
Seharusnya aku tahu, sekarang Qing tidak peduli lagi padaku. Seharusnya aku juga tahu, bahwa dulu kepedulian Qing hanyalah bentuk dia menjalankan tugasnya untuk menjagaku. Aku sadar, aku yang terlalu berharap.
Seseorang datang mendekat. Wanita yang paling kubenci sedunia itu tersenyum licik kearahku. Tangannya kemudian memegang bahu kanan Qing, membuat laki-laki itu tersadar dan menoleh kearahnya. "Ada apa?" Tanya Qing. "Orang-orang diluar menunggumu panglima." Jawabnya. Aku bersumpah, suaranya yang dibuat-buat sok seksi itu benar-benar menjijikan.
Qing mengangguk dengan datar, kemudian ia berdiri dan memberikan catatannya pada Zeeli. "Tolong berikan pada Dokter Cloen." Ucapnya dan perempuan itu tersenyum lalu mengangguk. Qing akhirnya keluar dari tenda, membiarkan aku berdua bersama wanita jadi-jadian ini.
Wanita itu menatapku dengan seringaiannya, aku hanya menatapnya malas. "Sepertinya ada yang tersingkirkan dengan kehadiranku." Sindirnya dan aku hanya memutar malas kedua bola mataku.
Ia kemudian duduk dikursi yang tadi diduduki Qing. "Mau bertaruh siapa yang akan dipilih Qing?" Tanyanya dengan suara sok lembutnya.
"Tentu saja aku. Hahahaha." ia tertawa meremehkan. Aku tetap diam, tak tertarik untuk membalas ocehannya.
"Dan saat hari itu tiba," aku mulai membalas ucapannya seraya tersenyum meremehkan dan mengangkat wajahku dengan angkuh, "aku akan memperlihatkan wajah aslimu yang jelek itu didepan semua orang, nenek sihir." Lanjutku kemudian berdiri dan pergi keluar.
"Kurang ajar.." umpatnya yang masih dapat kudengar dipintu tenda. Aku tersenyum penuh kemenangan.
***
By Rainytale
KAMU SEDANG MEMBACA
Evergenity
Fantasy"Karena hanya kau yang bisa mengalahkan mereka." kata-kata itu terngiang di kepalaku, menjadi motivasi agar aku bisa menjadi yang terkuat. -Vea Sage Makhluk baru di Dunia yang diciptakan oleh Penyihir hitam untuk kepentingannya. Mereka diubah menja...